medcom.id, Jakarta: Beberapa warga eks Kampung Pulo yang terkena penggusuran masih enggan pindah ke rumah susun (rusun) Jatinegara Barat. Biaya sewa dan sulitnya membuka usaha menjadi alasan warga ogah beranjak dari bantaran Kali Ciliwung.
Metrotvnews.com, menelusuri jalan inspeksi sepanjang bantaran Kali Ciliwung, sambil sesekali berbincang dengan warga. Beberapa warga masih menempati rumah yang setengah bangunannya sudah terbongkar akibat proyek normalisasi.
"Saya pilih tinggal disini saja, enggak apa-apa rumah saya kena bongkaran sebagian. Dari pada harus tinggal di rusun bayar dan aksesnya susah kemana-mana," kata salah satu warga Kampung Pulo, Yati, kepada Metrotvnews.com, Jumat (29/4/2016).
Kondisi rumah warga di Kampung Pulo/MTVN/Whisnu M
Alasan lain dikemukakan Santi, warga asal Jawa Tengah. Ia enggan pindah ke Rusun Jatinegara Barat lantaran disana sulit membuka usaha warung. Pengelola Rusun melarang penghuni berjualan di masing-masing pintu.
"Kalau di sini kan bebas ngapain saja, bisa dagang apa saja. Rusun disana enggak saya ambil, saya enggak mau dapat di lantai 16, biarin saja," tutur Santi.
Warga enggan meski Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyediakan berbagai fasilitas di Rusun Jatinegara Barat. Setidaknya, pemerintah menyediakan bus sekolah, masjid, puskesmas, dan aula.
Masalah Ekonomi di Rusun
Kekhawatiran beberapa warga soal roda perekonomian terklarifikasi melalui salah satu warga rusn. Metrotvnews.com menemui Denli Irawan dan Pipin, warga Rusun Jatinegara Barat.
Denli kini tak lagi bisa berdagang. Kondisi perekonomiannya menjadi jauh lebih sulit. Ia dan beberapa warga lainnya mengklaim sudah tak memiliki modal berdagang.
"Dulu waktu tinggal di Kampung Pulo, saya bisa dapat Rp100 ribu per hari, jualan kecil-kecilan. Sekarang buat bayar sewa saja enggak mampu," kata Denli kepada Metrotvnews.com di Ruang RW 09, Rusun Jatinegara Barat, Jalan Jatinegara Barat, Jakarta Timur, Jumat (29/4/2016).
Rusun Jatinegara Barat/ANT/Vitalis Yogi
Pria asli Betawi itu mengaku menunggak bayar sewa rusun selama lima bulan. Ia berharap Pemprov DKI menangani permasalahan warga yang tak mampu membayar uang sewa.
"Kadang-kadang untuk makan pun saya minta sama tetangga, karena kita merasa senasib jadi saling peduli," jelas Denli.
Masalah yang dialami Denli ternyata juga dialami warga lainnya. Pipin, salah satu warga eks-Kampung Pulo, bahkan sampai harus mengumpulkan barang bekas demi bisa membayar sewa dan menyambung hidup.
"Seharusnya Pemprov DKI kasih kami uang kerahiman, buat modal usaha. Sekarang ada 38 warga yang sudah mendapatkan surat peringatan penyerahan kunci," terang Pipin.
Ketua RW 09, Bahruddin sudah membicarakan ini dengan pengurus RT. Bahruddin mencoba menghimpun dana untuk membantu tunggakan sewa warga.
"Kita enggak mau kalau mereka sampai terusir. Mereka kan warga saya juga. Kemarin ada anggota dewan bantu. Kalau dari Pemprov belum ada solusi," ujar Bahruddin.
medcom.id, Jakarta: Beberapa warga eks Kampung Pulo yang terkena penggusuran masih enggan pindah ke rumah susun (rusun) Jatinegara Barat. Biaya sewa dan sulitnya membuka usaha menjadi alasan warga ogah beranjak dari bantaran Kali Ciliwung.
Metrotvnews.com, menelusuri jalan inspeksi sepanjang bantaran Kali Ciliwung, sambil sesekali berbincang dengan warga. Beberapa warga masih menempati rumah yang setengah bangunannya sudah terbongkar akibat proyek normalisasi.
"Saya pilih tinggal disini saja, enggak apa-apa rumah saya kena bongkaran sebagian. Dari pada harus tinggal di rusun bayar dan aksesnya susah kemana-mana," kata salah satu warga Kampung Pulo, Yati, kepada
Metrotvnews.com, Jumat (29/4/2016).
Kondisi rumah warga di Kampung Pulo/MTVN/Whisnu M
Alasan lain dikemukakan Santi, warga asal Jawa Tengah. Ia enggan pindah ke Rusun Jatinegara Barat lantaran disana sulit membuka usaha warung. Pengelola Rusun melarang penghuni berjualan di masing-masing pintu.
"Kalau di sini kan bebas ngapain saja, bisa dagang apa saja. Rusun disana enggak saya ambil, saya enggak mau dapat di lantai 16, biarin saja," tutur Santi.
Warga enggan meski Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyediakan berbagai fasilitas di Rusun Jatinegara Barat. Setidaknya, pemerintah menyediakan bus sekolah, masjid, puskesmas, dan aula.
Masalah Ekonomi di Rusun
Kekhawatiran beberapa warga soal roda perekonomian terklarifikasi melalui salah satu warga rusn.
Metrotvnews.com menemui Denli Irawan dan Pipin, warga Rusun Jatinegara Barat.
Denli kini tak lagi bisa berdagang. Kondisi perekonomiannya menjadi jauh lebih sulit. Ia dan beberapa warga lainnya mengklaim sudah tak memiliki modal berdagang.
"Dulu waktu tinggal di Kampung Pulo, saya bisa dapat Rp100 ribu per hari, jualan kecil-kecilan. Sekarang buat bayar sewa saja enggak mampu," kata Denli kepada
Metrotvnews.com di Ruang RW 09, Rusun Jatinegara Barat, Jalan Jatinegara Barat, Jakarta Timur, Jumat (29/4/2016).
Rusun Jatinegara Barat/ANT/Vitalis Yogi
Pria asli Betawi itu mengaku menunggak bayar sewa rusun selama lima bulan. Ia berharap Pemprov DKI menangani permasalahan warga yang tak mampu membayar uang sewa.
"Kadang-kadang untuk makan pun saya minta sama tetangga, karena kita merasa senasib jadi saling peduli," jelas Denli.
Masalah yang dialami Denli ternyata juga dialami warga lainnya. Pipin, salah satu warga eks-Kampung Pulo, bahkan sampai harus mengumpulkan barang bekas demi bisa membayar sewa dan menyambung hidup.
"Seharusnya Pemprov DKI kasih kami uang kerahiman, buat modal usaha. Sekarang ada 38 warga yang sudah mendapatkan surat peringatan penyerahan kunci," terang Pipin.
Ketua RW 09, Bahruddin sudah membicarakan ini dengan pengurus RT. Bahruddin mencoba menghimpun dana untuk membantu tunggakan sewa warga.
"Kita enggak mau kalau mereka sampai terusir. Mereka kan warga saya juga. Kemarin ada anggota dewan bantu. Kalau dari Pemprov belum ada solusi," ujar Bahruddin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OJE)