Terminal Kampung Melayu--Metrotvnews.com/Whisnu Mardiansyah
Terminal Kampung Melayu--Metrotvnews.com/Whisnu Mardiansyah

Karut Marut Terminal Kampung Melayu

Whisnu Mardiansyah • 31 Mei 2017 12:15
medcom.id, Jakarta: Desakan menghapus keberadaan Terminal Kampung Melayu muncul setelah  insiden bom bunuh diri di terminal di bilangan Jakarta Timur itu. Letak terminal selain tidak strategis juga menjadi titik simpul kemacetan.
 
Metrotvnews.com mencoba menelusuri terminal yang menghubungkan wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat itu. Masuk terminal suasana semrawut, angkutan kota bebas mengetem di mana saja.
 
Baca: Warga Minta Pemerintah Tertibkan Terminal Kampung Melayu

Tak seperti terminal lain, di Terminal Kampung Melayu tidak ada sekat pemisah lajur antara angkutan kota seperti Mikrolet, Metro Mini dan angkutan luar kota. Semua kendaraan berbaur menjadi satu.
 
Bahkan alur keluar masuk bus TransJakarta harus tersendat, karena banyak angkutan kota yang mengambil alih jalur busway untuk mengetem. Hal ini memperparah simpul kemacetan kendaraan dari arah Jalan Otista Raya menuju Jalan Jatinegara Barat ataupun sebaliknya.
 
Antrean kendaraan yang mengetem didominasi angkutan kota Mikrolet. Antrean mikrolet yang mengetem mengular hingga Jalan Otista Raya, Jakarta Timur.
 
Salah satu sopir mengatakan, harus menunggu hingga lima jam untuk bisa keluar dari terminal. Saking membludaknya jumlah angkutan di Terminal Kampung Melayu.
 
"Tadi baru keluar pukul 07.00 WIB. Nanti baru bisa keluar pukul 12.00 WIB," kata Pondan, sopir Mikrolet P18 jurusan Kampung Melayu-Pondok Gede kepada Metrotvnews.com, Rabu 31 Mei 2017.
 
Keadaan tak jauh berbeda ketika menjumpai para pedagang kaki lima (PKL). Tidak adanya sarana pusat jajanan membuat para PKL seenaknya menjajakan dagangan di pinggir-pinggir terminal.
 
Sarana Halte TransJakarta pun tak luput dari jarahan PKL yang menjamur menjajakan dagangannya di bawah halte.
 
Pengamat Transportasi Azaz Tigor Nainggolan mengatakan keberadaan Terminal Kampung Melayu sudah tidak dibutuhkan lagi. Letaknya di persimpangan jalan jadi titik simpul kemacetan. Keberadaan terminal tidak lebih hanya jadi lahan kriminalitas dan pungli. "Terminal cuma buat tempat tidur para sopir angkutan Mikrolet. Sudah tidak lagi dibutuhkan," kata Tigor kepada Metrotvnews.com.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan