medcom.id, Jakarta: Pakar Tata Air Firdaus Ali menilai, pemerintah selama ini belum bekerja maksimal dalam penyelamatan air dari privatisasi. Salah satunya dengan melakukan kontrol terhadap perusahaan swasta pengelola air.
Menurut Firdaus, pemerintah boleh saja bekerjasama dengan pihak swasta untuk mengelola persediaan air di kota-kota besar, asalkan tetap menjalankan fungsi monitoring.
“Fungsi kontrol itu yang belum ada,” kata Firdaus dalam Bincang Pagi Metro TV, Minggu (29/3/2015).
Firdaus juga menyayangkan peran Negara yang tidak begitu fokus dalam mengurusi masalah sumberdaya air ini. Bahkan, pemerintah juga tidak membentuk kementerian khusus terkait pengelolaan sumberdaya air.
“Ini yang membuat saya sedih. Kok Negara sebesar ini tidak ngurusi masalah air,” imbuh Firdaus.
Firdaus mencontohkan, bukti kurangnya persediaan air di Indonesia ini bahkan terjadi di ibukota Negara, Jakarta. Menurut dia, persediaan air di Jakarta sampai saat ini masih berada dalam kondisi sangat kritis.
“Sampai detik ini sejak kita merdeka, kita hanya punya 18,1 meter kubik per detik air yang kita kelola di ibukota ini. Padahal kebutuhan sesungguhnya itu 24 meter kubik per detik,” jelas Firdaus.
medcom.id, Jakarta: Pakar Tata Air Firdaus Ali menilai, pemerintah selama ini belum bekerja maksimal dalam penyelamatan air dari privatisasi. Salah satunya dengan melakukan kontrol terhadap perusahaan swasta pengelola air.
Menurut Firdaus, pemerintah boleh saja bekerjasama dengan pihak swasta untuk mengelola persediaan air di kota-kota besar, asalkan tetap menjalankan fungsi monitoring.
“Fungsi kontrol itu yang belum ada,” kata Firdaus dalam Bincang Pagi Metro TV, Minggu (29/3/2015).
Firdaus juga menyayangkan peran Negara yang tidak begitu fokus dalam mengurusi masalah sumberdaya air ini. Bahkan, pemerintah juga tidak membentuk kementerian khusus terkait pengelolaan sumberdaya air.
“Ini yang membuat saya sedih. Kok Negara sebesar ini tidak ngurusi masalah air,” imbuh Firdaus.
Firdaus mencontohkan, bukti kurangnya persediaan air di Indonesia ini bahkan terjadi di ibukota Negara, Jakarta. Menurut dia, persediaan air di Jakarta sampai saat ini masih berada dalam kondisi sangat kritis.
“Sampai detik ini sejak kita merdeka, kita hanya punya 18,1 meter kubik per detik air yang kita kelola di ibukota ini. Padahal kebutuhan sesungguhnya itu 24 meter kubik per detik,” jelas Firdaus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)