medcom.id, Jakarta: Pensiunan aparatur sipil negara (ASN) DKI, ketua RT, dan organisasi masyarakat (ormas) di DKI banyak yang berbuat curang. Mereka pura-pura menjadi pekerja harian lepas (PHL) demi mendapat duit Rp2,7 juta per bulan.
Pantauan Media Indonesia di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Ranggon, banyak pensiunan ASN, RT, dan ormas menerima upah Rp2,7 juta per bulan. Selama ini mereka rutin mengisi absensi pukul 8.00 dan sore hari, tepatnya pukul 16.00. Mereka datang menggunakan mobil pribadi.
Selama seharian itu, mereka tidak melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, sebagai tukang gali kubur, tukang sapu atau potong rumput.
Berdasarkan data diperoleh Media Indonesia, ada 78 PHL di TPU Pondok Ranggon. Sebanyak 55 orang tukang gali makam dan 23 orang bertugas sebagai tukang babat rumput dan tukang sapu. Namun, hanya beberapa orang saja yang terlihat di lapangan.
“Ketika saya sebagai Kepala Seksi Areal Pemakaman Suku Dinas Pertamanan dan Pemakaman Jakarta Timur, tidak ada satu pun pensiunan ASN, Ormas dan RT yang direkrut untuk PHL. Kalau ada PHL berkedok pensiunan ASN, Ormas dan RT mungkin terjadi di era pejabat baru,” kata Kepala Seksi Pemakaman Suku Dinas Pertaman dan Pemakaman Jakarta Pusat Marton Sinaga, Senin (7/9/2015).
Menurut Marton, Inspektorat Provinsi DKI harus turun ke lapangan untuk memeriksa dan mendata langsung PHL yang ada di TPU Pondok Rangon. “Hal itu tak boleh dibiarkan, ini terkait APBD DKI dan kebersihan DKI, “ tegasnya.
medcom.id, Jakarta: Pensiunan aparatur sipil negara (ASN) DKI, ketua RT, dan organisasi masyarakat (ormas) di DKI banyak yang berbuat curang. Mereka pura-pura menjadi pekerja harian lepas (PHL) demi mendapat duit Rp2,7 juta per bulan.
Pantauan Media Indonesia di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Ranggon, banyak pensiunan ASN, RT, dan ormas menerima upah Rp2,7 juta per bulan. Selama ini mereka rutin mengisi absensi pukul 8.00 dan sore hari, tepatnya pukul 16.00. Mereka datang menggunakan mobil pribadi.
Selama seharian itu, mereka tidak melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, sebagai tukang gali kubur, tukang sapu atau potong rumput.
Berdasarkan data diperoleh Media Indonesia, ada 78 PHL di TPU Pondok Ranggon. Sebanyak 55 orang tukang gali makam dan 23 orang bertugas sebagai tukang babat rumput dan tukang sapu. Namun, hanya beberapa orang saja yang terlihat di lapangan.
“Ketika saya sebagai Kepala Seksi Areal Pemakaman Suku Dinas Pertamanan dan Pemakaman Jakarta Timur, tidak ada satu pun pensiunan ASN, Ormas dan RT yang direkrut untuk PHL. Kalau ada PHL berkedok pensiunan ASN, Ormas dan RT mungkin terjadi di era pejabat baru,” kata Kepala Seksi Pemakaman Suku Dinas Pertaman dan Pemakaman Jakarta Pusat Marton Sinaga, Senin (7/9/2015).
Menurut Marton, Inspektorat Provinsi DKI harus turun ke lapangan untuk memeriksa dan mendata langsung PHL yang ada di TPU Pondok Rangon. “Hal itu tak boleh dibiarkan, ini terkait APBD DKI dan kebersihan DKI, “ tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)