Jakarta: PT Jakarta Propertindo (Jakpro) berjanji memoles Taman Ismail Marzuki (TIM) menjadi lebih modern tanpa melunturkan sejarah kesenian di Jakarta. Memorabilia yang dikandung TIM akan dipertahankan.
"Sejatinya revitalisasi ini memperindah yang sudah ada dan tetap akarnya tidak hilang," kata Corporate Secretary Jakpro Hani Sumarno di kantornya, Jakarta Pusat, Selasa, 26 November 2019.
Menurut dia, revitalisasi untuk melestarikan nilai-nilai budaya yang telah melekat seiring berdirinya TIM. Merawat sejarah budaya menjadi bagian dari revitalisasi.
"Jadi itu komitmen yang kita jaga bersama. Mulai dari peruntukan, jiwa yang ada di sana. Detail itu diterjemahkan ke dalam struktur sebagai desain baru," ujar dia.
Jakpro, kata dia, tidak memiliki niatan lain. Semua dilakukan untuk memajukan kesenian Jakarta. Untuk itu, pihaknya siap menerima masukan jika ada unsur revitalisasi yang dirasa kurang pas.
"Semua mengakomodasi apa yang menjadi jiwa dan tidak mengubah dari sisi misi bersama kita untuk memajukan kesenian di jakarta," terang Hani.
TIM memang memiliki sejarah panjang. Taman ini diresmikan Gubernur Ali Sadikin pada 10 November 1968. Nama komponis pejuang kelahiran Betawi, Ismail Marzuki, diabadikan untuk gedung Pusat Kesenian Jakarta (PKJ) itu.
Taman Ismail Marzuki dibangun di atas tanah seluas sembilan hektare. Lokasi di pinggir Jalan Cikini Raya, Menteng, Jakarta Pusat, ini dulunya dikenal sebagai ruang rekreasi umum Taman Raden Saleh (TRS).
Di TRS, pengunjung dapat menikmati paru-paru kota sambil menonton sejumlah kegiatan, salah satunya balap anjing. Lokasi balap anjing kemudian diubah menjadi kantor dan ruang kuliah mahasiswa fakultas perfilman dan televisi Institut Kesenian Jakarta (IKJ).
Jakarta: PT Jakarta Propertindo (Jakpro) berjanji memoles Taman Ismail Marzuki (TIM) menjadi lebih modern tanpa melunturkan sejarah kesenian di Jakarta. Memorabilia yang dikandung TIM akan dipertahankan.
"Sejatinya revitalisasi ini memperindah yang sudah ada dan tetap akarnya tidak hilang," kata Corporate Secretary Jakpro Hani Sumarno di kantornya, Jakarta Pusat, Selasa, 26 November 2019.
Menurut dia, revitalisasi untuk melestarikan nilai-nilai budaya yang telah melekat seiring berdirinya TIM. Merawat sejarah budaya menjadi bagian dari revitalisasi.
"Jadi itu komitmen yang kita jaga bersama. Mulai dari peruntukan, jiwa yang ada di sana. Detail itu diterjemahkan ke dalam struktur sebagai desain baru," ujar dia.
Jakpro, kata dia, tidak memiliki niatan lain. Semua dilakukan untuk memajukan kesenian Jakarta. Untuk itu, pihaknya siap menerima masukan jika ada unsur revitalisasi yang dirasa kurang pas.
"Semua mengakomodasi apa yang menjadi jiwa dan tidak mengubah dari sisi misi bersama kita untuk memajukan kesenian di jakarta," terang Hani.
TIM memang memiliki sejarah panjang. Taman ini diresmikan Gubernur Ali Sadikin pada 10 November 1968. Nama komponis pejuang kelahiran Betawi, Ismail Marzuki, diabadikan untuk gedung Pusat Kesenian Jakarta (PKJ) itu.
Taman Ismail Marzuki dibangun di atas tanah seluas sembilan hektare. Lokasi di pinggir Jalan Cikini Raya, Menteng, Jakarta Pusat, ini dulunya dikenal sebagai ruang rekreasi umum Taman Raden Saleh (TRS).
Di TRS, pengunjung dapat menikmati paru-paru kota sambil menonton sejumlah kegiatan, salah satunya balap anjing. Lokasi balap anjing kemudian diubah menjadi kantor dan ruang kuliah mahasiswa fakultas perfilman dan televisi Institut Kesenian Jakarta (IKJ).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)