medcom.id, Jakarta: Kemacetan adalah sebuah permasalahan yang tidak pernah kunjung usai bagi warga yang tinggal di DKI Jakarta. Pada akhirnya, permasalahan dianggap "biasa" oleh masyarakat.
Untuk mengatasi persoalan utama di Ibu Kota ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berupaya menciptakan dan memaksimalkan transportasi massal. Berbagai proyek dan program transportasi massal pun dirancang.
Beberapa di antaranya telah terealisasi. Ada pula yang masih dalam rekonstruksi. Lainnya, belum jelas. Namun, semuanya merupakan transportasi andalan yang digadang-gadang mampu mengalihkan kebiasaan penggunaan kendaraan pribadi ke angkutan umum.
Nah, berikut ini, transportasi andalan Pemprov DKI Jakarta tersebut. Apa kabar ya mereka sekarang?
TransJakarta
Moda transportasi bus dengan jalur khusus ini merupakan senjata awal DKI Jakarta dalam menangani kemacetan. Sebanyak 669 unit bus melayani 12 koridor yang menghubungkan lima wilayah di Ibu Kota. Dengan bermodalkan Rp3.500, warga dapat berkeliling Jakarta.
Walau masih jauh dari ideal, moda transportasi massal ini terus mengalami perbaikan. Penambahan jumlah bus, revitalisasi infrastruktur, perbaikan manajemen kelola dilakukan Unit Pengelola (UP) Transjakarta untuk meningkatkan pelayanan.
Untuk semakin memperbaiki manajemen, Pemprov DKI telah mengubah UP menjadi PT TransJakarta. Saat ini, transisi aset dari Dinas Perhubungan DKI Jakarta ke Badan Usaha Milik Daerah tersebut, dilakukan. Pemprov DKI juga akan menambah jumlah armada pada tahun ini, sehingga penumpang tidak terlalu lama menunggu bus di shelter TransJakarta.
Mass Rapid Transit (MRT)
Moda transportasi berbasis rel ini sedang dalam proses pembangunan. Berbeda dengan kereta api biasa, sebagian jalur MRT dibuat melayang di atas tanah (elevated) dan sebagian lagi dibuat di bawah tanah (subway). Tahap pertama jalur Utara-Selatan MRT, akan dibangun sepanjang 15,7 km. Tahap awal akan menghubungkan Lebak Bulus dan Bundaran HI, dengan 13 stasiun.
Biaya proyek pembangunan MRT memakan biaya Rp12,5 triliun. Biaya ditanggung oleh Pemprov DKI dan Pemerintah Pusat lewat hutang ke Japan International Cooperation Agency (JICA), dengan skema pembagian 51% untuk Pemprov DKI dan 49% untuk Pemerintah Pusat.
Saat ini pembangunan sudah memasuki tahap pembangunan skala besar. PT MRT Jakarta sedang mempersiapkan lahan sebelum melakukan pengeboran dengan alat canggih dari Jepang. Jika pembangunan berjalan sesuai rencana, tahap pertama proyek ini akan selesai pada 2018.
Monorel
Monorel adalah salah satu proyek transportasi massal yang telah lama direncanakan. Monorel merupakan moda transportasi light rapid transit (angkutan berdaya angkut ringan), dan sudah direncanakan sejak 2007. Proyek ini diperkirakan memakan biaya Rp6,9 triliun.
Namun, berbeda dengan beberapa proyek transportasi lainnya, proyek ini masih belum memiliki kepastian akan berjalan atau tidak.
Pada 2007, proyek yang dikerjakan oleh PT Jakarta Monorail ini sempat dihentikan. Beberapa investor menarik diri dari perusahaan konsorsium tersebut.
Enam tahun kemudian, PT Jakarta Monorail dipersilakan melanjutkan proyek monorel dengan investor baru. Ortus Holdings mengambil posisi investor yang menarik diri.
Namun, setelah sempat beberapa kali tarik ulur dengan Pemprov DKI terkait rencana bisnis dan perjanjian kerja sama, proyek ini masih belum jelas hitam putihnya. Pemprov DKI pun memutuskan nasib monorel akan ditentukan dalam dua bulan ke depan.
Seperti apa wajah Jakarta empat tahun mendatang? Kita tunggu saja.
medcom.id, Jakarta: Kemacetan adalah sebuah permasalahan yang tidak pernah kunjung usai bagi warga yang tinggal di DKI Jakarta. Pada akhirnya, permasalahan dianggap "biasa" oleh masyarakat.
Untuk mengatasi persoalan utama di Ibu Kota ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berupaya menciptakan dan memaksimalkan transportasi massal. Berbagai proyek dan program transportasi massal pun dirancang.
Beberapa di antaranya telah terealisasi. Ada pula yang masih dalam rekonstruksi. Lainnya, belum jelas. Namun, semuanya merupakan transportasi andalan yang digadang-gadang mampu mengalihkan kebiasaan penggunaan kendaraan pribadi ke angkutan umum.
Nah, berikut ini, transportasi andalan Pemprov DKI Jakarta tersebut. Apa kabar ya mereka sekarang?
TransJakarta
Moda transportasi bus dengan jalur khusus ini merupakan senjata awal DKI Jakarta dalam menangani kemacetan. Sebanyak 669 unit bus melayani 12 koridor yang menghubungkan lima wilayah di Ibu Kota. Dengan bermodalkan Rp3.500, warga dapat berkeliling Jakarta.
Walau masih jauh dari ideal, moda transportasi massal ini terus mengalami perbaikan. Penambahan jumlah bus, revitalisasi infrastruktur, perbaikan manajemen kelola dilakukan Unit Pengelola (UP) Transjakarta untuk meningkatkan pelayanan.
Untuk semakin memperbaiki manajemen, Pemprov DKI telah mengubah UP menjadi PT TransJakarta. Saat ini, transisi aset dari Dinas Perhubungan DKI Jakarta ke Badan Usaha Milik Daerah tersebut, dilakukan. Pemprov DKI juga akan menambah jumlah armada pada tahun ini, sehingga penumpang tidak terlalu lama menunggu bus di shelter TransJakarta.
Mass Rapid Transit (MRT)
Moda transportasi berbasis rel ini sedang dalam proses pembangunan. Berbeda dengan kereta api biasa, sebagian jalur MRT dibuat melayang di atas tanah (elevated) dan sebagian lagi dibuat di bawah tanah (subway). Tahap pertama jalur Utara-Selatan MRT, akan dibangun sepanjang 15,7 km. Tahap awal akan menghubungkan Lebak Bulus dan Bundaran HI, dengan 13 stasiun.
Biaya proyek pembangunan MRT memakan biaya Rp12,5 triliun. Biaya ditanggung oleh Pemprov DKI dan Pemerintah Pusat lewat hutang ke Japan International Cooperation Agency (JICA), dengan skema pembagian 51% untuk Pemprov DKI dan 49% untuk Pemerintah Pusat.
Saat ini pembangunan sudah memasuki tahap pembangunan skala besar. PT MRT Jakarta sedang mempersiapkan lahan sebelum melakukan pengeboran dengan alat canggih dari Jepang. Jika pembangunan berjalan sesuai rencana, tahap pertama proyek ini akan selesai pada 2018.
Monorel
Monorel adalah salah satu proyek transportasi massal yang telah lama direncanakan. Monorel merupakan moda transportasi light rapid transit (angkutan berdaya angkut ringan), dan sudah direncanakan sejak 2007. Proyek ini diperkirakan memakan biaya Rp6,9 triliun.
Namun, berbeda dengan beberapa proyek transportasi lainnya, proyek ini masih belum memiliki kepastian akan berjalan atau tidak.
Pada 2007, proyek yang dikerjakan oleh PT Jakarta Monorail ini sempat dihentikan. Beberapa investor menarik diri dari perusahaan konsorsium tersebut.
Enam tahun kemudian, PT Jakarta Monorail dipersilakan melanjutkan proyek monorel dengan investor baru. Ortus Holdings mengambil posisi investor yang menarik diri.
Namun, setelah sempat beberapa kali tarik ulur dengan Pemprov DKI terkait rencana bisnis dan perjanjian kerja sama, proyek ini masih belum jelas hitam putihnya. Pemprov DKI pun memutuskan nasib monorel akan ditentukan dalam dua bulan ke depan.
Seperti apa wajah Jakarta empat tahun mendatang? Kita tunggu saja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(BOB)