Kali Ciliwung. Antara Foto/Yudhi Mahatma
Kali Ciliwung. Antara Foto/Yudhi Mahatma

Dahulu Tempat Sampah Raksasa, Kini Bersih dan Tertata

deny aryanto • 06 Februari 2017 08:53
medcom.id, Jakarta: Dahulu, Kali Ciliwung akrab dengan sebutan tempat sampah raksasa. Pasalnya, sepanjang aliran sungai, sampah rumah tangga dan industri mengapung dan menebar bau tak sedap.
 
Namun, kondisi Kali Ciliwung kini sudah jauh berbeda. Kali itu sudah tertata dan bersih. Badan sungai diperlebar dan jalan inspeksi dibangun untuk memfasilitasi warga sekitar.
 
Semisal, tepi Kali Ciliwung di Kwitang, Senen, Jakarta Pusat. Di bagian kanan dan kiri, sudah terbangun jalan inspeksi selebar hampir lima meter.

Jalan tersebut merupakan rute alternatif antara Jalan Kwitang Raya dan Pangeran Diponegoro, Jakarta Pusat.
 
Setelah jalan inspeksi itu berdiri, waktu tempuh dari Jalan Kwitang Raya menuju Jalan Pangeran Dipenogoro menjadi jauh lebih cepat dengan menyusuri jalan inspeksi.
 
Warga yang mengendarai sepeda motor tidak perlu lagi repot berputar melewati Jalan Cikini atau Keramat Raya yang jarak tempuhnya lebih jauh dan harus menembus kemacetan.
 
Namun, di ruas jalan inspeksi tertentu, seperti Jalan Karnolong, Kenari, pada waktu-waktu tertentu ditutup sementara. Seperti pada Jumat pukul 11.00-13.00 WIB.
 
Penutupan itu dilakukan lantaran badan jalan dipakai untuk tempat ibadah salat Jumat karena area Masjid Al-Istikharah sudah tidak mampu menampung jemaah yang membeludak.
 
Masjid yang dibangun sekitar 1973 itu memang tidak terlalu besar. Untuk memfasilitasi warga yang menunaikan salat Jumat, pengurus masjid memasang kanopi hingga ke tepi sungai.
 
Tujuannya agar badan jalan dapat dimanfaatkan untuk tempat beribadah.
 
"Jalannya sudah bagus. Kalau pas Jumatan, kami gelar karpet di jalan. Setelah selesai, dirapihkan lagi karena jalan akan dipakai kendaraan-kendaraan yang lewat," kata Abdul Latif, 32, petugas marbut Masjid Al-Istikharah.
 
Direlokasi ke Rusun
 
Menurut Latif, jalan inspeksi itu dibangun setelah pelebaran Kali Ciliwung sekitar dua tahun lalu.
Tepi sungai yang semula dijejali bangunan-bangunan liar secara bertahap dibersihkan.
 
Warga yang menempati bangunan-bangunan liar di tepi sungai di relokasi ke rusun-rusun.
 
"Dulu banyak rumah kumuh berdiri di pinggir su-ngai. Lumayan padat. Padahal, daya tampung masjid terbatas. Terpaksa salat Jumat, tarawih, dan Idul Fitri warga beribadah di jalan," paparnya.
 
Sejak jalan inspeksi dibangun, suasana masjid semakin nyaman. Banyak pengendara yang melintas menyempatkan diri mampir beribadah.
 
Kendaraan mereka bisa parkir di jalan inspeksi depan masjid yang saat ini sudah lebih luas.
 
"Sekarang masjid benar-benar kelihatan dan semakin ramai. Sekarang ada jalan gede, yang mampir salat jadi tambah banyak. Apalagi jalanan (inspeksi) bisa buat tempat parkir kendaraan," ucap Latif.
 
Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Al-Istikharah juga nyaman untuk istirahat melepas lelah. Baik warga maupun pelintas kerap bersantai di bibir sungai depan masjid.
 
Di situ cukup teduh karena dipayungi kanopi masjid.
 
"Tadi habis salat mau keliling lagi, tapi tidak jadi. Pengin santai di pinggir sungai seperti ini, anginnya berasa," kata Rasman, 41, petugas survei di salah satu perusahaan swasta.
 
Diakuinya, Masjid Al-Istikharah selama sekitar setahun belakangan ini menjadi tempat singgah, utamanya pada siang hari. "Dulu saya belum tahu jalan tembus di sini. Tapi pas sudah tahu, ternyata cepat juga lewat sini. Tambah komplet karena ada masjid," tukasnya.
 
Manfaat Ciliwung yang kini bersih dan tertata juga diungkapkan Bani, 37, warga Jalan Karnolong III, Dia berharap keberadaan jalan inspeksi bisa dimanfaatkan warga sekitar dan para pelintas dengan semestinya.
 
Meski belum ada kecenderungan ke arah hal-hal yang negatif, dia meminta warga dapat menjaga suasana tertib di sekitar Ciliwung.
 
"Masalahnya, kalau sudah nyaman begini, jalanan rawan dipakai untuk berjualan. Apalagi di sekitar pinggiran Jalan Karnolong masih banyak pohon besar, jadi adem. Takutnya nongol lapak-lapak pedagang makanan atau dijadikan parkiran kendaraan warga. Tahu sendiri di sini permukiman padat," ungkapnya.
 
Anak-Anak tidak Takut Berenang
 
Kawasan Ibu Kota terbilang unik. Tidak hanya memiliki daratan tempat berdirinya gedung-gedung menjulang, sungai-sungai besar dan kecil juga mengular membelah Jakarta.
 
Di sisi lain, tingkat hunian padat ikut memberi warna kehidupan Ibu Kota. Di sepanjang aliran sungai, rumah-rumah penduduk berdiri berjejer.
 
Aktivitas warga yang tinggal di sepanjang aliran sungai berkontribusi terhadap lingkungan sekitar.
Permasalahan utama yang timbul ialah pencemaran air karena sampah rumah tangga yang dibuang sembarangan.
 
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta berkomitmen melawan aksi membuang sampah secara sembarangan ke sungai untuk mencegah banjir. Kini, hasilnya sudah terlihat.
 
Hampir seluruh aliran sungai dan saluran air di permukiman warga bersih dari tumpukan sampah.
Seperti di aliran Sungai Ciliwung di kawasan Kwitang, Senen, Jakarta Pusat, sudah tidak terlihat tumpukan sampah mengapung.
 
Airnya terbilang bersih dan berwarna agak kecokelatan. Kondisi demikian menunjukkan air sungai terbebas dari pencemaran limbah berbahaya.
 
Di waktu sore, anak- anak kecil di Jalan Kwitang Kembang 7 terlihat bersuka ria berenang di sungai yang mempunyai lebar 15 meter itu.
 
Sebuah perahu dari bahan fiber berwarna biru menyertai kegembiraan mereka. Dua bocah, salah satunya Yudha, 9, coba mengayuh perahu tadi.
 
Kegiatan demikian kerap dilakukan mereka selepas pulang sekolah.
 
Dahulu, para orangtua tidak pernah merestui anak-anak mereka berenang di kali tersebut. Saat itu, di Jakarta, bermain di kali dianggap tabu.
 
Pasalnya, beragam penyakit akibat sampah dan limbah mengancam bagi siapa saja yang berani bermain di kali tersebut. "Sekarang nggak takut main di sini. Sama Bapak nggak dimarahin, yang penting mainnya nggak jauh," kata Yudha.
 
Kebersihan air Ciliwung Kwitang mulai dirasakan warga sejak pembangunan tanggul selesai sekitar dua tahun silam.
 
Sebelumnya, sungai dipenuhi sampah dan airnya berwarna hitam pekat dan berbau. Tidak hanya itu, daerah sekitari sering dilanda banjir saat hujan turun dengan intensitas besar.
 
"Alhamdulillah sekarang (sungai) sudah bersih. Warga tidak ada lagi yang buang sampah ke kali. Tahun 2002, 2007, dan 2012 kena banjir besar. Air masuk ke rumah tingginya hampir tiga meter," kata Suniah, 59, warga RT09/03, Kwitang.
 
Kini, warga sudah merasa nyaman dan tidak khawatir lagi akan ancaman banjir.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TRK)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan