medcom.id, Jakarta: Ibu Kota DKI Jakarta sudah tidak layak untuk ditempati. Mengingat Jakarta sudah rawan kemacetan, biaya kehidupan tinggi, dan jumlah penduduk yang setiap tahunnya mengalami pertumbuhan yang tidak sedikit.
"Jakarta pokoknya sudah tidak layak ditempati, berbagai persoalan disini macet, konflik, biaya tinggi, dan penduduk tinggi. Sangat rendahlah kualitasnya saat ini," ucap Pakar Tata Ruang Yayat Supriatna, ketika ditemui dalam acara diskusi media "Senator Kita" mencoba mencari jalan keluar di restoran Bumbu Desa Cikini, Jakarta, Minggu (9/8/2015).
Persoalan konflik yang ada di Jakarta merupakan kepentingan semata, dia menyebutkan, baik masalah lahan, pekerjaan dan lainnya. Namun, masalah lahan merupakan vital, karena sudah sangat sedikit lahan yang ada di sini.
"Lahan yang sangat sedikit membuat kemacetan dan penduduk yang terus meningkat. Sehingga harus ada revolusi mental di sini (Jakarta). Kalau tidak ada, maka kualitas hidup masyarakat Jakarta semakin rendah," tutur dia.
Selain itu, kualitas hidup di pusat kota Indonesia sudah sangat tidak sehat. Alhasil banyak orang yang melakukan bunuh diri, karena sudah tidak mampu untuk bertahan hidup di Jakarta.
"Tidak sehat, tata ruang sudah tidak bagus, populasi di mana-mana, betul-betul banyak persoalan di Jakarta, Jakarta sudah diambang batas," pungkas Yayat.
medcom.id, Jakarta: Ibu Kota DKI Jakarta sudah tidak layak untuk ditempati. Mengingat Jakarta sudah rawan kemacetan, biaya kehidupan tinggi, dan jumlah penduduk yang setiap tahunnya mengalami pertumbuhan yang tidak sedikit.
"Jakarta pokoknya sudah tidak layak ditempati, berbagai persoalan disini macet, konflik, biaya tinggi, dan penduduk tinggi. Sangat rendahlah kualitasnya saat ini," ucap Pakar Tata Ruang Yayat Supriatna, ketika ditemui dalam acara diskusi media "Senator Kita" mencoba mencari jalan keluar di restoran Bumbu Desa Cikini, Jakarta, Minggu (9/8/2015).
Persoalan konflik yang ada di Jakarta merupakan kepentingan semata, dia menyebutkan, baik masalah lahan, pekerjaan dan lainnya. Namun, masalah lahan merupakan vital, karena sudah sangat sedikit lahan yang ada di sini.
"Lahan yang sangat sedikit membuat kemacetan dan penduduk yang terus meningkat. Sehingga harus ada revolusi mental di sini (Jakarta). Kalau tidak ada, maka kualitas hidup masyarakat Jakarta semakin rendah," tutur dia.
Selain itu, kualitas hidup di pusat kota Indonesia sudah sangat tidak sehat. Alhasil banyak orang yang melakukan bunuh diri, karena sudah tidak mampu untuk bertahan hidup di Jakarta.
"Tidak sehat, tata ruang sudah tidak bagus, populasi di mana-mana, betul-betul banyak persoalan di Jakarta, Jakarta sudah diambang batas," pungkas Yayat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)