medcom.id, Jakarta: Tudingan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang menyebutnya mendukung Yusril Ihza Mahendra dalam pilkada DKI 2017, bukan satu-satunya alasan Rustam Effendi mundur sebagai wali kota Jakarta Utara. Rustam memiliki alasan lain.
"Ada alasan-alasan lain yang sifatnya private dan tidak patut untuk saya ungkap di depan publik. Itu menjadi pemahaman kami bersama untuk saya mengantarkan beliau ke Pak Gubernur untuk menyampaikan pernyataan pengunduran diri," kata Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) DKI Jakarta Agus Suradika saat ditemui di kantornya di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (27/4/2016).
Agus sempat berbincang dengan Rustam beberapa waktu lalu. Dia meminta Rustam mempertimbangkan kembali keputusan mundur ini. Rustam diminta salat istikharah dan meminta restu keluarga.
"Kalau keluarga sudah mengizinkan, istikharah sudah dan beliau memutuskan pribadi mudah-mudahan ini jalan terbaik," kata Agus.
Menurut Agus, mundurnya Rustam akan berdampak pada perubahan pendapatan dan psikologis. Gaji Rustam sebagai wali kota Jakarta sebesar Rp70-75 juta akan berkurang drastis lantaran hanya memegang posisi staf di Badan Pendidikan Pelatihan (Badiklat) DKI.
"Sekarang ini kira-kira Rp12-13 juta. Tapi saya kira dengan pendapatan ini kalau biasa hidup sederhana saya kira itu cukup untuk kebutuhan keluarga, tapi saya rasa itu sudah dipertimbangkan Pak Rustam," jelas Agus.
Hingga saat ini, BKD DKI Jakarta belum menemukan pengganti definitif Rustam sebagai wali kota Jakarta Utara. Wakil Wali Kota Jakarta Utara Wahyu Haryadi sementara ini menjadi pelaksana tugas (Plt) wali kota Jakarta Utara.
"Mekanisme pejabat definitifnya kita punya talent ada 120 tapi ada beberapa yang sudah diangkat nanti kami usulkan nama-nama yang cocok maka kita akan minta pertimbangan bukan persetujuan DPRD. Dewan memberikan rekomendasi atau dalam tempo tertentu ada atau tidaknya rekomendasi maka bisa ditunjuk Pak Gubernur siapa penggantinya," jelas Agus.
medcom.id, Jakarta: Tudingan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang menyebutnya mendukung Yusril Ihza Mahendra dalam pilkada DKI 2017, bukan satu-satunya alasan Rustam Effendi mundur sebagai wali kota Jakarta Utara. Rustam memiliki alasan lain.
"Ada alasan-alasan lain yang sifatnya
private dan tidak patut untuk saya ungkap di depan publik. Itu menjadi pemahaman kami bersama untuk saya mengantarkan beliau ke Pak Gubernur untuk menyampaikan pernyataan pengunduran diri," kata Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) DKI Jakarta Agus Suradika saat ditemui di kantornya di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (27/4/2016).
Agus sempat berbincang dengan Rustam beberapa waktu lalu. Dia meminta Rustam mempertimbangkan kembali keputusan mundur ini. Rustam diminta salat istikharah dan meminta restu keluarga.
"Kalau keluarga sudah mengizinkan, istikharah sudah dan beliau memutuskan pribadi mudah-mudahan ini jalan terbaik," kata Agus.
Menurut Agus, mundurnya Rustam akan berdampak pada perubahan pendapatan dan psikologis. Gaji Rustam sebagai wali kota Jakarta sebesar Rp70-75 juta akan berkurang drastis lantaran hanya memegang posisi staf di Badan Pendidikan Pelatihan (Badiklat) DKI.
"Sekarang ini kira-kira Rp12-13 juta. Tapi saya kira dengan pendapatan ini kalau biasa hidup sederhana saya kira itu cukup untuk kebutuhan keluarga, tapi saya rasa itu sudah dipertimbangkan Pak Rustam," jelas Agus.
Hingga saat ini, BKD DKI Jakarta belum menemukan pengganti definitif Rustam sebagai wali kota Jakarta Utara. Wakil Wali Kota Jakarta Utara Wahyu Haryadi sementara ini menjadi pelaksana tugas (Plt) wali kota Jakarta Utara.
"Mekanisme pejabat definitifnya kita punya
talent ada 120 tapi ada beberapa yang sudah diangkat nanti kami usulkan nama-nama yang cocok maka kita akan minta pertimbangan bukan persetujuan DPRD. Dewan memberikan rekomendasi atau dalam tempo tertentu ada atau tidaknya rekomendasi maka bisa ditunjuk Pak Gubernur siapa penggantinya," jelas Agus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)