Jakarta: Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Komaruddin mengungkapkan para remaja yang kerap tawuran di wilayahnya bertujuan untuk menunjukkan eksistensi mereka di geng. Ada pelabelan 'level' tertentu dalam kelompok remaja tersebut.
"Dalam kelompok mereka itu ada kelas-kelas, kalau mau naik tingkat, naik pangkat, mau jadi level pimpinan, dia harus pernah ngebacok orang dulu," ungkap Komaruddin saat diwawacarai Jumat, 23 September 2022.
Ia mengungkapkan dalam setiap geng remaja yang suka tawuran ada tingkatan tertentu. Anggota yang hanya sebatas menyiapkan motor ketika tawuran untuk melarikan diri saat tertangkap basah masuk kategori level bawah.
"Jadi dalam satu kelompok itu ada beberapa anak, ada mereka yang sebatas joki, mereka enggak ikut berkelahi, dia hanya siapkan motor untuk melarikan diri," ungkap Komarudin.
Sedangkan, remaja yang memegang alat atau senjata berada di level yang lebih tinggi. Terlebih, jika mereka pernah melukai lawannya.
"Kalau berada di level yang tinggi, perannnya itu berubah menjadi hanya memerintah saja dalam tawuran tersebut," jelas dia.
Komarudin mengaku menemukan fakta bahwa sebagian besar pelaku tawuran masih di bawah umur. Saat ini, polisi memantau 16 akun media sosial (medsos) yang diduga kerap menjadi pemicu tawuran di wilayah Jakarta Pusat.
"Yang kita pantau hingga saat ini ada 16 akun medsos. Akun tersebut yang diduga kerap kali melakukan aksi mereka melalui medsos," ucap dia.
Jakarta: Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Komaruddin mengungkapkan para remaja yang kerap
tawuran di wilayahnya bertujuan untuk menunjukkan eksistensi mereka di geng. Ada pelabelan 'level' tertentu dalam kelompok remaja tersebut.
"Dalam kelompok mereka itu ada kelas-kelas, kalau mau naik tingkat, naik pangkat, mau jadi level pimpinan, dia harus pernah ngebacok orang dulu," ungkap Komaruddin saat diwawacarai Jumat, 23 September 2022.
Ia mengungkapkan dalam setiap geng remaja yang suka
tawuran ada tingkatan tertentu. Anggota yang hanya sebatas menyiapkan motor ketika tawuran untuk melarikan diri saat tertangkap basah masuk kategori level bawah.
"Jadi dalam satu kelompok itu ada beberapa anak, ada mereka yang sebatas joki, mereka enggak ikut berkelahi, dia hanya siapkan motor untuk melarikan diri," ungkap Komarudin.
Sedangkan, remaja yang memegang alat atau senjata berada di level yang lebih tinggi. Terlebih, jika mereka pernah melukai lawannya.
"Kalau berada di level yang tinggi, perannnya itu berubah menjadi hanya memerintah saja dalam tawuran tersebut," jelas dia.
Komarudin mengaku menemukan fakta bahwa sebagian besar pelaku tawuran masih di bawah umur. Saat ini, polisi memantau 16 akun
media sosial (medsos) yang diduga kerap menjadi pemicu tawuran di wilayah Jakarta Pusat.
"Yang kita pantau hingga saat ini ada 16 akun medsos. Akun tersebut yang diduga kerap kali melakukan aksi mereka melalui medsos," ucap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)
