Plt Gubernur DKI, Sumarsono. Foto:MTVN/Damar Iradat
Plt Gubernur DKI, Sumarsono. Foto:MTVN/Damar Iradat

Pengelola Terminal Pulogebang Berupaya Ubah Perilaku Penumpang

Damar Iradat • 27 Desember 2016 01:06
medcom.id, Jakarta: Kepala Unit Pengelola Terminal (UPT) Pulogebang Nurhayati Sinaga mengakui kesulitan mengatur penumpang di Terminal Pulogebang. Penumpang dinilai masih belum terbiasa dengan konsep yang ditawarkan di Terminal Pulogebang.
 
Nurhayati mengakui, Terminal Pulogebang memiliki konsep yang berbeda dari terminal-terminal lainnya. Oleh karena itu, butuh kerja keras meyakinkan penumpang.
 
"Terutama dari sisi informasi, keamanan, dan kebersihan. Karena, mengubah perilaku orang yang biasa di terminal mengajak bersih itu tantangan tersendiri. Dibutuhkan kerja sama dari operator bus dan penumpang," jelas Nurhayati di Terminal Pulogebang, Jakarta Timur, Senin (26/12/2016).

Nurhayati dan timnya masih sering menemukan banyak penumpang yang merokok di dalam ruangan, serta masih banyak penumpang yang membuang sampah tidak pada tempatnya. Untuk menegur penumpang-penumpang seperti ini, kata dia, tidak mudah.
 
Pengelola membutuhkan trik untuk bisa menyampaikan teguran tersebut, sehingga pihak pengelola tidak bosan dan para penumpang bisa menyikapinya dengan positif. Sebab, untuk menjaga kebersihan di terminal yang cukup luas ini dinilai tidak mudah.
 
"Pengelola hanya ada berapa puluh orang yang membersihkan. Sementara kita ada keterbatasan personil juga. Kami berharap ada kesadaran dari diri sendiri untuk buang sampah pada tempatnya, tidak merokok di sembarang tempat. Itu sangat berarti," ucapnya.
 
Namun demikian, ia mensyukuri saat ini terminal yang diklaim paling besar se-Asia Tenggara itu mulai sering disesaki calon penumpang. Hal ini terlihat jelas dari jumlah penumpang yang terus naik setiap bulannya.
 
Tidak hanya dari jumlah penumpang, dari segi kelas masyarakat juga dinilai ada pergeseran tren. Dari yang sebelumnya pengguna bus antar kota dan antar provinsi kebanyakan masyarakat ekonomi kelas menengah ke bawah, saat ini tidak lagi.
 
"Dari segi kelas masyarakat yang datang, bisa kita lihat banyak yang diantar bermobil, itu menggambarkan segmennya itu bukan hanya yang naik angkutan umum. Ini fenomena sudah menjangkau kelas menengah atas yang memang mau juga naik angkutan umum," tutur dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ALB)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan