medcom.id, Jakarta: Pengemudi Bajaj pesimistis aplikasi bajaj online yang digagas Organda DKI bisa sesukses Go-Jek dan GrabBike. Selain setoran mahal, operasional bajaj tak bakal sebebas dan selincah motor.
Partono, 45, pengemudi bajaj, mengatakan, bajaj berbasis aplikasi sulit bersaing dengan Go-Jek dan GrabBike. Sederhananya, bajaj sulit menembus kemacetan.
"Berat kayaknya kalau harus lawan Go-Jek. Mereka macet bisa selip-selip. Kita, kalau macet gimana?" kata Partono kepada Metrotvnews.com di kawasan Jalan Barito, Jakarta Selatan, Kamis (27/8/2015).
Hal serupa diungkapkan pengemudi bajaj lainnya. Ahmad, 55, menilai, bajaj berbasis aplikasi tak akan semulus Go-Jek maupun Grab Bike. “Menurut saya tidak akan berjalan mulus," tegasnya.
Organda DKI sedang mempersiapkan diri dengan melatih ratusan pengemudi biar piawai menggunakan aplikasi bajaj online. "Nanti gimana? Bagi setoran sama penghasilan. Bagi hasilnya gimana gitu loh," ujar pengemudi bajaj, Fakruli, 60.
Secara pribadi, dia tidak mempermasalahkan penerapan aplikasi di bajaj. Ia hanya memikirkan keuntungan bagi hasil yang akan diterimanya. Pasalnya, dalam sehari ia harus menyetor Rp110 ribu.
"Setoran aja Rp110 ribu sehari. Bajaj kan setorannya mahal. Apalagi selama ada Go-Jek, berkurang penghasilan. Cuma bisa setoran kadang nombok. Kalau nanti ada sistem aplikasi itu potongannya gimana, kayak Go-Jek juga?" tanyanya.
medcom.id, Jakarta: Pengemudi Bajaj pesimistis aplikasi bajaj online yang digagas Organda DKI bisa sesukses Go-Jek dan GrabBike. Selain setoran mahal, operasional bajaj tak bakal sebebas dan selincah motor.
Partono, 45, pengemudi bajaj, mengatakan, bajaj berbasis aplikasi sulit bersaing dengan Go-Jek dan GrabBike. Sederhananya, bajaj sulit menembus kemacetan.
"Berat kayaknya kalau harus lawan Go-Jek. Mereka macet bisa selip-selip. Kita, kalau macet gimana?" kata Partono kepada Metrotvnews.com di kawasan Jalan Barito, Jakarta Selatan, Kamis (27/8/2015).
Hal serupa diungkapkan pengemudi bajaj lainnya. Ahmad, 55, menilai, bajaj berbasis aplikasi tak akan semulus Go-Jek maupun Grab Bike. “Menurut saya tidak akan berjalan mulus," tegasnya.
Organda DKI sedang mempersiapkan diri dengan melatih ratusan pengemudi biar piawai menggunakan aplikasi bajaj online. "Nanti gimana? Bagi setoran sama penghasilan. Bagi hasilnya gimana gitu loh," ujar pengemudi bajaj, Fakruli, 60.
Secara pribadi, dia tidak mempermasalahkan penerapan aplikasi di bajaj. Ia hanya memikirkan keuntungan bagi hasil yang akan diterimanya. Pasalnya, dalam sehari ia harus menyetor Rp110 ribu.
"Setoran aja Rp110 ribu sehari. Bajaj kan setorannya mahal. Apalagi selama ada Go-Jek, berkurang penghasilan. Cuma bisa setoran kadang nombok. Kalau nanti ada sistem aplikasi itu potongannya gimana, kayak Go-Jek juga?" tanyanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)