medcom.id, Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bakal memberikan hadiah Rp20 ribu per ekor buat warga yang berhasil menangkap tikus. Syaratnya, binatang pengerat yang ditangkap hidup di got, bukan tikus rumahan.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengatakan, program gerakan basmi tikus (GBT) masih dimatangkan. Sebab, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan.
“Kita sedang susun prosedur tetap (protap). Mekanisme buat di lapangan baru mau digodok. Nanti perangkat kelurahan, PPSU (Pekerja Penanganan Sarana dan Prasarana Umum) dan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) terkait dilibatkan," kata Djarot di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (20/10/2016).
Djarot berharap program ini bisa diuji coba pada akhir tahun. Sosialisasi bakal dilakukan kepada warga melalui kelurahan. "Supaya mereka tahu protap dan mekanismenya," ujar Djarot.
Djarot mengatakan, tikus yang dihargai Rp20 ribu hanya tikus got. "Jangan sampai tikus di rumah orang diburu, masuk ke rumah tetangga. Enggak boleh. Bahaya itu," kata Djarot.
Tikus tidak boleh ditangkap menggunakan senapan angin dan racun tikus. Tikus harus dicokok dengan perangkap. Tikus yang ditangkap bakal dikubur karena membawa penyakit. "Kalau diracun, bahaya! Bisa mati kemana-mana," ungkap Djarot.
Djarot menegaskan, GBT dengan iming-iming Rp20 ribu tidak ada kaitan dengan Pilkada DKI. GBT murni kampanye anti tikus. Sebab, tidak ada predator tikus di Ibu Kota.
"Kampanyenya, kampanye anti tikus. Tikus di Jakarta predatornya siapa? Di sini ular enggak ada. Burung hantu enggak ada. Kucing? Kucing malah kalah (jumlahnya) sama tikus," ujar Djarot.
Djarot tidak khawatir program itu membuat warga beternak tikus. Menurutnya, hanya warga gila yang melakukan hal itu. "Wah gilane ternak, wong edan opo ternak," kata Djarot sambil tertawa.
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/VNxJGx1k" frameborder="0" scrolling="no" allowfullscreen></iframe>
medcom.id, Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bakal memberikan hadiah Rp20 ribu per ekor buat warga yang berhasil menangkap tikus. Syaratnya, binatang pengerat yang ditangkap hidup di got, bukan tikus rumahan.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengatakan, program gerakan basmi tikus (GBT) masih dimatangkan. Sebab, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan.
“Kita sedang susun prosedur tetap (protap). Mekanisme buat di lapangan baru mau digodok. Nanti perangkat kelurahan, PPSU (Pekerja Penanganan Sarana dan Prasarana Umum) dan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) terkait dilibatkan," kata Djarot di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (20/10/2016).
Djarot berharap program ini bisa diuji coba pada akhir tahun. Sosialisasi bakal dilakukan kepada warga melalui kelurahan. "Supaya mereka tahu protap dan mekanismenya," ujar Djarot.
Djarot mengatakan, tikus yang dihargai Rp20 ribu hanya tikus got. "Jangan sampai tikus di rumah orang diburu, masuk ke rumah tetangga. Enggak boleh. Bahaya itu," kata Djarot.
Tikus tidak boleh ditangkap menggunakan senapan angin dan racun tikus. Tikus harus dicokok dengan perangkap. Tikus yang ditangkap bakal dikubur karena membawa penyakit. "Kalau diracun, bahaya! Bisa mati kemana-mana," ungkap Djarot.
Djarot menegaskan, GBT dengan iming-iming Rp20 ribu tidak ada kaitan dengan Pilkada DKI. GBT murni kampanye anti tikus. Sebab, tidak ada predator tikus di Ibu Kota.
"Kampanyenya, kampanye anti tikus. Tikus di Jakarta predatornya siapa? Di sini ular enggak ada. Burung hantu enggak ada. Kucing? Kucing malah kalah (jumlahnya) sama tikus," ujar Djarot.
Djarot tidak khawatir program itu membuat warga beternak tikus. Menurutnya, hanya warga gila yang melakukan hal itu. "Wah
gilane ternak,
wong edan opo ternak," kata Djarot sambil tertawa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)