medcom.id, Jakarta: Penerapan Ujian Nasional (UN) dengan sistem berbasis Komputer atau <i>Computer Based Test</i> (CBT) dinilai dapat menghilangkan budaya mencontek yang selama ini dilakukan peserta didik.
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Puranama mengatakan, sistem CBT diharapkan mendorong peserta UN untuk mengedepankan kejujuran.
"Saya berharap, anak-anak tak sekedar lulus ujian, tapi yang paling penting kejujuran. Orang jujur akan lebih untung <i>kok</i>, hilangkan budaya contekan," kata Ahok saat mengunjungi SMKN 27 di Sawah Besar, Jakarta Pusat, Senin (13/4/2015).
Mantan Bupati Belitung Timur itu sepakat penetuan kelulusan siswa tak hanya ditentukan melalui UN, tetapi juga menggunakan indeks integritas siswa. Sebab, nilai integritas siswa menjadi modal jati diri siswa sebagai penerus bangsa.
"Tetap yang jujur lebih untung, karena kalau untuk kerja, usaha bukan soal nilai lulus sertifikat, yang diliat itu faktor kejujuran, integritas kita. Tentu Kita mesti cerdas, tapi kalau dikasih dari Tuhan <i>pas-pasan</i> tidak apa-apalah," ujarnya.
Seperti diketahui, berdasarkan Permendikbud No. 144 tahun 2014 tentang ujian nasional, penilaian kelulusan siswa pada UN 2015 menggunakan perbandingan 50:50 antara nilai bobot UN dengan nilai ujian sekolah.
medcom.id, Jakarta: Penerapan Ujian Nasional (UN) dengan sistem berbasis Komputer atau
Computer Based Test (CBT) dinilai dapat menghilangkan budaya mencontek yang selama ini dilakukan peserta didik.
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Puranama mengatakan, sistem CBT diharapkan mendorong peserta UN untuk mengedepankan kejujuran.
"Saya berharap, anak-anak tak sekedar lulus ujian, tapi yang paling penting kejujuran. Orang jujur akan lebih untung
kok, hilangkan budaya contekan," kata Ahok saat mengunjungi SMKN 27 di Sawah Besar, Jakarta Pusat, Senin (13/4/2015).
Mantan Bupati Belitung Timur itu sepakat penetuan kelulusan siswa tak hanya ditentukan melalui UN, tetapi juga menggunakan indeks integritas siswa. Sebab, nilai integritas siswa menjadi modal jati diri siswa sebagai penerus bangsa.
"Tetap yang jujur lebih untung, karena kalau untuk kerja, usaha bukan soal nilai lulus sertifikat, yang diliat itu faktor kejujuran, integritas kita. Tentu Kita mesti cerdas, tapi kalau dikasih dari Tuhan
pas-pasan tidak apa-apalah," ujarnya.
Seperti diketahui, berdasarkan Permendikbud No. 144 tahun 2014 tentang ujian nasional, penilaian kelulusan siswa pada UN 2015 menggunakan perbandingan 50:50 antara nilai bobot UN dengan nilai ujian sekolah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)