medcom.id, Jakarta: Anak-anak di bawah umur sering berbuat tidak senonoh di pemakaman umum Tegal Alur, Jakarta Barat. Mereka rata-rata masih duduk di bangku sekolah dasar dan SMP.
Maimun uring-uringan saat ditemui Metrotvnews.com di rumahnya di RT 02 RW 08, Kebon 200, Kelurahan Kamal, Kalideres, Jakarta Barat. Ketua RT itu mengaku sering mendapati anak SD dan SMP mesum di pemakaman Tegal Alur.
"Saya kesal dengan anak-anak di sini yang masih berusia SD dan SMP berbuat amoral di Tempat Pemakaman Umum Tegal Alur," kata Maimun, Kamis (24/12/2015).
Maimun mengelus dada karena banyak anak-anak di kampungnya putus sekolah, tidak bisa baca tulis, dan hanya bercita-cita jadi penggali kuburan. Ia menduga, para orang tua banyak yang tidak memperdulikan nasib anak-anaknya.
Menurut Maimun, Pemerintah DKI Jakarta memiliki program Kartu Jakarta Pintar agar tidak ada lagi anak-anak putus sekolah dengan alasan orang tua tidak punya biaya. Di daerah pedalamam, lanjutnya, anak-anak rela berjalan berkilo-kilo meter demi sekolah.
Sementara di Jakarta selain mendapat KJP, anak-anak tidak perlu berjalan jauh-jauh karena letak gedung sekolah dekat dengan pemukiman. Ia berharap pemerintah bisa menindak orang tua yang mengabaikan masa depan anak.
"Ini dampaknya bukan sekarang tapi akan terasa di masa yang akan datang," ujar Maimun.
Maimun juga berharap petugas TPU Tegal Alur melarang anak usia sekolah masuk ke area pemakaman. Dengan cara itu, mungkin bisa menyelamatkan anak-anak dari hal-hal yang tidak baik untuk masa depan.
Staf Kantor TPU Tegal Alur Ebiet Basrah mengakui anak-anak sering ke luar masuk area pemakaman Tegal Alur. Tidak adanya pagar membatas memudahkan siapa saja masuk ke area pemakaman.
medcom.id, Jakarta: Anak-anak di bawah umur sering berbuat tidak senonoh di pemakaman umum Tegal Alur, Jakarta Barat. Mereka rata-rata masih duduk di bangku sekolah dasar dan SMP.
Maimun uring-uringan saat ditemui
Metrotvnews.com di rumahnya di RT 02 RW 08, Kebon 200, Kelurahan Kamal, Kalideres, Jakarta Barat. Ketua RT itu mengaku sering mendapati anak SD dan SMP mesum di pemakaman Tegal Alur.
"Saya kesal dengan anak-anak di sini yang masih berusia SD dan SMP berbuat amoral di Tempat Pemakaman Umum Tegal Alur," kata Maimun, Kamis (24/12/2015).
Maimun mengelus dada karena banyak anak-anak di kampungnya putus sekolah, tidak bisa baca tulis, dan hanya bercita-cita jadi penggali kuburan. Ia menduga, para orang tua banyak yang tidak memperdulikan nasib anak-anaknya.
Menurut Maimun, Pemerintah DKI Jakarta memiliki program Kartu Jakarta Pintar agar tidak ada lagi anak-anak putus sekolah dengan alasan orang tua tidak punya biaya. Di daerah pedalamam, lanjutnya, anak-anak rela berjalan berkilo-kilo meter demi sekolah.
Sementara di Jakarta selain mendapat KJP, anak-anak tidak perlu berjalan jauh-jauh karena letak gedung sekolah dekat dengan pemukiman. Ia berharap pemerintah bisa menindak orang tua yang mengabaikan masa depan anak.
"Ini dampaknya bukan sekarang tapi akan terasa di masa yang akan datang," ujar Maimun.
Maimun juga berharap petugas TPU Tegal Alur melarang anak usia sekolah masuk ke area pemakaman. Dengan cara itu, mungkin bisa menyelamatkan anak-anak dari hal-hal yang tidak baik untuk masa depan.
Staf Kantor TPU Tegal Alur Ebiet Basrah mengakui anak-anak sering ke luar masuk area pemakaman Tegal Alur. Tidak adanya pagar membatas memudahkan siapa saja masuk ke area pemakaman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TRK)