medcom.id, Jakarta: Warga RT 09/04, Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan, kecewa. Pemerintah dinilai menggusur rumah mereka secara paksa. Anak-anak pun terpaksa tidak sekolah.
Ari Susanto, 43, warga Rawajati, mengatakan, anggota Satuan Polisi Pamong Praja datang ke Rawajati pukul 05.00 WIB. Alat berat lantas masuk meratakan rumah yang Ari huni puluhan tahun bersama keluarga.
"Anak saya SD tidak sekolah. Bagaimana mau berangkat, jalannya saja ditutup," kata Ari di lokasi penggusuran, Kamis (1/9/2016).
Suasana di Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan. Foto: MTVN/Ilham Wibowo
Ari khawatir dengan masa depan anaknya. Menurut Ari, pemerintah hanya ingin membangun tanpa memikirkan dampaknya. Ari mengaku mendukung pembangunan, tetapi dengan cara lebih elok.
"Kami korban ambisi pemerintah. Nasib anak saya di sekolah pasti terbengkalai. Semua warga kami sibuk berkemas," ujar Ari.
Anggota DPRD Komisi A dari Fraksi Gerindra Syarif meminta tanggung jawab Wali Kota Jakarta Selatan Tri Kurniadi dan Gubernur DKI Jakarta Basuki 'Ahok' Tjahaja Purnama, karena penggusuran bangunan di Rawajati tanpa surat perintah bongkar. "Secara pribadi saya minta wali kota dan Ahok mundur," kata Syarif, di lokasi penggusuran.
Menurut Syarif, warga tak diberi kesempatan untuk berkemas. "Camat bilang perintah wali kota, (tetapi) surat bongkar tidak ada," ujar Syarif.
Suasana di Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan. Foto: MTVN/Ilham Wibowo
Syarif mengatakan, sebuah pembangunan bisa dikatakan berhasil bila tanpa menyengsarakan rakyat. Syarif mempertanyakan nasib warga Rawajati yang tempat tinggalnya sudah dibongkar. Ia mengaku bertanya ke beberapa warga, namun tidak ada yang tahu mereka akan tinggal di mana.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggusur bangunan di Rawajati karena menempati tanah negara. Kompensasinya, pemerintah menyediakan Rumah Susun Marunda untuk korban penggusuran.
Pemerintah sejak beberapa bulan lalu mengingatkan warga agar minggat dari Rawajati. Namun, mayoritas menolak pindah ke rumah susun dengan berbagai alasan, salah satunya lokasi Rumah Susun Marunda dianggap terlalu jauh.
medcom.id, Jakarta: Warga RT 09/04, Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan, kecewa. Pemerintah dinilai menggusur rumah mereka secara paksa. Anak-anak pun terpaksa tidak sekolah.
Ari Susanto, 43, warga Rawajati, mengatakan, anggota Satuan Polisi Pamong Praja datang ke Rawajati pukul 05.00 WIB. Alat berat lantas masuk meratakan rumah yang Ari huni puluhan tahun bersama keluarga.
"Anak saya SD tidak sekolah. Bagaimana mau berangkat, jalannya saja ditutup," kata Ari di lokasi penggusuran, Kamis (1/9/2016).
Suasana di Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan. Foto: MTVN/Ilham Wibowo
Ari khawatir dengan masa depan anaknya. Menurut Ari, pemerintah hanya ingin membangun tanpa memikirkan dampaknya. Ari mengaku mendukung pembangunan, tetapi dengan cara lebih elok.
"Kami korban ambisi pemerintah. Nasib anak saya di sekolah pasti terbengkalai. Semua warga kami sibuk berkemas," ujar Ari.
Anggota DPRD Komisi A dari Fraksi Gerindra Syarif meminta tanggung jawab Wali Kota Jakarta Selatan Tri Kurniadi dan Gubernur DKI Jakarta Basuki 'Ahok' Tjahaja Purnama, karena penggusuran bangunan di Rawajati tanpa surat perintah bongkar. "Secara pribadi saya minta wali kota dan Ahok mundur," kata Syarif, di lokasi penggusuran.
Menurut Syarif, warga tak diberi kesempatan untuk berkemas. "Camat bilang perintah wali kota, (tetapi) surat bongkar tidak ada," ujar Syarif.
Suasana di Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan. Foto: MTVN/Ilham Wibowo
Syarif mengatakan, sebuah pembangunan bisa dikatakan berhasil bila tanpa menyengsarakan rakyat. Syarif mempertanyakan nasib warga Rawajati yang tempat tinggalnya sudah dibongkar. Ia mengaku bertanya ke beberapa warga, namun tidak ada yang tahu mereka akan tinggal di mana.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggusur bangunan di Rawajati karena menempati tanah negara. Kompensasinya, pemerintah menyediakan Rumah Susun Marunda untuk korban penggusuran.
Pemerintah sejak beberapa bulan lalu mengingatkan warga agar minggat dari Rawajati. Namun, mayoritas menolak pindah ke rumah susun dengan berbagai alasan, salah satunya lokasi Rumah Susun Marunda dianggap terlalu jauh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TRK)