Aktivitas warga di Gang Venus, Kelurahan Jembatan Besi, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, Selasa (16/8/2016). Foto: MI/Ramdani
Aktivitas warga di Gang Venus, Kelurahan Jembatan Besi, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, Selasa (16/8/2016). Foto: MI/Ramdani

80% Rumah di Jakarta tidak Punya Septic Tank

Media Indonesia • 27 Mei 2017 12:38
medcom.id, Jakarta: Menyandang julukan kota metropolitan, DKI Jakarta ternyata masih memiliki penduduk yang suka buang air besar (BAB) sembarangan. Masih banyak rumah yang tak memilik ruang penampung septik atau septic tank.
 
Data Indonesia Water, Sanitation, and Hygiene Sector Brief yang disiapkan Institute for Sustainable Futures, University of Technology Sydney, menyebut 80% penduduk Jakarta tak memiliki septic tank di rumah mereka. Artinya, setiap hari tinja yang dihasilkan tiap rumah dibuang langsung ke selokan depan rumah.
 
Kawasan permukiman di Kelurahan Duri Utara, Tambora, Jakarta Barat, misalnya. Hampir semua rumah di kawasan itu tak memiliki septic tank sehingga saluran buangan dari jamban terhubung langsung dengan selokan.

Di RW 02 bahkan tak sedikit warga yang jongkok di pinggir selokan buat BAB, utamanya di malam hari. Itu terjadi karena lokasi jamban umum di kawasan padat penduduk tersebut terbilang jauh.
 
"Akibatnya 80% penduduk Jakarta menggunakan air yang terkontaminasi pembuangan tinja itu karena tinja dibuang langsung ke selokan. Air kotor itu diserap tanah, sedangkan warga kebanyakan masih menggunakan air tanah untuk keperluan sehari-hari," terang Water, Sanitasi, Hygiene Advisor Plan International Indonesia Silvia Devina.
 
"Pemerintah sering menganggap isu sanitasi itu bukan isu yang seksi. Kita lihat saja, di tiap kampanye pilkada, tidak ada gubernur yang memasukkan isu sanitasi. Padahal, ini penting untuk kesehatan. Sesederhana mencuci tangan dengan sabun sebelum makan."
80% Rumah di Jakarta tidak Punya <i>Septic Tank</i>
Contoh septic tank komunal. Foto: MI/Iis Zatnika
 
Berdasarkan pantauan Media Indonesia, gang-gang di RW 02 hanya selebar 1 meter-1,5 meter. Di kawasan itu, satu rumah bisa dihuni 5-7 keluarga. Di beberapa titik, area tersebut bahkan tidak terkena sinar matahari.
 
Oswar Muadzin Mungkasa, Deputi Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, mengatakan daerah permukiman padat seperti Tambora memang memiliki sanitasi yang buruk.
 
Di sana, setiap 1 hektare lahan ditinggali 600 jiwa. Padahal, standarnya 1 hektare diisi sebanyak 120 orang.
 
"Di sini lima kali lipat dari normal. Dengan demikian, sangat sulit mendapatkan tanah kosong. Akibatnya, masyarakat sulit membuat septic tank," ujarnya.
 
Oswar memprediksi ada sekitar 500 ribu-800 ribu warga Jakarta yang tidak memiliki septic tank. Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) komunal menjadi satu-satunya pilihan karena tidak mungkin tiap rumah bikin septic tank.
 
"Dengan IPAL komunal, setiap sepuluh rumah membikin satu septic tank. Ini yang masih memungkinkan. Jika tetap tidak memungkinkan, dibikin WC umum," terangnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan