Kapolsek Senen Komisaris Kasmono menangkap calo tiket kereta api di Stasiun Senen, Jakarta Pusat, Senin 29 Juni 2015. Foto: MI/Angga Yuniar
Kapolsek Senen Komisaris Kasmono menangkap calo tiket kereta api di Stasiun Senen, Jakarta Pusat, Senin 29 Juni 2015. Foto: MI/Angga Yuniar

Calo Usik Kenyamanan Penumpang di Terminal Lintasan Lebak Bulus

31 Mei 2016 15:24
medcom.id, Jakarta: Penumpang bus di Terminal Lintasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, harus menghadapi ketidaknyamanan akibat calo yang berkeliaran. Tak hanya menawarkan tiket, mereka juga meraup untung dengan meminta uang tambahan kepada penumpang.
 
Sebagian mengaku sebagai karyawan dari agen perusahaan otobus (PO) yang beroperasi meski tanpa seragam. Petugas Dinas Perhubungan (Dishub) hanya diam dan membiarkan para calo beraksi.
 
Setiap kali calon penumpang melangkahkan kaki ke Terminal Lintasan Lebak Bulus, para calo dengan sigap menghampiri dan menanyakan tujuan perjalanan. Mereka menawarkan tiket bus berbagai tujuan dengan harga berbeda-beda.

Calo Usik Kenyamanan Penumpang di Terminal Lintasan Lebak Bulus
Polisi menangkap calo tiket di Stasiun Pasar Senen, Jakarta. Foto: MI/Angga Yuniar
 
Untuk bus tujuan Yogyakarta misalnya, mereka menawarkan tiket mulai Rp135 ribu hingga Rp190 ribu. Para calo akan terus mengikuti langkah penumpang, bahkan memarahi dan berkata kasar jika diabaikan.
 
Terminal Lintasan Lebak Bulus merupakan terminal sementara lantaran Terminal Lebak Bulus tak lagi dioperasikan. Lokasinya tepat di tikungan menuju Jalan Ciputat Raya.
 
Setidaknya 30 PO beroperasi di sini dengan booth agen berjejer. Rata-rata PO yang beroperasi di sini melayani perjalanan tujuan Jawa Tengah dan Jawa Timur.
 
Beberapa orang yang aktif menawarkan tiket kepada penumpang menyangkal dirinya calo. Padahal, sebagian besar dari mereka jelas-jelas tak menggunakan seragam resmi dari PO bus.
 
"Saya karyawan dari agen, bukan calo. Di sini tidak ada calo lagi," sangkal Wawan, seorang calo, kepada Media Indonesia.
 
Siang itu, Wawan menawarkan tiket bus dari PO Handoyo jurusan Yogyakarta dengan harga Rp135 ribu untuk kelas AC patas dan Rp155 ribu untuk kelas eksekutif. Wawan beraksi tanpa seragam, namun ia memiliki dua ikat tiket bus yang siap ia jajakan kepada para penumpang sebagai bukti transaksi.
 
Sistemnya, setelah penumpang setuju untuk bertransaksi, Wawan akan membawa penumpang tersebut ke agen di terminal untuk menukarkan dengan tiket asli. Harga yang ditawarkan oleh Wawan sama dengan harga yang ditawarkan oleh agen PO Handoyo.
 
Menurut karyawan dari salah satu agen PO di Lebak Bulus, Yuni, beberapa PO yang beroperasi di Terminal Lebak Bulus memang menggunakan jasa calo untuk menggaet penumpang. Harga yang ditawarkan oleh calo terkadang lebih mahal, terkadang sama dengan harga yang ditetapkan oleh agen.
 
"Kalau harganya sama, berarti calonya dapat komisi dari agen PO bus," ujar wanita yang bekerja di Lebak Bulus selama 10 tahun ini.
 
Para calo tersebut, lanjut Yuni, juga kerap berusaha meraup untung lebih dengan mengerjai penumpang. Misal, ketika penumpang membeli tiket untuk kelas eksekutif, calo memberikan tiket kelas AC patas.
 
Padahal terdapat perbedaan fasilitas antara kedua kelas tersebut. Harga yang dibandrol pada kelas AC patas belum termasuk jatah makan di perjalanan.
 
Sedangkan harga untuk tiket eksekutif sudah termasuk jatah makan. Selain itu, bus eksekutif juga memiliki ruang kaki yang lebih luas dibanding bus patas AC.
 
Calo Usik Kenyamanan Penumpang di Terminal Lintasan Lebak Bulus
Calo menawarkan tiket pertandingan sepak bola antara Indonesia melawan Arab Saudi di Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu 23 Maret 2013. Foto: MI/Ramdani
 
"Mereka maksa penumpang naik bus yang ada, padahal tidak sesuai dengan kelas yang dibeli. Alasannya bus datangnya masih lama," kata Yuni.
 
Tak hanya itu, para calo juga kerap meminta uang kepada para penumpang antara Rp50 ribu hingga Rp100 ribu. "Mereka maksa banget, jadi banyak penumpang yang terpaksa ngasih," ujar Yuni.
 
Kehadiran para calo membuat penumpang tidak nyaman. Suryani, 45, salah satunya. Baru melangkahkan kaki di terminal, ia langsung dikerubungi para calo. Meski sudah menolak, salah satu calo terus mengikuti langkah Suryani dan mengarahkannya ke salah satu agen.
 
"Ujung-ujungnya ngikutin saya beli tiket ke agen bus, terus (calo) minta uang rokok. Saya kasih Rp5 ribu, dia minta lagi uang makan ke saya. Saya bilang saja kalau saya juga belum makan," keluhnya.
 
Siang itu, ia hendak berangkat menuju Tulung Agung, Jawa Timur. Ia mendapatkan tiket seharga Rp250 ribu untuk bus kelas eksekutif. "Saya tidak tahu ini kemahalan atau tidak, karena buru-buru jadi saya ikhlaskan saja. Kan tidak nyaman kalau beli tiket ditempelin sama calo."
 
Keluhan senada juga disampaikan oleh Rini, 24, yang siang itu sedang mengantarkan ibunya berangkat ke Ngawi, Jawa Tengah. Saat baru tiba, ia disambut oleh seseorang yang menggunakan seragam salah satu PO dan menawarkan tiket menuju Ngawi seharga Rp190 ribu.
 
"Kalau berseragam saya masih percaya, tapi kalau yang tidak berseragam mendingan tidak usah ditanggapi," tutur Rini.
 
Ini bukan kali pertama Rini datang ke Terminal Lebak Bulus dan berurusan dengan calo. Ia pernah cekcok dengan seorang calo lantaran tidak jadi membeli tiket.
 
"Waktu itu saya cuma mau ngecek harga tiket, sama calo diikuti. Pas saya mau pulang malah disewotin, dibilang saya sombong terus ngomong kasar, akhirnya saya kasih Rp25 ribu, dia langsung nyengir," katanya.
 
Ironisnya, di Terminal Lintasan Lebak Bulus ini berdiri posko petugas Dishub. Posisi posko tepat di jalur masuk bus dan penumpang. Mustahil aktifitas para calo luput dari pantauan.
 
Kepala Terminal Lebak Bulus Simon Ginting membantah orang-orang yang menawarkan tiket kepada penumpang adalah calo. "Itu karyawan dari agen PO, ke depannya akan kami tertibkan dengan membatasi jumlah karyawan untuk setiap PO dan mewajibkan mereka menggunakan seragam," kata Simon.
 
Simon tak menampik sejumlah calo bisa jadi masih beraksi di terminal ini. Status terminal yang belum permanen menjadi alasan sulitnya mengawasi calo.
 
"Kalau sudah permanen bisa kami pagari, calo dilarang masuk. Lagipula namanya calo di setiap terminal pasti ada," ujar Simon. (Nicky Aulia Widadio)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TRK)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan