Ilustrasi. Pengungkapan kasus kejahatan begal asal Lampung di Depok, Jawa Barat. (Foto: MI/Bary Fathahilah)
Ilustrasi. Pengungkapan kasus kejahatan begal asal Lampung di Depok, Jawa Barat. (Foto: MI/Bary Fathahilah)

Kisah di Balik Kejahatan Begal

29 September 2017 08:56
medcom.id, Jakarta: Kejahatan begal bukanlah hal baru. Modus merampas kendaraan bermotor hingga melukai bahkan menghilangkan nyawa korbannya kerap terjadi di kota-kota besar seperti DKI Jakarta.
 
Melalui penuturan Budi, nama samaran, satu per satu benang merah modus kejahatan begal diungkap. Budi yang juga residivis kasus pencurian kendaraan bermotor sudah banyak makan asam garam di dunia kejahatan begal.
 
Hanya bermodalkan keberanian, Budi yang berasal dari Kampung Jabung, Lampung, nekat merantau ke Jakarta dan mempertaruhkan nyawanya hanya demi sekadar foya-foya. Tak cuma Jakarta wilayah lain di Jawa Barat seperti Bekasi, Garut, hingga Tasikmalaya sudah pernah disinggahi Budi untuk melakukan kejagatan.

"Karena hasilnya juga lebih banyak. Kalau di daerah perkotaan itu lebih ramai, saking padatnya masyarakat Kita enggak dicurigai. Gerak-gerik Kita enggak bisa dibaca dan sela mengambil motor itu lebih banyak ketimbang kita merampas motor di jalan," demikian penuturan Budi dlaam News Story Insight (NSI), Kamis 28 September 2017.
 
Budi mengaku pertama kali menggeluti dunia hitam karena ajakan kawan. Ia terang-terangan diajak kawannya untuk melakukan kejahatan di ibu kota.
 
Saat itu usianya baru menginjak 16 tahun. Iming-iming uang, gaya hidup mewah, dan bisa makan enak jadi motivasi Budi berangkat merantau.
 
Tak terhitung berapa kali Ia melakukan kejahatan pencurian kendaraan bermotor maupun begal. Yang pasti, ketika motor hasil membegal ingin Ia bawa pulang ke kampung di Lampung, Budi mesti kerja sama dengan oknum aparat untuk mengamankan perjalanannya.
 
"Kita kerja sama dengan oknum, brimob atau polisi untuk bawa pulang motor dari Jakarta ke Lampung. Sudah sering. Biayanya tergantung motor, kalau motor besar kisaran Rp2,5 juta kalau yang standar bisa di bawah Rp2 juta. Itu biaya untuk memulangkan motor dari Jakarta ke Lampung," ungkap Budi.
 
Dua kali keluar masuk penjara tak membuat Budi Jera. Bahkan bekas hantaman timah panas di beberapa bagian tubuhnya menjadi saksi bagaimana Budi bergelut dengan dunia kriminal.
 
Tetapi, Budi merasa lebih beruntung jika dibandingkan dengan pelaku begal sesamanya. Beberapa tahun lalu Budi hanya diganjar kurungan 1 tahun 8 bulan sebagai imbalan atas kejahatannya.
 
Bukan tanpa alasan Budi mendapatkan hukuman ringan. Ia mengaku merasa dibantu oleh oknum polisi yang menghilangkan barang bukti berupa uang Rp20 juta dan satu unit motor saat dia digerebek.
 
"Barang bukti duit Rp20 juta, satu unit motor, dan satu senjata api. Saya beruntung tanpa ada yang membela saya dilindungi polisi. Karena barang bukti duit dan motor hilang dari BAP yang naik pasal di persidangan hanya Undang-undang darurat tentang senjata api makanya hukumannya ringan," kata Budi.
 
Budi juga menceritakan bagaimana ia dihadiahi timah panas oleh aparat saat ditangkap. Pada 2011 lalu Ia digerebek oleh polisi lantaran kejahatan yang sama. Tetapi, nasib Budi lebih beruntung ketimbang rekannya yang langsung ditembak mati di tempat lantaran berusaha kabur saat hendak ditangkap.
 
Kejadian itu rupanya menjadi trigger bagi Budi untuk lebih keras melakukukan kejahatan. Tidak adanya efek jera berupa hukuman dari penegak hukum dan rasa dendam terhadap aparat membuat Budi bertekad terus melakukan kejahatan.
 
"Tapi bukan polisi targetnya, justru kita bikin kerjaan untuk polisi seperti memperbanyak TKP ranmor. Semakin banyak TKP akan membuat polisi pusing untuk menelusuri siapa pelaku dan hasilnya pun lebih banyak, saya bisa hidup lebih mewah lagi karena dapat duit lebih banyak," katanya.
 
Namun setiap awal pasti akan ada akhir. Demikian juga dengan kejahatan yang dilakukan oleh Budi.
 
Dia yang saat ini sudah kembali ke Kampung Jabung, Lampung, tengah belajar untuk bertaubat, tak lagi melakukan kejahatan. Budi pun memastikan bahwa Ia tak ingin lagi ke Jakarta atau kota besar lainnya untuk melakukan kejahatan.
 
"Saya berusaha bertahan jangan sampai balik lagi (melakukan kejahatan) apapun yang terjadi," pungkasnya.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan