Jakarta: Warga Kampung Akuarium, Jakarta Utara, enggan tinggal di rumah susun. Setelah kediaman ditertibkan pada pada April 2016, mereka memilih kembali dan membangun rumah semipermanen.
medcom.id mencoba mendatangi kembali Kampung Akuarium yang pernah diratakan dengan tanah pada pemerintahan Basuki 'Ahok' Tjahaja Purnama. Sejumlah warga mengaku memilih tinggal di Kampung Akuarium karena masalah ekonomi.
"Rusun itu harus bayar. Satu bulan sekitar Rp300 ribu, belum biaya air dan listrik. Rata-rata kami kan hanya nelayan, tak sanggup," keluh Tini, salah satu warga, kepada medcom.id di Kampung Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara, Jumat, 17 November 2017.
Tini dan keluarganya sempat tinggal di Rusun Marunda yang disediakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Namun, lokasinya dianggap kurang strategis dan biaya sewanya memberatkan. Tini pun memutuskan kembali ke Kampung Akuarium.
Baca: Warga Kampung Akuarium Meminta Rumah Tapak
Di sisi lain, kehidupan perekonomian keluarga Tini bergantung pada Kampung Akuarium. Dia dan keluarga pun rela kembali ke Kampung Akuarium meski harus tinggal di bedeng beratap seng.
"Suami saya kerja dekat kalau dari sini, anak-anak juga sekolahnya di sini, kehidupan kami di sini," pungkas Tini.
Sementara itu, dari 386 keluarga yang ditertibkan pemprov DKI, 170 di antaranya sudah kembali menduduki Kampung Akuarium. Mereka tinggal di bedeng seadanya.
Jakarta: Warga Kampung Akuarium, Jakarta Utara, enggan tinggal di rumah susun. Setelah kediaman ditertibkan pada pada April 2016, mereka memilih kembali dan membangun rumah semipermanen.
medcom.id mencoba mendatangi kembali Kampung Akuarium yang pernah diratakan dengan tanah pada pemerintahan Basuki 'Ahok' Tjahaja Purnama. Sejumlah warga mengaku memilih tinggal di Kampung Akuarium karena masalah ekonomi.
"Rusun itu harus bayar. Satu bulan sekitar Rp300 ribu, belum biaya air dan listrik. Rata-rata kami kan hanya nelayan, tak sanggup," keluh Tini, salah satu warga, kepada
medcom.id di Kampung Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara, Jumat, 17 November 2017.
Tini dan keluarganya sempat tinggal di Rusun Marunda yang disediakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Namun, lokasinya dianggap kurang strategis dan biaya sewanya memberatkan. Tini pun memutuskan kembali ke Kampung Akuarium.
Baca: Warga Kampung Akuarium Meminta Rumah Tapak
Di sisi lain, kehidupan perekonomian keluarga Tini bergantung pada Kampung Akuarium. Dia dan keluarga pun rela kembali ke Kampung Akuarium meski harus tinggal di bedeng beratap seng.
"Suami saya kerja dekat kalau dari sini, anak-anak juga sekolahnya di sini, kehidupan kami di sini," pungkas Tini.
Sementara itu, dari 386 keluarga yang ditertibkan pemprov DKI, 170 di antaranya sudah kembali menduduki Kampung Akuarium. Mereka tinggal di bedeng seadanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)