Jakarta: Sebanyak 446 pedagang kaki lima (PKL) yang dulu berjualan di badan jalan dan trotoar Jalan Jati Baru Raya, Tanah Abang, Jakarta Pusat, telah berdagang di jembatan penyeberangan multiguna (JPM) atau skybridge sejak Senin, 10 Desember 2018. Namun, sejumlah PKL yang telah dua hari berjualan di atas skybridge mengeluh akibat omzet dagangan mereka menurun.
Salah seorang PKL yang menempati kios bernomor V445, Yusril, mengatakan omzetnya menurun jika dibandingkan dengan saat dia berdagang di trotoar Jalan Jati Baru Raya. "Iya, omzetnya turun, mungkin karena masih baru pindah ya," kata Yusril, Selasa, 11 Desember 2018.
Ia mengatakan saat masih berjualan di trotoar Jalan Jati Baru Raya biasanya dia bisa mendapatkan omzet hingga Rp700 ribu lebih. Namun, kemarin dia hanya mampu mengumpulkan uang Rp300. "Omzet harian beda-beda ya, tetapi kalau seminggu, bisa dapat omzet bersih Rp1 juta. Di sini belum tahu ya, semoga saja bisa laris dan bertambah. Baru juga sehari kan," lanjutnya.
Hal senada disampaikan pedagang pakaian muslim di kios nomor 413, Rico Maicandra. Meski omzet yang didapatkan kemarin menurun, ia tidak bisa menyimpulkan secara keseluruhan hasil dagangannya sejak berjualan di skybridge. "Omzet kemarin turun dari biasa iya, tetapi kan masih sehari. Jadi, kita belum tahu," sebutnya.
Baca: Tarif Kios Skybridge Tanah Abang Rp500 Ribu Sebulan
Biasanya dia bisa menjual maksimal 1 kodi pakaian, dengan omzet bersih rata-rata Rp1,2 juta lebih. Sebaliknya, pada hari pertama dia hanya bisa menjual beberapa potong pakaian.
Dari pantauan Media Indonesia, kios-kios PKL di skybridge yang berada di arah menuju Blok F dan Blok G Tanah Abang sudah dipenuhi pedagang. Sebaliknya, di lapak arah halte masih ada belasan kios yang masih tutup.
Nyaman
Meski pedagang mengeluhkan sepinya pengunjung di hari pertama, keberadaan pedagang di skybridge membuat penasaran pengunjung. Warga Pondok Kopi, Duren Sawit, Henny, misalnya mengaku sengaja pergi ke Pasar Tanah Abang untuk berbelanja sebab penasaran dengan keberadaan kios PKL di skybridge. "Penasaran lapak pedagang pindah kemari. Tadi beli jilbab di sana," jelasnya.
Mengakses kios di skybridge, kata Henny, lebih mudah dan nyaman dari Stasiun Tanah Abang. Apalagi dengan menggunakan KRL, ia bisa langsung menuju skybridge. Henny menjelaskan keberadaan kios PKL di skybridge juga lebih bersih, rapi, dan tidak harus berimpitan seperti di lokasi sebelumnya.
Kasatpol PP Tanah Abang, Aries Cahyadi, mengatakan seharusnya semua PKL telah berjualan di skybridge sebab mereka telah diberi kunci kios. "Iya, mereka sudah beroperasi hari ini. Tadi sudah ramai di atas," kata Aries di Tanah Abang.
PKL yang tidak mendapatkan kios di jembatan penyeberangan multiguna, lanjut Aries, telah direlokasi ke Blok F. Karena itu, apa pun alasannya, petugas Satpol PP tetap melakukan tindakan bila masih ada yang berdagang di jalur kendaraan dan trotoar. "Kami tindak jika masih melanggar," tegas Aries.
Jakarta: Sebanyak 446 pedagang kaki lima (PKL) yang dulu berjualan di badan jalan dan trotoar Jalan Jati Baru Raya, Tanah Abang, Jakarta Pusat, telah berdagang di jembatan penyeberangan multiguna (JPM) atau skybridge sejak Senin, 10 Desember 2018. Namun, sejumlah PKL yang telah dua hari berjualan di atas skybridge mengeluh akibat omzet dagangan mereka menurun.
Salah seorang PKL yang menempati kios bernomor V445, Yusril, mengatakan omzetnya menurun jika dibandingkan dengan saat dia berdagang di trotoar Jalan Jati Baru Raya. "Iya, omzetnya turun, mungkin karena masih baru pindah ya," kata Yusril, Selasa, 11 Desember 2018.
Ia mengatakan saat masih berjualan di trotoar Jalan Jati Baru Raya biasanya dia bisa mendapatkan omzet hingga Rp700 ribu lebih. Namun, kemarin dia hanya mampu mengumpulkan uang Rp300. "Omzet harian beda-beda ya, tetapi kalau seminggu, bisa dapat omzet bersih Rp1 juta. Di sini belum tahu ya, semoga saja bisa laris dan bertambah. Baru juga sehari kan," lanjutnya.
Hal senada disampaikan pedagang pakaian muslim di kios nomor 413, Rico Maicandra. Meski omzet yang didapatkan kemarin menurun, ia tidak bisa menyimpulkan secara keseluruhan hasil dagangannya sejak berjualan di skybridge. "Omzet kemarin turun dari biasa iya, tetapi kan masih sehari. Jadi, kita belum tahu," sebutnya.
Baca: Tarif Kios Skybridge Tanah Abang Rp500 Ribu Sebulan
Biasanya dia bisa menjual maksimal 1 kodi pakaian, dengan omzet bersih rata-rata Rp1,2 juta lebih. Sebaliknya, pada hari pertama dia hanya bisa menjual beberapa potong pakaian.
Dari pantauan
Media Indonesia, kios-kios PKL di skybridge yang berada di arah menuju Blok F dan Blok G Tanah Abang sudah dipenuhi pedagang. Sebaliknya, di lapak arah halte masih ada belasan kios yang masih tutup.
Nyaman
Meski pedagang mengeluhkan sepinya pengunjung di hari pertama, keberadaan pedagang di skybridge membuat penasaran pengunjung. Warga Pondok Kopi, Duren Sawit, Henny, misalnya mengaku sengaja pergi ke Pasar Tanah Abang untuk berbelanja sebab penasaran dengan keberadaan kios PKL di skybridge. "Penasaran lapak pedagang pindah kemari. Tadi beli jilbab di sana," jelasnya.
Mengakses kios di skybridge, kata Henny, lebih mudah dan nyaman dari Stasiun Tanah Abang. Apalagi dengan menggunakan KRL, ia bisa langsung menuju skybridge. Henny menjelaskan keberadaan kios PKL di skybridge juga lebih bersih, rapi, dan tidak harus berimpitan seperti di lokasi sebelumnya.
Kasatpol PP Tanah Abang, Aries Cahyadi, mengatakan seharusnya semua PKL telah berjualan di skybridge sebab mereka telah diberi kunci kios. "Iya, mereka sudah beroperasi hari ini. Tadi sudah ramai di atas," kata Aries di Tanah Abang.
PKL yang tidak mendapatkan kios di jembatan penyeberangan multiguna, lanjut Aries, telah direlokasi ke Blok F. Karena itu, apa pun alasannya, petugas Satpol PP tetap melakukan tindakan bila masih ada yang berdagang di jalur kendaraan dan trotoar. "Kami tindak jika masih melanggar," tegas Aries.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)