medcom.id, Jakarta: Jumlah kecelakaan yang melibatkan TransJakarta meningkat hingga 50 persen. Mayoritas kecelakaan terjadi di jaur non-koridor atau mix traffic.
Berdasarkan data milik PT TransJakarta, kecelakaan yang melibatkan bus TransJakarta pada 2016 mencapai 852 kasus. Angka itu meningkat dibandingkan 2015 dengan 427 kasus.
Direktur Utama PT TransJakarta Budi Kaliwono mengatakan, kecelakaan meningkat seiring bertambahnya rute. Rute non-koridor tidak dilengkapi pembatas jalan, sehingga kerap terjadi benturan.
"Kecelakaan itu sering terjadi di luar kontrol. Kecelakaan di non-koridor mencapai 90%. Itu mix traffic, sehingga sering terjadi senggolan," kata Budi di Balai Kota DKI, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (30/1/2016).
Ia mengungkapkan, pada 2015 jumlah bus TransJakarta hanya 605 armada dan beroperasi di 39 rute. Kini jumlah bus mencapai 1.056 unit dengan 80 rute.
Meski angka kecelakaan bertambah, jumlah korban luka dan meninggal menurun. Pada 2015 jumlah korban luka sebanyak 87 orang, menurun menjadi 86 orang di 2016. Sementara jumlah korban meninggal pada 2015 sebanyak tujuh orang, menurun menjadi lima orang pada 2016.
"Kami tekankan, jalur TransJakarta harus steril. Bahaya kalau menyeberangi separator. Apalagi sekarang kami memberlakukan contra flow (lawan arus) di beberapa lokasi," ujar Budi.
Untuk mengurangi kecelakaan, PT TransJakarta akan melakukan sosialisasi dan meminta penegak hukum lebih keras menindak pelanggar lalu lintas.
Budi mengungkapkan, jumlah penumpang TranJakarta juga meningkat. Pada 2015 hanya 102 juta pelanggan, meningkat menjadi 123 juta pelanggan pada 2016.
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/zNAxpX6K" frameborder="0" scrolling="no" allowfullscreen></iframe>
medcom.id, Jakarta: Jumlah kecelakaan yang melibatkan TransJakarta meningkat hingga 50 persen. Mayoritas kecelakaan terjadi di jaur non-koridor atau
mix traffic.
Berdasarkan data milik PT TransJakarta, kecelakaan yang melibatkan bus TransJakarta pada 2016 mencapai 852 kasus. Angka itu meningkat dibandingkan 2015 dengan 427 kasus.
Direktur Utama PT TransJakarta Budi Kaliwono mengatakan, kecelakaan meningkat seiring bertambahnya rute. Rute non-koridor tidak dilengkapi pembatas jalan, sehingga kerap terjadi benturan.
"Kecelakaan itu sering terjadi di luar kontrol. Kecelakaan di non-koridor mencapai 90%. Itu
mix traffic, sehingga sering terjadi senggolan," kata Budi di Balai Kota DKI, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (30/1/2016).
Ia mengungkapkan, pada 2015 jumlah bus TransJakarta hanya 605 armada dan beroperasi di 39 rute. Kini jumlah bus mencapai 1.056 unit dengan 80 rute.
Meski angka kecelakaan bertambah, jumlah korban luka dan meninggal menurun. Pada 2015 jumlah korban luka sebanyak 87 orang, menurun menjadi 86 orang di 2016. Sementara jumlah korban meninggal pada 2015 sebanyak tujuh orang, menurun menjadi lima orang pada 2016.
"Kami tekankan, jalur TransJakarta harus steril. Bahaya kalau menyeberangi separator. Apalagi sekarang kami memberlakukan contra flow (lawan arus) di beberapa lokasi," ujar Budi.
Untuk mengurangi kecelakaan, PT TransJakarta akan melakukan sosialisasi dan meminta penegak hukum lebih keras menindak pelanggar lalu lintas.
Budi mengungkapkan, jumlah penumpang TranJakarta juga meningkat. Pada 2015 hanya 102 juta pelanggan, meningkat menjadi 123 juta pelanggan pada 2016.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)