medcom.id, Jakarta: Dulu, warga yang tinggal di sekitar Kali Krukut, amat takut dengan kehadiran buaya. Mereka lantas tak berani merambah kali.
Tapi sekarang, ketakutan terhadap buaya sirna. Berganti dengan sosok 'hantu' baru bernama lapangan golf yang membentang di seberang permukiman mereka. Belum lagi bangunan-bangunan megah di kiri-kanannya.
Wahyono mengenang, saat kecil dia kerap memancing di kali itu. Wahyono adalah warga yang sudah 40 tahun tinggal di bantaran Kali Krukut, tepatnya di Kelurahan Cipete Selatan, Cilandak, Jakarta Timur.
Sejumlah jenis ikan mudah dia ditemui. Udang adalah salah satu buruan favoritnya. "Sekarang paling dapet cuma ikan sapu-sapu," kata Wahyono, saat berbincang dengan Metrotvnews.com, Jumat 24 Februari 2017.
Wahyono, warga Cipete Selatan
Ia bercerita, saking lebarnya Kali Krukut, warga sampai harus menggunakan rakit untuk menyeberangi sungai. Bahkan, binatang liar seperti buaya kerap kali muncul ke permukaan.
"Makanya warga takut mendekat ke sungai karena ada buaya. Jadi, enggak macem-macem," ujarnya.
Yusuf, warga lain, mengenang pedihnya tinggal di Kali Krukut. Rumahnya hanya dua meter dari bibir Krukut. Derasnya arus sesekali mencipratkan air ke teras rumahnya.
Yusuf, warga Pela, Mampang
Ia hanya pasrah setiap kali hujan deras atau air di hulu sedang naik. Karena hampir pasti banjir akan menggenangi rumahnya, di kawasan Pela Mampang, Jakarta Selatan.
Yusuf iri dengan warga permukiman di seberang sungai. Di sana berdiri bangunan-bangunan mewah. Hampir di sepanjang sungai membentang tembok tinggi penahan banjir.
"Perumahan itu enggak masuk semua airnya, kan ada tembok," kata Yusuf ditemui di RT 02/05 Pela Mampang.
Pria berusia 49 itu mengaku sudah hampir 40 tahun tinggal di bantaran Kali Krukut. Ia bercerita banjir bukanlah hal baru bagi warga bantaran. Namun, banjir yang mampir tak separah beberapa tahun terakhir.
Ia menyayangkan tempat penampungan air yang biasa menampung air dari luapan Kali Krukut justru dibangun lapangan golf.
"Dulu, sebelum ada lapangan golf, jarang banjir," kata Yusuf.
Lain lagi cerita Sumarsih. Wanita 61 tahun itu sudah hampir setengah abad tinggal di bantaran Kali Krukut. Tepatnya di RT 10/05 Pela, Mampang, Jakarta Selatan.
Sumarsih, warga Pela, Mampang
Ia tak bisa lagi menemukan pemandangan ilalang dan semak belukar yang tumbuh di sekitar sungai. Di semak-semak itu biasanya ia menghabiskan waktu sorenya saat masih remaja.
Kata Sumarsih, pada akhir tahun 80-an bangunan-bangunan mewah mulai berdiri di sepanjang bibir sungai. Warga yang tak punya cukup uang lantas tersingkir.
Sumarsih berharap Pemprov DKI segera mengembalikan fungsi Kali Krukut seperti semula. Mereka meminta Pemprov tidak tebang pilih untuk merelokasi warga bantaran Kali Krukut.
"Kalaupun mau digusur, ya, digusur semuanya. Jangan pilih-pilih," kata Sumarsih.
medcom.id, Jakarta: Dulu, warga yang tinggal di sekitar Kali Krukut, amat takut dengan kehadiran buaya. Mereka lantas tak berani merambah kali.
Tapi sekarang, ketakutan terhadap buaya sirna. Berganti dengan sosok 'hantu' baru bernama lapangan golf yang membentang di seberang permukiman mereka. Belum lagi bangunan-bangunan megah di kiri-kanannya.
Wahyono mengenang, saat kecil dia kerap memancing di kali itu. Wahyono adalah warga yang sudah 40 tahun tinggal di bantaran Kali Krukut, tepatnya di Kelurahan Cipete Selatan, Cilandak, Jakarta Timur.
Sejumlah jenis ikan mudah dia ditemui. Udang adalah salah satu buruan favoritnya. "Sekarang paling
dapet cuma ikan sapu-sapu," kata Wahyono, saat berbincang dengan
Metrotvnews.com, Jumat 24 Februari 2017.
Wahyono, warga Cipete Selatan
Ia bercerita, saking lebarnya Kali Krukut, warga sampai harus menggunakan rakit untuk menyeberangi sungai. Bahkan, binatang liar seperti buaya kerap kali muncul ke permukaan.
"Makanya warga takut mendekat ke sungai karena ada buaya. Jadi, enggak
macem-macem," ujarnya.
Yusuf, warga lain, mengenang pedihnya tinggal di Kali Krukut. Rumahnya hanya dua meter dari bibir Krukut. Derasnya arus sesekali mencipratkan air ke teras rumahnya.
Yusuf, warga Pela, Mampang
Ia hanya pasrah setiap kali hujan deras atau air di hulu sedang naik. Karena hampir pasti banjir akan menggenangi rumahnya, di kawasan Pela Mampang, Jakarta Selatan.
Yusuf iri dengan warga permukiman di seberang sungai. Di sana berdiri bangunan-bangunan mewah. Hampir di sepanjang sungai membentang tembok tinggi penahan banjir.
"Perumahan itu enggak masuk semua airnya, kan ada tembok," kata Yusuf ditemui di RT 02/05 Pela Mampang.
Pria berusia 49 itu mengaku sudah hampir 40 tahun tinggal di bantaran Kali Krukut. Ia bercerita banjir bukanlah hal baru bagi warga bantaran. Namun, banjir yang mampir tak separah beberapa tahun terakhir.
Ia menyayangkan tempat penampungan air yang biasa menampung air dari luapan Kali Krukut justru dibangun lapangan golf.
"Dulu, sebelum ada lapangan golf, jarang banjir," kata Yusuf.
Lain lagi cerita Sumarsih. Wanita 61 tahun itu sudah hampir setengah abad tinggal di bantaran Kali Krukut. Tepatnya di RT 10/05 Pela, Mampang, Jakarta Selatan.
Sumarsih, warga Pela, Mampang
Ia tak bisa lagi menemukan pemandangan ilalang dan semak belukar yang tumbuh di sekitar sungai. Di semak-semak itu biasanya ia menghabiskan waktu sorenya saat masih remaja.
Kata Sumarsih, pada akhir tahun 80-an bangunan-bangunan mewah mulai berdiri di sepanjang bibir sungai. Warga yang tak punya cukup uang lantas tersingkir.
Sumarsih berharap Pemprov DKI segera mengembalikan fungsi Kali Krukut seperti semula. Mereka meminta Pemprov tidak tebang pilih untuk merelokasi warga bantaran Kali Krukut.
"Kalaupun mau digusur, ya, digusur semuanya. Jangan pilih-pilih," kata Sumarsih.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)