medcom.id, Jakarta: Rumah Presiden RI pertama, Soekarno, dulu berlokasi di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Menteng, Jakarta Pusat. Di teras rumah inilah, Soekarno membacakan naskah proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945, momentum yang mengawali sejarah baru perjalanan bangsa ini. Namun, kini rumah itu sudah tidak ada, berganti dengan monumen Tugu Proklamasi. Nama jalan pun telah diubah menjadi Jalan Proklamasi.
Konon, rumah itu dibongkar atas keinginan Bung Karno sendiri pada 1962. Soal apa alasannya, itu yang masih belum terungkap hingga sekarang.
Arkeolog dari Universitas Indonesia, Candrian Attahiyat, menyatakan bahwa latar belakang dibongkarnya rumah Bung Karno tersebut masih misteri.
“Rumah yang menjadi tempat dibacakannya teks proklamasi di Jalan Pegangsaan itu sudah tidak ada, sudah dibongkar, dibongkar oleh Bung Karno sendiri. Alasannya sampai sekarang masih misteri,” ujar Candrian kepada Metrotvnews.com di Jakarta, Jumat (19/6/2015).
Pada tahun 1976, Gubernur Jakarta Ali Sadikin pernah mengajukan proyek untuk melakukan pemugaran kembali kediaman Bung Karno. Namun, Presiden RI ke-2 Soeharto saat itu menolaknya.
“Soeharto menolak karena menurutnya pembongkaran adalah bagian dari sejarah. Kalau dibangun lagi, nanti tidak ada riwayat dibongkar. Akhirnya Pak Harto hanya membuatkan Monumen Proklamator,” jelas Candrian.
Kemudian untuk mengenang lokasi peristiwa kemerdekaan Indonesia, maka dibuatlah Tugu Petir yang menandai titik di mana Soekarno berdiri membacakan naskah proklamasi.
Monumen Proklamator Soekarno-Hatta dibangun pada 1979 atas gagasan Presiden Soeharto. Sekarang, Tugu Proklamasi kerap dijadikan tempat berunjuk rasa maupun orasi politik. Tak jarang pula, putera-puteri Bung Karno menggunakan area tersebut untuk acara partai politiknya masing-masing. Antara lain Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, dan Sukmawati Soekarnoputri.
“Ada juga tokoh-tokoh yang pernah datang ke sini. Seperti Prabowo Soebianto, Surya Dharma Ali, dan terakhir Joko Widodo. Tapi, paling sering Rachmawati dan Sukmawati,” ujar seorang penjaga Tugu Proklamasi, Sugandi, saat ditemui Rabu (17/6/2015).
Kondisi Tugu Proklamasi sendiri, kini masih jauh dari kata terawat. Masyarakat dengan mudah keluar-masuk Tugu Proklamasi. Area tamannya sering digunakan oleh anak-anak di lingkungan sekitar untuk bermain sepak bola. Masih di kawasan Tugu Proklamasi tersebut, terdapat bangunan liar yang dijadikan tempat tinggal bagi para pengemis.
Menurut Candrian, Tugu Proklamasi menjadi kurang memancarkan kharismanya. “Banyak generasi sekarang tak menghargai, mereka tak mengerti sejarah yang kita banggakan,” kata Candrian.
Harapan yang sama juga diungkapkan oleh Sugandi. “Kami sebenarnya ingin Tugu Proklamasi dibuat steril, digunakan jika ada kunjungan resmi dari dalam atau luar kota. Jadi dari pemeliharaan bisa lebih indah lagi agar terlihat benar-benar tempat bersejarah,” kata Sugandi.
medcom.id, Jakarta: Rumah Presiden RI pertama, Soekarno, dulu berlokasi di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Menteng, Jakarta Pusat. Di teras rumah inilah, Soekarno membacakan naskah proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945, momentum yang mengawali sejarah baru perjalanan bangsa ini. Namun, kini rumah itu sudah tidak ada, berganti dengan monumen Tugu Proklamasi. Nama jalan pun telah diubah menjadi Jalan Proklamasi.
Konon, rumah itu dibongkar atas keinginan Bung Karno sendiri pada 1962. Soal apa alasannya, itu yang masih belum terungkap hingga sekarang.
Arkeolog dari Universitas Indonesia, Candrian Attahiyat, menyatakan bahwa latar belakang dibongkarnya rumah Bung Karno tersebut masih misteri.
“Rumah yang menjadi tempat dibacakannya teks proklamasi di Jalan Pegangsaan itu sudah tidak ada, sudah dibongkar, dibongkar oleh Bung Karno sendiri. Alasannya sampai sekarang masih misteri,” ujar Candrian kepada Metrotvnews.com di Jakarta, Jumat (19/6/2015).
Pada tahun 1976, Gubernur Jakarta Ali Sadikin pernah mengajukan proyek untuk melakukan pemugaran kembali kediaman Bung Karno. Namun, Presiden RI ke-2 Soeharto saat itu menolaknya.
“Soeharto menolak karena menurutnya pembongkaran adalah bagian dari sejarah. Kalau dibangun lagi, nanti tidak ada riwayat dibongkar. Akhirnya Pak Harto hanya membuatkan Monumen Proklamator,” jelas Candrian.
Kemudian untuk mengenang lokasi peristiwa kemerdekaan Indonesia, maka dibuatlah Tugu Petir yang menandai titik di mana Soekarno berdiri membacakan naskah proklamasi.
Monumen Proklamator Soekarno-Hatta dibangun pada 1979 atas gagasan Presiden Soeharto. Sekarang, Tugu Proklamasi kerap dijadikan tempat berunjuk rasa maupun orasi politik. Tak jarang pula, putera-puteri Bung Karno menggunakan area tersebut untuk acara partai politiknya masing-masing. Antara lain Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, dan Sukmawati Soekarnoputri.
“Ada juga tokoh-tokoh yang pernah datang ke sini. Seperti Prabowo Soebianto, Surya Dharma Ali, dan terakhir Joko Widodo. Tapi, paling sering Rachmawati dan Sukmawati,” ujar seorang penjaga Tugu Proklamasi, Sugandi, saat ditemui Rabu (17/6/2015).
Kondisi Tugu Proklamasi sendiri, kini masih jauh dari kata terawat. Masyarakat dengan mudah keluar-masuk Tugu Proklamasi. Area tamannya sering digunakan oleh anak-anak di lingkungan sekitar untuk bermain sepak bola. Masih di kawasan Tugu Proklamasi tersebut, terdapat bangunan liar yang dijadikan tempat tinggal bagi para pengemis.
Menurut Candrian, Tugu Proklamasi menjadi kurang memancarkan kharismanya. “Banyak generasi sekarang tak menghargai, mereka tak mengerti sejarah yang kita banggakan,” kata Candrian.
Harapan yang sama juga diungkapkan oleh Sugandi. “Kami sebenarnya ingin Tugu Proklamasi dibuat steril, digunakan jika ada kunjungan resmi dari dalam atau luar kota. Jadi dari pemeliharaan bisa lebih indah lagi agar terlihat benar-benar tempat bersejarah,” kata Sugandi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(ADM)