medcom.id, Jakarta: Ratusan warga Muara Teluk Angke melakukan aksi demonstrasi menolak Reklamasi Teluk Jakarta. Mereka melakukan long march dari lapangan sepak bola Muara Angke menuju Mal Green bay.
Massa yang terdiri dari warga nelayan Muara angke didampingi KNTI(Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia) Jakarta, KIARA( Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan) ICEL (Indonesian Center for Environmental Law) IHCS, LBH(Lembaga Bantuan Hukum) Jakarta, LBH Masyarakat, PBHI(Perhimpunan Bantuan Hukum Indonesia) Jakarta. Selain itu juga ada Solidaritas Perempuan Jabotabek, WALHI ( Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) Jakarta.
Mereka menuntut pencabutan izin reklamasi pembangunan teluk Jakarta yang telah berlangsung.
Pemerintah diharapkan lebih memperhatikan dampak lingkungan Reklamasi Teluk Jakarta. Selain itu juga tidak sembarang mengeluarkan izin yang akhirnya menjadi carut marut permasalahan pencemaran di Teluk Jakarta.
"Reklamasi teluk ini berdampak merusak ekosistem laut, dan mengakibatkan adanya perubahan arus gelombang laut karena terjadi perubahan tata air tanah,"ujar Dirut WALHI Jakarta, Puput TD Putra, Rabu (2/12/2015).
Lebih lanjut ia mengatakan, reklamasi teluk Jakarta ini juga berdampak sosial ekomoni bagu nelayan. Pasalnya, semenjak pembangunan reklamasi teluk, merugikan kehidupan nelayan setempat karena harus lebih jauh melaut untuk menangkap ikan. Jika hal ini terus terjadi dikhawatirkan bisa mengakibatkan hilangnya generasi nelayan di teluk Muara Angke.
Sementara, Rohili,53, salah seorang nelayan yang juga warga Muara Angke menginginkan agar pihak pengembang memperhatikan dampak lingkungan pembangunan pulau. Dengan pembangunan besar-besaran, dia takut akan berdampak buruk terhadap warga dan nelayan di Muara Angke.
"Sekarang sudah ada daratan pembangunan pulau di sekitar Muara Angke. Semenjak pembangunan tersebut, nelayan untuk mencari ikan harus melaut lebih jauh. Kami mengeluarkan biaya lebih untuk melaut karena harus memutar. Artinya biaya bahan bakar lebih besar, sementara hasil penangkapan kami menurun," ungkap Rohili saat diwawancarai di lapangan sepak bola Muara Angke, Penjaringan, Pluit, Jakarta Utara, Rabu(2/12).
Menurut dia, pembangunan di sekitar Muara Angke juga harus memperhatikan warga yang notabene nelayan di sekitar wilayah tersebut. Sebab, bagaimanapun juga, nelayan adalah pekerjaan utama masyarakat.
Hafidin, 40, ketua Rw 11 Kampung Muara Angke, mengatakan sejumlah nelayan mengeluhkan kehilangan tempat mencari ikan. Jalur pelayaran yang berubah hingga masalah limbah pembangunan di sekitar Teluk Jakarta.
"Mayoritas mata pencaharian warga disini nelayan, dan sejumlah nelayan kehilangan mata pencaharian dengan kondisi sekarang ikan pada mati karena karena proyek reklamasi,"ujar Hafidin saat ditemui di kawasan Green Bay Pluit.
medcom.id, Jakarta: Ratusan warga Muara Teluk Angke melakukan aksi demonstrasi menolak Reklamasi Teluk Jakarta. Mereka melakukan
long march dari lapangan sepak bola Muara Angke menuju Mal Green bay.
Massa yang terdiri dari warga nelayan Muara angke didampingi KNTI(Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia) Jakarta, KIARA( Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan) ICEL (Indonesian Center for Environmental Law) IHCS, LBH(Lembaga Bantuan Hukum) Jakarta, LBH Masyarakat, PBHI(Perhimpunan Bantuan Hukum Indonesia) Jakarta. Selain itu juga ada Solidaritas Perempuan Jabotabek, WALHI ( Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) Jakarta.
Mereka menuntut pencabutan izin reklamasi pembangunan teluk Jakarta yang telah berlangsung.
Pemerintah diharapkan lebih memperhatikan dampak lingkungan Reklamasi Teluk Jakarta. Selain itu juga tidak sembarang mengeluarkan izin yang akhirnya menjadi carut marut permasalahan pencemaran di Teluk Jakarta.
"Reklamasi teluk ini berdampak merusak ekosistem laut, dan mengakibatkan adanya perubahan arus gelombang laut karena terjadi perubahan tata air tanah,"ujar Dirut WALHI Jakarta, Puput TD Putra, Rabu (2/12/2015).
Lebih lanjut ia mengatakan, reklamasi teluk Jakarta ini juga berdampak sosial ekomoni bagu nelayan. Pasalnya, semenjak pembangunan reklamasi teluk, merugikan kehidupan nelayan setempat karena harus lebih jauh melaut untuk menangkap ikan. Jika hal ini terus terjadi dikhawatirkan bisa mengakibatkan hilangnya generasi nelayan di teluk Muara Angke.
Sementara, Rohili,53, salah seorang nelayan yang juga warga Muara Angke menginginkan agar pihak pengembang memperhatikan dampak lingkungan pembangunan pulau. Dengan pembangunan besar-besaran, dia takut akan berdampak buruk terhadap warga dan nelayan di Muara Angke.
"Sekarang sudah ada daratan pembangunan pulau di sekitar Muara Angke. Semenjak pembangunan tersebut, nelayan untuk mencari ikan harus melaut lebih jauh. Kami mengeluarkan biaya lebih untuk melaut karena harus memutar. Artinya biaya bahan bakar lebih besar, sementara hasil penangkapan kami menurun," ungkap Rohili saat diwawancarai di lapangan sepak bola Muara Angke, Penjaringan, Pluit, Jakarta Utara, Rabu(2/12).
Menurut dia, pembangunan di sekitar Muara Angke juga harus memperhatikan warga yang notabene nelayan di sekitar wilayah tersebut. Sebab, bagaimanapun juga, nelayan adalah pekerjaan utama masyarakat.
Hafidin, 40, ketua Rw 11 Kampung Muara Angke, mengatakan sejumlah nelayan mengeluhkan kehilangan tempat mencari ikan. Jalur pelayaran yang berubah hingga masalah limbah pembangunan di sekitar Teluk Jakarta.
"Mayoritas mata pencaharian warga disini nelayan, dan sejumlah nelayan kehilangan mata pencaharian dengan kondisi sekarang ikan pada mati karena karena proyek reklamasi,"ujar Hafidin saat ditemui di kawasan Green Bay Pluit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)