Jakarta: Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono meninjau instalasi biogas di peternakan sapi di Kelurahan Cikoko, Pancoran, Jakarta Selatan. Heru meninjau pemanfaatan kotoran sapi menjadi energi terbarukan. Sebagian warga di wilayah Cikoko tercatat sudah turun-temurun berprofesi sebagai peternak sapi.
"Ini cukup bagus dalam pengelolaan lingkungan. Yang pertama, peternak sapi tetap di sini. Dengan adanya pengelolaan yang baik, maka warga juga tidak terganggu. Ini adalah contoh energi terbarukan yang bisa jadi edukasi bagi banyak pihak," terang Heru dikutip dari Media Indonesia, Sabtu, 13 Juli 2024.
Instalasi biogas akan mengolah limbah kotoran sapi yang terdiri dari feses dan urine. Setelah melalui penampungan kotoran, gas metana akan secara alami muncul. Gas tersebut kemudian ditampung dan didistribusikan melalui pipa ke rumah-rumah warga yang berada di sekitar kandang.
"Gas disalurkan kepada warga. Sampai saat ini, ada 27 rumah. Untuk sementara waktu, gas itu masih gratis oleh koperasi di sini. Nah, ke depan, akan dikenakan tarif Rp30.000 per rumah per bulan. Kalau warga biasanya menghabiskan 2 LPG ya, itu bisa menghabiskan Rp60.000, nantinya ditarik Rp30.000 dan tanpa batas penggunaan, silahkan saja warga bisa memakainya," ujarnya.
Tidak hanya biogas, ada pula pupuk dari urine sapi yang dijual seharga Rp 25.000, pupuk padat dari feses sapi seharga Rp 10.000, dan pupuk cair seharga Rp 20.000. Masyarakat dapat membeli secara online melalui nomor telepon 081-7762-611.
Heru menjelaskan adapun pengelolaan kotoran sapi akan mengadopsi inovasi yang dilakukan di peternakan sapi biogas Cikoko. Ia menyampaikan, terdapat 73 peternak sapi yang berada di Jakarta Selatan. Masing-masing peternak memiliki 10-15 ekor sapi.
Tidak hanya itu, pengelolaan keuangan nantinya akan melibatkan koperasi yang sudah lama diikuti oleh para peternak.
“Jadi, hasil penjualan akan masuk ke koperasi, nantinya dana yang terkumpul akan digunakan untuk perawatan,” ujarnya.
Sementara itu, Fitri, selaku warga sekitar peternakan sapi, mengaku sangat terbantu dengan adanya solusi energi terbarukan. Kini, ia tidak mengeluarkan biaya untuk membeli gas, karena rumahnya sudah terpasang pipa biogas dari peternakan sapi.
"Sebelumnya, saya tinggal di Cikarang, dan setiap bulan bisa 4 tabung gas atau Rp 88.000. Kebetulan saya punya usaha catering, Alhamdulillah, saya tidak mengeluarkan biaya apapun untuk beli gas semenjak tinggal di sini," jelas Fitri.
Fitri menyampaikan, tetangga lain di sekitarnya turut menikmati nyala api dari limbah kotoran sapi tersebut. Terlebih, saat perayaan Idulfitri, ia dan warga sekitar memasak ketupat dan rendang untuk santapan lebaran menggunakan biogas.
"Apalagi kalau lebaran, semuanya pakai (biogas). Saya beruntung banget ada biogas, semoga jangan sampai mati. Karena, sampai sekarang nggak ada halangan mati biogasnya," katanya.
Jakarta: Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono meninjau instalasi biogas di peternakan sapi di Kelurahan Cikoko, Pancoran, Jakarta Selatan. Heru meninjau pemanfaatan kotoran sapi menjadi
energi terbarukan. Sebagian warga di wilayah Cikoko tercatat sudah turun-temurun berprofesi sebagai peternak sapi.
"Ini cukup bagus dalam pengelolaan lingkungan. Yang pertama, peternak sapi tetap di sini. Dengan adanya pengelolaan yang baik, maka warga juga tidak terganggu. Ini adalah contoh energi terbarukan yang bisa jadi edukasi bagi banyak pihak," terang
Heru dikutip dari
Media Indonesia, Sabtu, 13 Juli 2024.
Instalasi biogas akan mengolah limbah kotoran sapi yang terdiri dari feses dan urine. Setelah melalui penampungan kotoran, gas metana akan secara alami muncul. Gas tersebut kemudian ditampung dan didistribusikan melalui pipa ke rumah-rumah warga yang berada di sekitar kandang.
"Gas disalurkan kepada warga. Sampai saat ini, ada 27 rumah. Untuk sementara waktu, gas itu masih gratis oleh koperasi di sini. Nah, ke depan, akan dikenakan tarif Rp30.000 per rumah per bulan. Kalau warga biasanya menghabiskan 2 LPG ya, itu bisa menghabiskan Rp60.000, nantinya ditarik Rp30.000 dan tanpa batas penggunaan, silahkan saja warga bisa memakainya," ujarnya.
Tidak hanya biogas, ada pula pupuk dari urine sapi yang dijual seharga Rp 25.000, pupuk padat dari feses sapi seharga Rp 10.000, dan pupuk cair seharga Rp 20.000. Masyarakat dapat membeli secara online melalui nomor telepon 081-7762-611.
Heru menjelaskan adapun pengelolaan kotoran sapi akan mengadopsi inovasi yang dilakukan di peternakan sapi biogas Cikoko. Ia menyampaikan, terdapat 73 peternak sapi yang berada di Jakarta Selatan. Masing-masing peternak memiliki 10-15 ekor sapi.
Tidak hanya itu, pengelolaan keuangan nantinya akan melibatkan koperasi yang sudah lama diikuti oleh para peternak.
“Jadi, hasil penjualan akan masuk ke koperasi, nantinya dana yang terkumpul akan digunakan untuk perawatan,” ujarnya.
Sementara itu, Fitri, selaku warga sekitar peternakan sapi, mengaku sangat terbantu dengan adanya solusi energi terbarukan. Kini, ia tidak mengeluarkan biaya untuk membeli gas, karena rumahnya sudah terpasang pipa biogas dari peternakan sapi.
"Sebelumnya, saya tinggal di Cikarang, dan setiap bulan bisa 4 tabung gas atau Rp 88.000. Kebetulan saya punya usaha catering, Alhamdulillah, saya tidak mengeluarkan biaya apapun untuk beli gas semenjak tinggal di sini," jelas Fitri.
Fitri menyampaikan, tetangga lain di sekitarnya turut menikmati nyala api dari limbah kotoran sapi tersebut. Terlebih, saat perayaan Idulfitri, ia dan warga sekitar memasak ketupat dan rendang untuk santapan lebaran menggunakan biogas.
"Apalagi kalau lebaran, semuanya pakai (biogas). Saya beruntung banget ada biogas, semoga jangan sampai mati. Karena, sampai sekarang nggak ada halangan mati biogasnya," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ADN)