medcom.id, Jakarta: Inovasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta lewat aplikasi Qlue diharapkan mempermudah masyarakat untuk melaporkan kondisi tempat tinggalnya. Namun di sisi lain, aplikasi Qlue menambah berat tugas birokrat di tingkat kelurahan.
Lurah Pademangan Timur, Agus Fachruddin mengungkapkan, pekerjaannya kini lebih berat seiring kehadiran Qlue. Dia mengaku kerap mendapat laporan yang tidak sesuai dengan keadaan di lapangan.
"Jadi lebih berat. Tapi, yang namanya (laporan) dari Qlue mau tidak mau, suka tidak suka, lurah harus melaksanakan. Meskipun ini kayaknya hanya permainan masyarakat," kata Agus saat ditemui di kantornya, Selasa (20/10/2015).
Ia mencontohkan soal penanganan kebersihan lingkungan yang biasanya ditangani ketua RT atau RW. Namun ketika petugas kebersihan yang bekerja tidak mengambil sampah karena sakit, sampah terbengkalai dan menyebabkan bau tidak sedap.
"Habis itu warga foto, kirim melalui Qlue. Itu kan sebenarnya bukan ranah kelurahan lagi. Tapi akhirnya mau enggak mau kita ambil lagi, tapi kita tegur juga itu ketua RW-nya," jelas Agus.
Kehadiran aplikasi Qlue, lanjut Agus, juga membuat warga lebih mengandalkan pihak kelurahan. Padahal seharusnya, warga juga bertanggung jawab menjaga kebersihan wilayah tempat tinggalnya sendiri.
Selain itu, Agus ingin laporan dari masyarakat lewat Qlue dapat dukungan dari Pemprov. Pasalnya, tidak semua laporan dari masyarakat dapat langsung diselesaikan kelurahan.
medcom.id, Jakarta: Inovasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta lewat aplikasi Qlue diharapkan mempermudah masyarakat untuk melaporkan kondisi tempat tinggalnya. Namun di sisi lain, aplikasi Qlue menambah berat tugas birokrat di tingkat kelurahan.
Lurah Pademangan Timur, Agus Fachruddin mengungkapkan, pekerjaannya kini lebih berat seiring kehadiran Qlue. Dia mengaku kerap mendapat laporan yang tidak sesuai dengan keadaan di lapangan.
"Jadi lebih berat. Tapi, yang namanya (laporan) dari Qlue mau tidak mau, suka tidak suka, lurah harus melaksanakan. Meskipun ini kayaknya hanya permainan masyarakat," kata Agus saat ditemui di kantornya, Selasa (20/10/2015).
Ia mencontohkan soal penanganan kebersihan lingkungan yang biasanya ditangani ketua RT atau RW. Namun ketika petugas kebersihan yang bekerja tidak mengambil sampah karena sakit, sampah terbengkalai dan menyebabkan bau tidak sedap.
"Habis itu warga foto, kirim melalui Qlue. Itu kan sebenarnya bukan ranah kelurahan lagi. Tapi akhirnya mau enggak mau kita ambil lagi, tapi kita tegur juga itu ketua RW-nya," jelas Agus.
Kehadiran aplikasi Qlue, lanjut Agus, juga membuat warga lebih mengandalkan pihak kelurahan. Padahal seharusnya, warga juga bertanggung jawab menjaga kebersihan wilayah tempat tinggalnya sendiri.
Selain itu, Agus ingin laporan dari masyarakat lewat Qlue dapat dukungan dari Pemprov. Pasalnya, tidak semua laporan dari masyarakat dapat langsung diselesaikan kelurahan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)