medcom.id, Jakarta: Krimolog Anggie Aulina menyebut salah satu alasan mengapa kejahatan begal atau kriminalitas jalanan sulit diberantas adalah kondisi korban yang dinilai rentan. Artinya, korban kurang waspada dan mawas diri sehingga mudah jadi sasaran kejahatan.
Hal lainnya, kebanyakan pelaku kejahatan jalanan memilih tempat ramai untuk melancarkan aksi. Lokasi yang ramai memungkinkan aksi pelaku tak terendus orang lain termasuk orang-orang yang lalu lalang di sekelilingnya.
"Penelitian yang pernah saya lakukan pada 2013 menunjukkan bahwa justru pelaku kejahatan jalanan seperti penjambretan atau begal karena korban kurang mawas diri dan kemungkinan pelaku melarikan diri juga lebih mudah," ungkap Anggie, dalam News Story Insight (NSI), Kamis 28 September 2017.
Tak cuma itu, pelaku kejahatan jalanan juga telah mempersiapkan diri terhadap risiko keamanan yang bisa diterima. Hal itu bisa dipelajari dari senior mereka atau karena pengaruh lingkungan.
Bahkan terkadang ada beberapa kampung yang memang melindungi pelaku kejahatan saat hendak ditangkap. Namun tak semua wilayah demikian.
"Mungkin ada case dimana para pelaku berkumpul di suatu lingkungan dan diketahui oleh warga, itu mungkin saja terjadi. Tetapi bisa jadi juga itu sebagai bentuk pengakuan dari pekerjaan mereka," ungkap Anggie.
Soal keamanan, menurut Anggie, seharusnya negara memfasilitasi dan punya tanggung jawab untuk membuat ruang publik aman. Ketika hal itu tak terfasilitasi, maka wargara sendirilah yang harus menjaga dan waspada. Paling tidak memperhatikan sekeliling dan menghindari tempat yang sepi.
"Kalau pakai motor pastikan tidak meninggalkannya di jalan raya atau di tempat yang tidak diawasi. Mungkin itu salah satu proteksi diri di ruang publik terhadap barang yang Kita bawa ataupun diri kita sendiri," jelasnya.
medcom.id, Jakarta: Krimolog Anggie Aulina menyebut salah satu alasan mengapa kejahatan begal atau kriminalitas jalanan sulit diberantas adalah kondisi korban yang dinilai rentan. Artinya, korban kurang waspada dan mawas diri sehingga mudah jadi sasaran kejahatan.
Hal lainnya, kebanyakan pelaku kejahatan jalanan memilih tempat ramai untuk melancarkan aksi. Lokasi yang ramai memungkinkan aksi pelaku tak terendus orang lain termasuk orang-orang yang lalu lalang di sekelilingnya.
"Penelitian yang pernah saya lakukan pada 2013 menunjukkan bahwa justru pelaku kejahatan jalanan seperti penjambretan atau begal karena korban kurang mawas diri dan kemungkinan pelaku melarikan diri juga lebih mudah," ungkap Anggie, dalam
News Story Insight (NSI), Kamis 28 September 2017.
Tak cuma itu, pelaku kejahatan jalanan juga telah mempersiapkan diri terhadap risiko keamanan yang bisa diterima. Hal itu bisa dipelajari dari senior mereka atau karena pengaruh lingkungan.
Bahkan terkadang ada beberapa kampung yang memang melindungi pelaku kejahatan saat hendak ditangkap. Namun tak semua wilayah demikian.
"Mungkin ada case dimana para pelaku berkumpul di suatu lingkungan dan diketahui oleh warga, itu mungkin saja terjadi. Tetapi bisa jadi juga itu sebagai bentuk pengakuan dari pekerjaan mereka," ungkap Anggie.
Soal keamanan, menurut Anggie, seharusnya negara memfasilitasi dan punya tanggung jawab untuk membuat ruang publik aman. Ketika hal itu tak terfasilitasi, maka wargara sendirilah yang harus menjaga dan waspada. Paling tidak memperhatikan sekeliling dan menghindari tempat yang sepi.
"Kalau pakai motor pastikan tidak meninggalkannya di jalan raya atau di tempat yang tidak diawasi. Mungkin itu salah satu proteksi diri di ruang publik terhadap barang yang Kita bawa ataupun diri kita sendiri," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)