medcom.id, Jakarta: Indonesia disebut krisis generasi pemimpin. Generasi saat ini kekurangan sosok pemimpin yang bisa dijadikan panutan.
"Sekarang ini, kalau kita mau jujur, kita telah mengalami suatu defisit, defisit keteladan pada pemimpin. Sudah minus ya," kata Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat usai acara Renungan Bersama dalam rangka haul Bung Hatta ke-114 sekaligus peringatan 71 tahun Kemerdekaan Indonesia di TPU Tanah Kusir, Jalan Bintaro Raya, Jakarta Selatan, Jumat (12/8/2016).
Djarot mengatakan, jumlah pemimpin di negeri ini bejibun. Tapi pemimpin yang memiliki keteladanan seperti tokoh proklamator Bung Karno dan Bung Hatta bisa dihitung jari.
"Pemimpin yang menginspirasi, yang bisa jadi teladan, yang bisa jadi contoh, yang punya visi ke depan, seperti Bung Karno dan Bung Hatta sekarang mengalami defisit," ujar Djarot.
Lihat: Bung Hatta Tutup Usia
Mantan Wali Kota Blitar itu mengatakan, kepemimpinan tidak dilihat dari jumlah materi yang dimiliki. Melainkan, sikap apa adanya yang mampu menunjukkan karakter pemimpin yang sebenarnya.
"(Kepemimpinan) Yang dilihat adalah apakah sikap dan perilakunya itu sesuai dengan apa yang dia kerjakan, itu saja," kata Djarot.
Presiden Soekarno dan Wakilnya Muhammad Hatta. Foto: Dokumen Media Indonesia
Djarot mengatakan, visi dan cita-cita Bung Hatta semestinya tercermin pada generasi sesudahnya. Namun, Indonesia kini malah tengah dihadang perang ideologi.
"Sekarang terjadi peperangan sesungguhnya, apa yang kita sebut cyber war, proxy war, ideological war, bukan perang antara satu bangsa dengan bangsa lain secara fisik," kata Djarot.
Lihat: Bung Hatta: Umur 25 Harus Kembali ke Indonesia
Perang ideologi ini, kata Djarot, dilakukan berbagai negara dengan orientasi ekonomi. Tujuan mereka hanya untuk memakmurkan negaranya sendiri.
Perang ideologi ini menyerang generasi bangsa. Generasi muda dihantam supaya kebanggaannya terhadap Tanah Air terhapus. "Akhirnya mereka lebih cinta produk dan pemikiran dari luar," ujar Djarot.
Kader PDI Perjuangan itu menyesalkan generasi muda yang terlalu berkiblat ke negara lain. Jarang sekali tokoh dalam negeri bahkan pahlawan yang dijadikan panutan.
"Kemarin ada datang dari luar negeri, siapa itu, Selena Gomez, waaah hebohnya. Ada aplikasi permainan Pokemon Go, semua cari Pokemon. Generasi muda kita dicuci otaknya," kata Djarot.
medcom.id, Jakarta: Indonesia disebut krisis generasi pemimpin. Generasi saat ini kekurangan sosok pemimpin yang bisa dijadikan panutan.
"Sekarang ini, kalau kita mau jujur, kita telah mengalami suatu defisit, defisit keteladan pada pemimpin. Sudah minus ya," kata Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat usai acara Renungan Bersama dalam rangka haul Bung Hatta ke-114 sekaligus peringatan 71 tahun Kemerdekaan Indonesia di TPU Tanah Kusir, Jalan Bintaro Raya, Jakarta Selatan, Jumat (12/8/2016).
Djarot mengatakan, jumlah pemimpin di negeri ini bejibun. Tapi pemimpin yang memiliki keteladanan seperti tokoh proklamator Bung Karno dan Bung Hatta bisa dihitung jari.
"Pemimpin yang menginspirasi, yang bisa jadi teladan, yang bisa jadi contoh, yang punya visi ke depan, seperti Bung Karno dan Bung Hatta sekarang mengalami defisit," ujar Djarot.
Lihat:
Bung Hatta Tutup Usia
Mantan Wali Kota Blitar itu mengatakan, kepemimpinan tidak dilihat dari jumlah materi yang dimiliki. Melainkan, sikap apa adanya yang mampu menunjukkan karakter pemimpin yang sebenarnya.
"(Kepemimpinan) Yang dilihat adalah apakah sikap dan perilakunya itu sesuai dengan apa yang dia kerjakan, itu saja," kata Djarot.
Presiden Soekarno dan Wakilnya Muhammad Hatta. Foto: Dokumen Media Indonesia
Djarot mengatakan, visi dan cita-cita Bung Hatta semestinya tercermin pada generasi sesudahnya. Namun, Indonesia kini malah tengah dihadang perang ideologi.
"Sekarang terjadi peperangan sesungguhnya, apa yang kita sebut
cyber war, proxy war, ideological war, bukan perang antara satu bangsa dengan bangsa lain secara fisik," kata Djarot.
Lihat:
Bung Hatta: Umur 25 Harus Kembali ke Indonesia
Perang ideologi ini, kata Djarot, dilakukan berbagai negara dengan orientasi ekonomi. Tujuan mereka hanya untuk memakmurkan negaranya sendiri.
Perang ideologi ini menyerang generasi bangsa. Generasi muda dihantam supaya kebanggaannya terhadap Tanah Air terhapus. "Akhirnya mereka lebih cinta produk dan pemikiran dari luar," ujar Djarot.
Kader PDI Perjuangan itu menyesalkan generasi muda yang terlalu berkiblat ke negara lain. Jarang sekali tokoh dalam negeri bahkan pahlawan yang dijadikan panutan.
"Kemarin ada datang dari luar negeri, siapa itu, Selena Gomez, waaah hebohnya. Ada aplikasi permainan Pokemon Go, semua cari Pokemon. Generasi muda kita dicuci otaknya," kata Djarot.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)