Anggota Satpol PP berusaha mengamankan seorang pengemis beserta anaknya saat razia pengemis dan anak jalanan. (Foto: Antara/
Anggota Satpol PP berusaha mengamankan seorang pengemis beserta anaknya saat razia pengemis dan anak jalanan. (Foto: Antara/

Ramadan, Pengemis Panen Rupiah

Damar Iradat • 24 Juni 2015 18:32
medcom.id, Jakarta: Gelandangan dan pengemis mendapat sumbangan lebih banyak pada bulan Ramadan ketimbang hari biasa. Perempatan jalan dan pertokoan jadi tempat mereka mengemis.
 
Pantauan Metrotvnews.com, kawasan pertokoan Blok M jadi salah satu pilihan tempat pengemis meminta belas kasih kepada masyarakat yang lalu lalang.
 
Di sudut pertokoan Metrotvnews.com berhasil menemukan kakek renta yang menggunakan kopiah hitam duduk meminta-meminta dengan muka memelas dan menengadahkan tangannya.
 
"Minta uangnya mas, mbak, buat makan," ucap kakek yang diketahui bernama Mahri tersebut, Rabu (24/6/2015).
 
Kakek berusia 70 tahun itu sudah cukup lama menjadi pengemis di Jakarta. Meninggalkan istri dan anaknya di Indramayu, awalnya, Mahri bermimpi mendapat uang banyak di Ibu Kota. Namun, nasib berkata lain.
 
"Saya aslinya dari Indramayu, dulu ke Jakarta niatnya mau cari uang sebagai sopir atau dagang, tapi ternyata susah nyari uang di Jakarta," jelas dia sambil terbata.
 
Bicara soal penghasilan, menjadi pengemis tak banyak membantu ekonomi keluarganya. "Sehari paling cuma Rp200-300 ribu. Kalau bulan puasa juga naiknya enggak banyak, paling bisa untuk buka puasa sama sahur saja," ujarnya.
 
Mahri tak ingat sejak kapan dirinya menjadi pengemis. Namun, dia tahu betul nama penyalur pengemis-pengemis seperti dirinya. Ferry namanya, akan tetapi, Mahri juga tak bercerita banyak soal Ferry.
 
"Pokoknya saya diajak sama dia (Ferry), terus beberapa hasil ngemis dikasih ke dia. Tergantung sehari bisa dapat berapa," jelas Mahri.
 
Berbeda dengan Mahri, Sutinah, pengemis yang sehari-hari mangkal di belakang Masjid Agung Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan mengaku tidak berhubungan dengan seorang penyalur. Dirinya memilih menjadi pengemis untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, bukan ajakan orang lain.
 
"Saya enggak pake gitu-gituan (penyalur), ini murni karena saya butuh uang buat beli makan sehari-hari," terang Sutinah.
 
Setiap bulan puasa, perempuan 43 tahun itu mendapat uang bisa lebih banyak dari biasanya. "Iya, alhamdulillah kalau bulan puasa dapat lebih banyak, mungkin karena orang-orang ingin beramal lebih," tuturnya.
 
Jika sehari-hari dirinya hanya mengantongi Rp300 ribu - Rp450 ribu, ketika puasa pendapatannya mencapai Rp500 ribu. Belum lagi kegiatan sosial di masjid-masjid atau yayasan yang biasanya memberikan makanan buka puasa atau saat santap sahur, dari situ dirinya bisa lebih menghemat pengeluaran.
 
Sebetulnya, memberi dan meminta-meminta di jalan kepada pengemis dilarang oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Aturan tersebut tercantum pada pasal 40 huruf c Perda pemrov DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum. Disebutkan, setiap orang atau badan dilarang memberikan sejumlah uang atau barang kepada pengemis, pengamen, dan pengelap mobil.
 
Bagi yang melanggar pasal tersebut akan dikenai ancaman pidana kurungan paling singkat 10 hari dan paling lama 60 hari. Pelaku juga akan dikenai denda paling sedikit Rp100 ribu atau paling banyak sebesar Rp20 juta.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan