medcom.id, Depok: Ambarini, 32, sedih. Musababnya, dua anaknya, yakni Nur Fatimah Zahra, 13, dan Rashid Ali, 8, sejak November tahun lalu tak diketahui jejaknya.
Ambar, begitu dia disapa, yakin Nur dan Rashid dibawa mantan suaminya, Amarullah alias Beni. Masalahnya, Amar juga menghilang. Ambar menduga Amar bergabung dengan organisasi kemasyarakatan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) dan hijrah ke Kalimantan.
Ambar masih ingat benar terakhir kali berkomunikasi dengan mantan suaminya itu, Kamis sore 19 November 2015. Bekas suami-istri yang sudah bercerai selama empat tahun itu berbincang lewat ponsel.
"Jangan cari kita, anak-anak biar sama saya. Biar saya urus, kita akan pergi hijrah ke jalan Allah," cerita Ambar menirukan ucapan mantan suaminya saat berbincang dengan Metrotvnews.com, Jumat (22/1/2016).
Sebelum komunikasi terakhirnya itu, Ambar bilang Amar juga sudah minta surat keterangan pindah ke Kalimantan. Amar minta surat pindah ke perangkat pemerintahan tempatnya tinggal.
Lepas komunikasi terakhir itu, Ambar tak lagi bisa menghubungi Amar. Nomor telepon Amar tak pernah aktif. Ambar pun tak bisa berkomunikasi dengan dua anaknya.
"Belum ada kabar dari anak, atau dari suami sampai saat ini belum ada kabar," kata Ambar, pasrah.
Amar alias Beni pergi dari kediamannya di Jalan Raya Tanah Baru, Beji, Depok, Jawa Barat sejak November 2015. Amar membawa serta dua anaknya.
Kakak kandung Amar, Muhammad Soleh, juga kabur dari rumah. Soleh malah membawa istri dan tiga anaknya. Diyakini Soleh sekeluarga juga bergabung dengan Gafatar.
Amar dan Soleh diketahui pengikut lama organisasi itu. Sebab, Amar dan Soleh merupakan pengikut Al Qiyadah Islamiyah, organisasi pimpinan Ahmad Mushadek.
Menurut cerita Ambar, mantan suaminya itu pertama kali bergabung dengan Mushadek sekitar tahun 2002 atau 2003. "Setelah kita menikah," ungkap Ambar.
Ambar dan keluarga berupaya keras mencari keberadaan anak-anak, mantan suaminya, juga keluarga kakak iparnya. Laporan kehilangan sudah dilayangkan ke kepolisian maupun Komnas HAM. Namun, hingga kini, belum ada titik terang pasti soal keberadaan orang-orang itu.
medcom.id, Depok: Ambarini, 32, sedih. Musababnya, dua anaknya, yakni Nur Fatimah Zahra, 13, dan Rashid Ali, 8, sejak November tahun lalu tak diketahui jejaknya.
Ambar, begitu dia disapa, yakin Nur dan Rashid dibawa mantan suaminya, Amarullah alias Beni. Masalahnya, Amar juga menghilang. Ambar menduga Amar bergabung dengan organisasi kemasyarakatan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) dan hijrah ke Kalimantan.
Ambar masih ingat benar terakhir kali berkomunikasi dengan mantan suaminya itu, Kamis sore 19 November 2015. Bekas suami-istri yang sudah bercerai selama empat tahun itu berbincang lewat ponsel.
"Jangan cari kita, anak-anak biar sama saya. Biar saya urus, kita akan pergi hijrah ke jalan Allah," cerita Ambar menirukan ucapan mantan suaminya saat berbincang dengan
Metrotvnews.com, Jumat (22/1/2016).
Sebelum komunikasi terakhirnya itu, Ambar bilang Amar juga sudah minta surat keterangan pindah ke Kalimantan. Amar minta surat pindah ke perangkat pemerintahan tempatnya tinggal.
Lepas komunikasi terakhir itu, Ambar tak lagi bisa menghubungi Amar. Nomor telepon Amar tak pernah aktif. Ambar pun tak bisa berkomunikasi dengan dua anaknya.
"Belum ada kabar dari anak, atau dari suami sampai saat ini belum ada kabar," kata Ambar, pasrah.
Amar alias Beni pergi dari kediamannya di Jalan Raya Tanah Baru, Beji, Depok, Jawa Barat sejak November 2015. Amar membawa serta dua anaknya.
Kakak kandung Amar, Muhammad Soleh, juga kabur dari rumah. Soleh malah membawa istri dan tiga anaknya. Diyakini Soleh sekeluarga juga bergabung dengan Gafatar.
Amar dan Soleh diketahui pengikut lama organisasi itu. Sebab, Amar dan Soleh merupakan pengikut Al Qiyadah Islamiyah, organisasi pimpinan Ahmad Mushadek.
Menurut cerita Ambar, mantan suaminya itu pertama kali bergabung dengan Mushadek sekitar tahun 2002 atau 2003. "Setelah kita menikah," ungkap Ambar.
Ambar dan keluarga berupaya keras mencari keberadaan anak-anak, mantan suaminya, juga keluarga kakak iparnya. Laporan kehilangan sudah dilayangkan ke kepolisian maupun Komnas HAM. Namun, hingga kini, belum ada titik terang pasti soal keberadaan orang-orang itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(KRI)