Jakarta: Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dinilai cukup berhasil merealisasikan janji terkait kewenangan otoritas gubernur dalam konteks evaluasi aturan. Salah satu yang dijanjikan ialah penghentian reklamasi.
Sayangnya, dari aspek pemenuhan janji terkait program, Anies tampak kesulitan. Terutama terkait program OK Oce dan OK Otrip sejak ditinggalkan Sandiaga Uno yang notabene insiator kedua program tersebut.
"Realisasi janji politik terkait regulasi awalnya mudah dalam arti mewujudkannya, tetapi yang paling berat adalah realisasi janji terkait program meskipun kelihatannya sudah dilakukan," ujar Pengamat Perkotaan Yayat Supriatna dalam Editorial Media Indonesia, Kamis, 18 Oktober 2018.
Program OK Otrip misalnya, dikaitkan dengan realisasi tahun pertama yang harus mampu mendorong jumlah pengguna angkutan umum nyatanya belum terpenuhi. Target peningkatan pengguna angkutan umum dari 1,4 juta menjadi 1,6 juta pengguna belum tampak wujudnya.
"Dan ternyata program OK Otrip punya persoalan mendasar, jumlah angkutan umum yang ditargetkan bergabung belum terpenuhi. Dari target 11 operator, baru dua yang bersedia bergabung," kata dia.
Jika OK Otrip terbentur pada kesediaan operator bergabung, OK Oce mengalami masalah lebih kompleks. Menurut Yayat, koor bisnis dari gagasan OK Oce hingga kini belum jelas. Kesan yang dibangun saat ini OK Oce identik dengan minimarket atau usaha kolektif.
Yayat mengatakan kendati sudah berjalan di beberapa titik, koor bisnis utama yang menjadi dasar ekonomi dari program OK Oce tidak jelas. Apakah terkait usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) atau hanya penyempurnaan program UMKM yang sudah berjalan.
Merujuk dasar program terkait dengan target penciptaan lapangan kerja dan usaha baru yang dalam lima tahun mampu menyerap 200 ribu pekerja, dalam setahun Pemprov DKI harus mampu menyerap sekitar 40 ribu angkatan kerja baru.
"Pertanyaannya, di mana sektor yang mampu mewujudkan 40 ribu angkatan kerja baru itu? usahanya apa? before after-nya apa?" ungkap Yayat.
Untuk meneruskan janji terkait program, Yayat menilai Pemprov DKI Jakarta harus membuat terang terlebih dulu apa jenis usaha program OK Oce di setiap wilayahnya. Tak terkecuali mematangkan konsep bagaimana lapangan kerja itu dapat diserap dan seperti apa mekanisme jaringan usaha yang akan dikembangkan.
"Catatan menarik OK Otrip dan OK Oce, ide ini diinisiasi Saniaga yang betul-betul enterpreneur. Kalau tetap dikembangkan sementara Sandi sudah tidak ada, aktor utamanya siapa? Ini tantangan bagi Anies Baswedan ke depannya," jelas dia.
Jakarta: Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dinilai cukup berhasil merealisasikan janji terkait kewenangan otoritas gubernur dalam konteks evaluasi aturan. Salah satu yang dijanjikan ialah penghentian reklamasi.
Sayangnya, dari aspek pemenuhan janji terkait program, Anies tampak kesulitan. Terutama terkait program OK Oce dan OK Otrip sejak ditinggalkan Sandiaga Uno yang notabene insiator kedua program tersebut.
"Realisasi janji politik terkait regulasi awalnya mudah dalam arti mewujudkannya, tetapi yang paling berat adalah realisasi janji terkait program meskipun kelihatannya sudah dilakukan," ujar Pengamat Perkotaan Yayat Supriatna dalam
Editorial Media Indonesia, Kamis, 18 Oktober 2018.
Program OK Otrip misalnya, dikaitkan dengan realisasi tahun pertama yang harus mampu mendorong jumlah pengguna angkutan umum nyatanya belum terpenuhi. Target peningkatan pengguna angkutan umum dari 1,4 juta menjadi 1,6 juta pengguna belum tampak wujudnya.
"Dan ternyata program OK Otrip punya persoalan mendasar, jumlah angkutan umum yang ditargetkan bergabung belum terpenuhi. Dari target 11 operator, baru dua yang bersedia bergabung," kata dia.
Jika OK Otrip terbentur pada kesediaan operator bergabung, OK Oce mengalami masalah lebih kompleks. Menurut Yayat, koor bisnis dari gagasan OK Oce hingga kini belum jelas. Kesan yang dibangun saat ini OK Oce identik dengan minimarket atau usaha kolektif.
Yayat mengatakan kendati sudah berjalan di beberapa titik, koor bisnis utama yang menjadi dasar ekonomi dari program OK Oce tidak jelas. Apakah terkait usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) atau hanya penyempurnaan program UMKM yang sudah berjalan.
Merujuk dasar program terkait dengan target penciptaan lapangan kerja dan usaha baru yang dalam lima tahun mampu menyerap 200 ribu pekerja, dalam setahun Pemprov DKI harus mampu menyerap sekitar 40 ribu angkatan kerja baru.
"Pertanyaannya, di mana sektor yang mampu mewujudkan 40 ribu angkatan kerja baru itu? usahanya apa?
before after-nya apa?" ungkap Yayat.
Untuk meneruskan janji terkait program, Yayat menilai Pemprov DKI Jakarta harus membuat terang terlebih dulu apa jenis usaha program OK Oce di setiap wilayahnya. Tak terkecuali mematangkan konsep bagaimana lapangan kerja itu dapat diserap dan seperti apa mekanisme jaringan usaha yang akan dikembangkan.
"Catatan menarik OK Otrip dan OK Oce, ide ini diinisiasi Saniaga yang betul-betul enterpreneur. Kalau tetap dikembangkan sementara Sandi sudah tidak ada, aktor utamanya siapa? Ini tantangan bagi Anies Baswedan ke depannya," jelas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(MEL)