medcom.id, Jakarta: Sebagai tempat menyimpan koleksi bersejarah, museum menjadi wadah jelajah waktu bagi penikmatnya. Salah satunya adalah Museum Nasional.
Museum ini berlokasi di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat. Masyarakat Jakarta sendiri lebih mengenal museum ini dengan nama Museum Gajah, karena keberadaan patung gajah perunggu di halaman museum.
Ciri khas lain dari museum ini adalah patung gulungan ombak karya Nyoman Nuarta berjudul "Ku Yakin Sampai Di Sana" yang kerap dijadikan latar belakang foto bagi pengunjung yang datang. Patung ini mencerminkan perjuangan dan semangat kerja keras hingga mencapai tujuan.
Memasuki area museum, pengunjung akan disambut aula luas yang biasa digunakan jika ada keterampilan membatik atau acara tertentu. Berbeda dengan museum umumnya, ruang-ruang di museum ini luas dan bersih.
Keseluruhan gedung museum terdiri dari tujuh lantai, tetapi hanya empat lantai yang difungsikan sebagai pameran. Lantai pertama berisi seputar manusia dan lingkungan, lantai kedua ilmu pengetahuan, teknologi, dan ekonomi.
Lantai tiga koleksi seputar organisasi sosial dan pola pemukiman, sementara lantai empat untuk khasanah emas dan keramik. Lantai empat umumnya tutup 30 menit lebih dulu dibanding lantai lainnya.
"Karena isinya itu berbeda jadi security harus memberi pengawasan ekstra dan pengecekan dulu sebelum dikunci pintunya," jelas Dedah Sri Handari, Kepala Bidang Kemitraan dan Promosi Museum Nasional, Jumat 30 Juni 2017.
Kerangka manusia Song Keplek--Metrotvnews.com/Lis Pratiwi
Di lantai satu sendiri, terdapat satu bagian yang menjadi favorit pengunjung. Yakni rangka Australomelanesid dan Mongoloid hasil ekskavasi situs Song Keplek yang diperkirakan pada masa Mesolitik.
Dua replika rangka manusia ini dimasukan dalam kuburan yang dilapisi penutup transparan di atasnya. Sehingga pengunjung bisa melihat dari dekat, bahkan berdiri di atas kaca penutup tersebut.
"Kami memang sengaja buat seperti ini. Berdiri di atasnya juga tidak apa-apa karena kacanya kuat," tambah Dedah.
Timbangan Kesultanan Banjar--Metrotvnews.com/Lis Pratiwi
Di lantai dua, salah satu hal yang menarik adalah timbangan yang berasal dari Kesultanan Banjarmasin. Berbeda dari koleksi lain, timbangan yang terbuat dari kayu dan besi ini tidak diberi pembatas atau kotak etalase sehingga pengunjung lebih mudah mengamati.
Dulunya timbangan ini digunakan untuk menimbang pajak "in natura" berupa hasil bumi. Konon Sultan Banjar duduk di salah satu sisi timbangan sedangnkan sisi lain ditempatkan hasil bumi, sehingga berat hasil bumi hatus seimbang dengan berat badan Sultan.
Di lantai tiga terdapat miniatur rumah-rumah masa prasejarah dan juga prasasti, salah satunya Prasasti Ciaruteun dari abad ke-5 masehi hasil penggalian di Bogor.
Prasasti ini berbentuk batu besar berisi pujian terhadap Raja Purnawarman yang tapak kakinta disamakan dengan tapak kaki Dewa Wisnu. Serta tulisan beraksars Pallawa dan Sansekerta yang merupakan aksara Pallawa awal.
"Kalau di museum lain penataan koleksi biasa dimulai dari masa prasejarah. Tapi kita dengan prasasti karena di sini ada aksara Pallawa yang penting untuk perkembangan manusia," tambah Dedeh.
Sementara itu lantai empat sedikit lebih eksklusif dibanding dengan lantai lain. Bagian ini berisi khasanah emas dan koleksi keramik yang terbagi dalam dua ruangan berbeda. Masing-masing ruangn dilengkapi dengan pengaman khusus termasuk satu orang penjaga.
Semua koleksi yang ada pun dimasukkan dalam etalase kaca. Pengunjung dilarang mengambil gambar apa pun di kedua area tersebut. Shifa, salah satu pengunjung mengaku paling menyenangi bagian ini.
"Sayang banget tidak boleh foto tapi suka melihat koleksi perhiasan dan emas, kan namanya juga perempuan," ujarnya.
Museum Nasional memiliki total koleksi 141.000 buah yang terdiri dari benda-benda prasejarah, arkeologi, numismatik dan heraldik, keramik, etnografi, sejarah, dan geografi. Pengunjung dikenakan tiket Rp5 ribu untuk dewasa, dan Rp2 ribu untuk anak-anak.
medcom.id, Jakarta: Sebagai tempat menyimpan koleksi bersejarah, museum menjadi wadah jelajah waktu bagi penikmatnya. Salah satunya adalah Museum Nasional.
Museum ini berlokasi di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat. Masyarakat Jakarta sendiri lebih mengenal museum ini dengan nama Museum Gajah, karena keberadaan patung gajah perunggu di halaman museum.
Ciri khas lain dari museum ini adalah patung gulungan ombak karya Nyoman Nuarta berjudul "Ku Yakin Sampai Di Sana" yang kerap dijadikan latar belakang foto bagi pengunjung yang datang. Patung ini mencerminkan perjuangan dan semangat kerja keras hingga mencapai tujuan.
Memasuki area museum, pengunjung akan disambut aula luas yang biasa digunakan jika ada keterampilan membatik atau acara tertentu. Berbeda dengan museum umumnya, ruang-ruang di museum ini luas dan bersih.
Keseluruhan gedung museum terdiri dari tujuh lantai, tetapi hanya empat lantai yang difungsikan sebagai pameran. Lantai pertama berisi seputar manusia dan lingkungan, lantai kedua ilmu pengetahuan, teknologi, dan ekonomi.
Lantai tiga koleksi seputar organisasi sosial dan pola pemukiman, sementara lantai empat untuk khasanah emas dan keramik. Lantai empat umumnya tutup 30 menit lebih dulu dibanding lantai lainnya.
"Karena isinya itu berbeda jadi security harus memberi pengawasan ekstra dan pengecekan dulu sebelum dikunci pintunya," jelas Dedah Sri Handari, Kepala Bidang Kemitraan dan Promosi Museum Nasional, Jumat 30 Juni 2017.
Kerangka manusia Song Keplek--Metrotvnews.com/Lis Pratiwi
Di lantai satu sendiri, terdapat satu bagian yang menjadi favorit pengunjung. Yakni rangka Australomelanesid dan Mongoloid hasil ekskavasi situs Song Keplek yang diperkirakan pada masa Mesolitik.
Dua replika rangka manusia ini dimasukan dalam kuburan yang dilapisi penutup transparan di atasnya. Sehingga pengunjung bisa melihat dari dekat, bahkan berdiri di atas kaca penutup tersebut.
"Kami memang sengaja buat seperti ini. Berdiri di atasnya juga tidak apa-apa karena kacanya kuat," tambah Dedah.

Timbangan Kesultanan Banjar--Metrotvnews.com/Lis Pratiwi
Di lantai dua, salah satu hal yang menarik adalah timbangan yang berasal dari Kesultanan Banjarmasin. Berbeda dari koleksi lain, timbangan yang terbuat dari kayu dan besi ini tidak diberi pembatas atau kotak etalase sehingga pengunjung lebih mudah mengamati.
Dulunya timbangan ini digunakan untuk menimbang pajak "in natura" berupa hasil bumi. Konon Sultan Banjar duduk di salah satu sisi timbangan sedangnkan sisi lain ditempatkan hasil bumi, sehingga berat hasil bumi hatus seimbang dengan berat badan Sultan.
Di lantai tiga terdapat miniatur rumah-rumah masa prasejarah dan juga prasasti, salah satunya Prasasti Ciaruteun dari abad ke-5 masehi hasil penggalian di Bogor.
Prasasti ini berbentuk batu besar berisi pujian terhadap Raja Purnawarman yang tapak kakinta disamakan dengan tapak kaki Dewa Wisnu. Serta tulisan beraksars Pallawa dan Sansekerta yang merupakan aksara Pallawa awal.
"Kalau di museum lain penataan koleksi biasa dimulai dari masa prasejarah. Tapi kita dengan prasasti karena di sini ada aksara Pallawa yang penting untuk perkembangan manusia," tambah Dedeh.
Sementara itu lantai empat sedikit lebih eksklusif dibanding dengan lantai lain. Bagian ini berisi khasanah emas dan koleksi keramik yang terbagi dalam dua ruangan berbeda. Masing-masing ruangn dilengkapi dengan pengaman khusus termasuk satu orang penjaga.
Semua koleksi yang ada pun dimasukkan dalam etalase kaca. Pengunjung dilarang mengambil gambar apa pun di kedua area tersebut. Shifa, salah satu pengunjung mengaku paling menyenangi bagian ini.
"Sayang banget tidak boleh foto tapi suka melihat koleksi perhiasan dan emas, kan namanya juga perempuan," ujarnya.
Museum Nasional memiliki total koleksi 141.000 buah yang terdiri dari benda-benda prasejarah, arkeologi, numismatik dan heraldik, keramik, etnografi, sejarah, dan geografi. Pengunjung dikenakan tiket Rp5 ribu untuk dewasa, dan Rp2 ribu untuk anak-anak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(YDH)