Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan beberapa faktor yang memengaruhi konsentrasi PM2.5 tetap memberikan kontribusi pada penurunan kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya. Di antaranya, berbagai sumber emisi yang berasal dari sumber lokal, seperti transportasi dan residensial, maupun dari kawasan industri dekat Jakarta.
"Emisi ini dalam kondisi tertentu yang dipengaruhi oleh parameter meteorologi dapat terakumulasi dan menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi yang terukur pada alat monitoring pengukuran konsentrasi PM2.5," ujar pelaksana tugas (Plt) Deputi Bidang Klimatologi BMKG Urip Haryoko dalam keterangan tertulis, Selasa, 21 Juni 2022.
Proses pergerakan polutan udara, seperti PM2.5, dipengaruhi pola angin yang bergerak dari satu lokasi ke lokasi lain. Angin yang membawa PM2.5 dari sumber emisi dapat bergerak menuju lokasi lain, sehingga menyebabkan potensi peningkatan konsentrasi PM2.5.
"Pola angin lapisan permukaan memperlihatkan pergerakan massa udara dari arah timur dan timur laut yang menuju Jakarta, dan memberikan dampak terhadap akumulasi konsentrasi PM2.5 di wilayah ini," kata dia.
Baca: Hati-hati! Udara Jakarta dalam Kategori Tidak Sehat
Peningkatan konsentrasi PM2.5 memiliki korelasi positif atau hubungan yang berbanding lurus dengan kadar uap air di udara, yang dinyatakan parameter kelembapan udara relatif.
Pada beberapa hari terakhir, tingginya kelembapan udara relatif menyebabkan peningkatan proses adsorpsi, dalam istilah teknisnya merujuk pada perubahan wujud dari gas menjadi partikel. Proses ini menyebabkan peningkatan konsentrasi PM2.5 yang difasilitasi kadar air di udara.
Selain itu, kelembapan udara relatif yang tinggi dapat menyebabkan munculnya lapisan inversi yang dekat dengan permukaan. Lapisan inversi merupakan lapisan di udara yang ditandai peningkatan suhu udara seiring dengan peningkatan ketinggian lapisan.
Dampak dari keberadaan lapisan inversi menyebabkan PM2.5 yang ada di permukaan menjadi tertahan, tidak dapat bergerak ke lapisan udara lain, dan mengakibatkan akumulasi konsentrasi yang terukur di alat monitoring.
Penyebab lain yang berkontribusi pada memburuknya kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya adalah ada stagnasi pergerakan udara. Hal ini menyebabkan polutan udara yang terakumulasi di wilayah Jakarta dan sekitarnya tidak beranjak, dan berimbas pada kondisi yang cenderung bertahan lama.
"Kondisi stagnasi udara ditandai oleh kecepatan angin rendah yang tidak hanya berimbas pada akumulasi PM2.5, tetapi juga dapat memicu produksi polutan udara lain seperti ozon permukaan (O3), yang keberadaannya dapat diindikasikan dari penurunan jarak pandang," ujar Urip.
Peningkatan konsentrasi PM2.5 yang berdampak pada penurunan kualitas udara di Jakarta, memberikan pengaruh negatif pada individu yang memiliki riwayat terhadap gangguan saluran pernapasan dan kardiovaskuler.
Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (
BMKG) menyampaikan beberapa faktor yang memengaruhi konsentrasi PM2.5 tetap memberikan kontribusi pada penurunan
kualitas udara di
Jakarta dan sekitarnya. Di antaranya, berbagai sumber emisi yang berasal dari sumber lokal, seperti transportasi dan residensial, maupun dari kawasan industri dekat Jakarta.
"Emisi ini dalam kondisi tertentu yang dipengaruhi oleh parameter meteorologi dapat terakumulasi dan menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi yang terukur pada alat monitoring pengukuran konsentrasi PM2.5," ujar pelaksana tugas (Plt) Deputi Bidang Klimatologi BMKG Urip Haryoko dalam keterangan tertulis, Selasa, 21 Juni 2022.
Proses pergerakan polutan udara, seperti PM2.5, dipengaruhi pola angin yang bergerak dari satu lokasi ke lokasi lain. Angin yang membawa PM2.5 dari sumber emisi dapat bergerak menuju lokasi lain, sehingga menyebabkan potensi peningkatan konsentrasi PM2.5.
"Pola angin lapisan permukaan memperlihatkan pergerakan massa udara dari arah timur dan timur laut yang menuju Jakarta, dan memberikan dampak terhadap akumulasi konsentrasi PM2.5 di wilayah ini," kata dia.
Baca:
Hati-hati! Udara Jakarta dalam Kategori Tidak Sehat
Peningkatan konsentrasi PM2.5 memiliki korelasi positif atau hubungan yang berbanding lurus dengan kadar uap air di udara, yang dinyatakan parameter kelembapan udara relatif.
Pada beberapa hari terakhir, tingginya kelembapan udara relatif menyebabkan peningkatan proses adsorpsi, dalam istilah teknisnya merujuk pada perubahan wujud dari gas menjadi partikel. Proses ini menyebabkan peningkatan konsentrasi PM2.5 yang difasilitasi kadar air di udara.
Selain itu, kelembapan udara relatif yang tinggi dapat menyebabkan munculnya lapisan inversi yang dekat dengan permukaan. Lapisan inversi merupakan lapisan di udara yang ditandai peningkatan suhu udara seiring dengan peningkatan ketinggian lapisan.
Dampak dari keberadaan lapisan inversi menyebabkan PM2.5 yang ada di permukaan menjadi tertahan, tidak dapat bergerak ke lapisan udara lain, dan mengakibatkan akumulasi konsentrasi yang terukur di alat monitoring.
Penyebab lain yang berkontribusi pada memburuknya kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya adalah ada stagnasi pergerakan udara. Hal ini menyebabkan polutan udara yang terakumulasi di wilayah Jakarta dan sekitarnya tidak beranjak, dan berimbas pada kondisi yang cenderung bertahan lama.
"Kondisi stagnasi udara ditandai oleh kecepatan angin rendah yang tidak hanya berimbas pada akumulasi PM2.5, tetapi juga dapat memicu produksi polutan udara lain seperti ozon permukaan (O3), yang keberadaannya dapat diindikasikan dari penurunan jarak pandang," ujar Urip.
Peningkatan konsentrasi PM2.5 yang berdampak pada penurunan kualitas udara di Jakarta, memberikan pengaruh negatif pada individu yang memiliki riwayat terhadap gangguan saluran pernapasan dan kardiovaskuler.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)