medcom.id, Jakarta: Didin, 35, tertunduk lesu saat alat berat melintas di depan rumahnya. Dia sadar, sebentar lagi rumahnya bakal rata dengan tanah.
Sekira pukul 08.30 WIB, sebanyak lima unit alat berat eskavator mulai beringas menghancurkan rumah-rumah warga di Kampung Pulo, Jakarta Timur. Rumah Didin yang berdiri di bantaran Kali Ciliwung turut dirobohkan.
Didin bersama istri dan ibunya mundur menjauh dari rumah ketika eskavator mulai mendekati rumahnya. Ketiganya menyaksikan langsung rumah mereka perlahan berantakan dan rata dengan tanah.
Tak bisa melawan, istri dan orang tua Didin hanya bisa menangis pasrah. Didin terus memeluk istri dan ibunya. Dia megusap-usap bahu kedua orang tercinta itu.
"Istri dan ibu saya menangis, mereka takut saja," kata Didin kepada Metrotvnews.com di Kampung Pulo, Jumat (21/8/2015).
(Klik: Ahok: Cerita Kampung Pulo Bisa Jadi Sinetron)
Cukup lima menit, eskavator sudah meruntuhkan rumah Didin. Usai pembongkaran, Didin langsung melihat bekas reruntuhan rumahnya. Pandangan matanya tajam melihat ke setiap sudut bekas rumahnya.
Kepada Metrotvnews.com dia mengaku tak bisa melawan kehendak pemerintah. Air matanya jatuh tak kuat mengisahkan pembongkaran rumahnya. Didin sesekali menarik bajunya untuk mengusap wajah sedihnya.
Warga bentrok dengan aparat kepolisian dan Satpol PP di Jalan Jatinegara Barat saat proses penertiban pemukiman liar di Kampung Pulo, Jakarta Timur, Kamis 20 Agustus 2015. Foto: MI/Panca Syurkani.
Didin ingat betul perjuanganya membangun rumah. Kata dia, sedari lajang dia sudah mengumpulkan pundi-pundi rupiah untuk membangun rumah idaman.
"Rumah ini saya bangun dari tangan saya sendiri, sekarang saya enggak tahu mau bagaimana lagi," kata Didin sesegukan.
(Klik: Ini Alasan Warga Kampung Pulo Melawan)
Lebih sedih lagi, kini Didin kehilangan mata pencaharian. Dia mengaku sudah berjualan es cincau selama 12 tahun. Selama ini, penghasilan dari jualan es cincau itu lah yang menutupi kebutuhan rumah tangganya.
"Saya sudah enggak bisa jualan lagi, rencananya mau cari kontrakan biar bisa jualan. Saya punya anak dua, umurnya 12 tahun lagi sekolah SMP, satu lagi masih bayi baru satu tahun," ujarnya.
Petugas Satpol PP memperhatikan alat berat merubuhkan bangunan tempat tinggal di Kampung Pulo, Jakarta, Kamis 20 Agustus 2015. Antara Foto/Muhammad Adimaja
medcom.id, Jakarta: Didin, 35, tertunduk lesu saat alat berat melintas di depan rumahnya. Dia sadar, sebentar lagi rumahnya bakal rata dengan tanah.
Sekira pukul 08.30 WIB, sebanyak lima unit alat berat eskavator mulai beringas menghancurkan rumah-rumah warga di Kampung Pulo, Jakarta Timur. Rumah Didin yang berdiri di bantaran Kali Ciliwung turut dirobohkan.
Didin bersama istri dan ibunya mundur menjauh dari rumah ketika eskavator mulai mendekati rumahnya. Ketiganya menyaksikan langsung rumah mereka perlahan berantakan dan rata dengan tanah.
Tak bisa melawan, istri dan orang tua Didin hanya bisa menangis pasrah. Didin terus memeluk istri dan ibunya. Dia megusap-usap bahu kedua orang tercinta itu.
"Istri dan ibu saya menangis, mereka takut saja," kata Didin kepada
Metrotvnews.com di Kampung Pulo, Jumat (21/8/2015).
(
Klik: Ahok: Cerita Kampung Pulo Bisa Jadi Sinetron)
Cukup lima menit, eskavator sudah meruntuhkan rumah Didin. Usai pembongkaran, Didin langsung melihat bekas reruntuhan rumahnya. Pandangan matanya tajam melihat ke setiap sudut bekas rumahnya.
Kepada
Metrotvnews.com dia mengaku tak bisa melawan kehendak pemerintah. Air matanya jatuh tak kuat mengisahkan pembongkaran rumahnya. Didin sesekali menarik bajunya untuk mengusap wajah sedihnya.
Warga bentrok dengan aparat kepolisian dan Satpol PP di Jalan Jatinegara Barat saat proses penertiban pemukiman liar di Kampung Pulo, Jakarta Timur, Kamis 20 Agustus 2015. Foto: MI/Panca Syurkani.
Didin ingat betul perjuanganya membangun rumah. Kata dia, sedari lajang dia sudah mengumpulkan pundi-pundi rupiah untuk membangun rumah idaman.
"Rumah ini saya bangun dari tangan saya sendiri, sekarang saya enggak tahu mau bagaimana lagi," kata Didin sesegukan.
(
Klik: Ini Alasan Warga Kampung Pulo Melawan)
Lebih sedih lagi, kini Didin kehilangan mata pencaharian. Dia mengaku sudah berjualan es cincau selama 12 tahun. Selama ini, penghasilan dari jualan es cincau itu lah yang menutupi kebutuhan rumah tangganya.
"Saya sudah enggak bisa jualan lagi, rencananya mau cari kontrakan biar bisa jualan. Saya punya anak dua, umurnya 12 tahun lagi sekolah SMP, satu lagi masih bayi baru satu tahun," ujarnya.
Petugas Satpol PP memperhatikan alat berat merubuhkan bangunan tempat tinggal di Kampung Pulo, Jakarta, Kamis 20 Agustus 2015. Antara Foto/Muhammad Adimaja Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TRK)