Pejalan kaki melintas di samping trotoar yang rusak. (MI/Immanuel Antonius)
Pejalan kaki melintas di samping trotoar yang rusak. (MI/Immanuel Antonius)

Utilitas Berantakan Hambat Pembangunan Trotoar

Dhaifurrakhman Abas • 30 Desember 2017 08:24
Jakarta: Target revitalisasi trotoar Ibu Kota terus berjalan, namun tidak selalu lancar. Rumitnya utilitas di bawah dan di atas tanah dari berbagai perusahaan infrastruktur kerap menghambat pembangunan trotoar.
 
"Hambatan paling utama adalah utilitas. Pemilik utilitas existing yang ada di trotoar membuat kita tidak bisa membangun dengan maksimal," kata Kepala Seksi (Kasie) Perencanaan Dinas Bina Marga DKI Jakarta, Riri Asnita di Ruang kantor Dinas Bina Marga, DKI Jakarta, Jakarta Pusat, Jumat, 29 Desember 2017.
 
Utilitas existing, kata Riri, seringkali membuat bentuk trotoar tidak konsisten. Riri menyebut, terdapat beberapa lokasi yang mengharuskan trotoar berdesain menikung untuk menghindari utilitas yang telah ada.

"Kita harus membuat trotoar melingkar. Itu yang menjadi kendala kita," tuturnya.
 
Upaya menghindari kendala pembangunan trotoar akibat utilitas existing sudah dilakukan. Trotoar, kata Riri, kini dilengkapi dengan box utilutas. Box utilitas berfungsi untuk menempatkan kabel utilitas ke bawah trotoar. Sehingga tiang listrik tidak lagi menancap di trotoar.
 
"Saat ini kita sudah kasih masa selama satu tahun dengan pemilik utilitas untuk menurunkan kebawah trotoar," ungkapnya.
 
Riri mengungkap kendala lainnya. Dia bilang, banyak trotoar terganggu kemiringannya akibat peralihan dari jalanan menuju jalur masuk bangunan yang dikelilingi trotoar. Biasanya jalur masuk berbeda ketinggian dan kemiringannya dengan trotoar. Sementara desian trotoar mesti stabil agar ramah penyandang disabilitas.
 
Sosialisasi kepada masyarakat telah dilakukan mengenai fungsi trotoar untuk kepentingan masyarakat luas. Di beberapa tempat, kata Riri, banyak warga yang mengerti dan menurut untuk mengubah pola ketinggian jalur masuk agar setara trotoar. 
 
Namun dibeberapa tempat lainnya, dibutuhkan sosialisasi dan pendekatan mendalam kepada warga. Masih banyak warga yang mengokupasi jalur masuk sebagai lahan bangunan. Padahal, kata Riri, jalur masuk bangunan yang sejajar dengan trotoar adalah milik negara.
 
"Harus ada effort besar untuk sosialisasi kemasyarakat. Bahwa trotoar adalah kebutuhan bersama. Sejauh ini ada yang menyambut baik, ada juga beberapa yang perlu pedekatan lebih. Ini yang harus kita informasikan ke masyarakat. Karena kedepan kita akan merubah cara perjalanan dari transportasi publik, ke fasilitas umum. Maka mulai dari sekarang kita bikin seperti itu," pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LDS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan