Waktu menunjukkan pukul 10.11 WIB. Furqon hanya punya waktu empat menit agar tidak tertinggal kereta menuju Tangerang yang dijadwalkan berangkat pukul 10.15 WIB.
"Kalau gak lari mana mungkin bisa mengejar kereta yang menuju Tangerang," kata Furqon, saat ditemui Medcom.id.
Nasib Furqon lebih beruntung dari ribuan penumpang lain yang turun di Stasiun Duri. Apalagi bagi para penumpang tiba di pagi hari antara pukul 07.00 hingga 08.00 WIB. Antrean untuk bisa menembus eskalator bisa mencapai 20 menit saking padatnya penumpang.
Sejak kemarin, warganet mengeluhkan susahnya mengakses antarperon di stasiun yang menjadi tempat transit Kereta Bandara itu. Putri, di akun Twitter @Iputrii1 mengaku kewalahan untuk bisa melewati eskalator untuk berpindah peron.
“Makin horor tiap pergi dan pulang kerja. Harus was-was karena keadaan dari perpindahan peron belum kondusif. Tadi eskalator (yang) naik tiba-tiba turun. Astaga serem banget. Hunger Games to be true ya gak sih berjuang untuk pulang,” kata dia sambil membagikan video kekacauan di sana.
Stasiun duri makin horor tiap pergi dan pulang kerja harus was was karna keadaan dari perpindahan peron belum kondusif juga, tadi eskalator naik tiba" turun astaga serem bgt.Hunger Games to be true ya ga sih berjuang untuk pulang ???? @CommuterLine pic.twitter.com/7AuZEUirAT
— putri (@Iputrii1) March 27, 2018
Dipicu perpindahan peron
Onak atau kesulitan yang terjadi di Stasiun Duri dipicu perpindahan peron relasi Duri-Tangerang dari yang biasanya berada di peron 4, berpindah ke peron 5. Perpindahan ini dimulai sejak Minggu, 25 Maret 2018. Akun resmi PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) di Twitter @CommuterLine sempat mengumumkan perpindahan ini:
#RekanCommuters Mulai hari ini, KRL tujuan Stasiun Tangerang di Stasiun Duri di layani di Jalur 5 untuk naik turun penumpang dan KA Bandara akan di layani di jalur 3/4.
— Info Commuter Line (@CommuterLine) March 25, 2018
Saat kereta masih bersandar di peron 4, penumpang tak perlu kesulitan mengakses eskalator. Mereka cukup menyeberang antarperon karena, selain jaraknya pendek, ketinggian peron juga bisa memungkinkan untuk dilewati.
Perpindahan peron ini juga tak diikuti dengan alternatif jalur yang nyaman bagi penumpang. Saat ini hanya ada dua akses untuk jalur antara peron 1 menuju ke peron 5, yakni melalui eskalator dan ujung selatan peron. Sayangnya, ujung selatan peron sulit diakses akibat jaraknya yang amat jauh, apalagi bagi penumpang yang berada di rangkaian sebelah utara.
Medcom.id mencoba mengakses ujung selatan akses dari peron 1 ke peron 5. Jaraknya cukup jauh bagi yang turun dari tengah rangkaian kereta. Beberapa penumpang bahkan berlari agar tak tertinggal kereta berikutnya. Untuk kasus tertentu, jarak keberangkatan antara satu kereta dengan kereta lain amat mepet.
Alhasil, hanya eskalator yang paling dekat untuk digapai. Karena paling dekat, berbondong-bondong penumpang mengaksesnya. Terjadilah kekacauan di sana, terutama di jam-jam sibuk seperti saat berangkat dan pulang kantor.

Akses eskalator di Stasiun Duri saat kosong

Akses eskalator di Stasiun Duri saat penuh
Kurang akses
Kepala Stasiun Besar Duri, Widy Aries Subiyanto, tak menampik ada penumpukan arus lalu lintas penumpang di eskalator. Dia juga membenarkan jika penumpukan itu terjadi karena kurangnya akses lalu lintas penumpang antarperon.
“Ke depan akan kami tambah akses lalu lintas untuk penumpang,” kata Widy ditemui di ruangannya.
Salah satunya akan membuka akses di ujung utara peron. Dengan begitu, akan ada tiga jalur lalu lintas penumpang, yakni di ujung utara, ujung selatan, dan eskalator.
“Malam ini akan dilakukan pengaspalan. Diperkirakan satu atau dua hari ke depan akses ujung utara sudah selesai. Ini sebagai solusi jangka pendek mengurai kemacetan arus penumpang,” kata dia.
Untuk jangka panjang, Widy mengatakan akan membangun tangga manual di tengah stasiun. Tangga ini menghubungkan peron 1 hingga peron 5.
“Ini sudah ada kajiannya, konsepnya sudah disusun. Nanti kita lelang, baru setelah itu pembangunan,” ujarnya.

Akses dari ujung selatan peron 5 sepi, tapi jarak tempuh melelahkan
Widy mengatakan perpindahan penumpang tak memungkinkan melalui jalur tengah seperti saat kereta Duri-Tangerang masih ada di peron 4.
“Itu tak memungkinkan jika melihat tinggi peron. Jaraknya juga berimpitan. Kalau dibuka crossing di tengah, space-nya gak dapet. Jadi, yang memungkinkan baru di setiap ujung peron,” ujar dia.
Berdasarkan data yang ia himpun, kapasitas eskalator maksimal menampung 9.000 orang per jam. Menurutnya, kapasitas itu masih lebih dari cukup untuk perpindahan penumpang. Data penumpang yang turun pada jam sibuk maksimal 2.000 per rangkaian.
“Jika satu jam ada tiga rangkaian yang berhenti, maka maksimal hanya 6.000 penumpang yang turun. Eskalator masih cukup,” ujarnya.
Hanya, dia belum menghitung waktu tarikan maksimal eskalator dari sekali jalan. “Masih kita hitung,” ujarnya.
Dia menyarankan penumpang mengambil akses ujung peron jika ekskalator dalam keadaan penuh. “Agar tak berdesak-desakan.”
Pembenahan sinyal
Terkait perpindahan relasi Duri-Tangerang dari peron 4 ke peron 5, Widy menjelaskan, hal itu terjadi karena adanya pembenahan sinyal. Persinyalan di Stasiun Duri dibenahi seiring adanya Kereta Bandara dan penambahan rangkaian kereta.
“Jadi, dengan mulai berlakunya persinyalan ini, otomatis peron 4 hanya bisa disinggahi kereta dengan maksimal delapan rangkaian. Sedangkan relasi Duri-Tangerang kita uji coba kereta dengan 10 rangkaian,” katanya.
“Kalau kereta (dengan 10 rangkaian) saya masukkan ke peron 4, otomatis melebihi kapasitas panjang peron. Ini berkaitan dengan safety.” Peron 5, kata dia, bisa menampung kereta hingga 12 rangkaian.
@CommuterLine ini di stasiun duri tanggapannya min??? hampir ada yang berantem pic.twitter.com/iU6IglE7nI
— Gilang Purnama Sandi (@GilangPurnamaS) March 26, 2018
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News