Suasana kemacetan lalu lintas di Jalan MT. Haryono, Jakarta. (Foto: ANTARA/Galih Pradipta)
Suasana kemacetan lalu lintas di Jalan MT. Haryono, Jakarta. (Foto: ANTARA/Galih Pradipta)

Tata Kota Melebar, Macet Sulit Terhindar

19 Oktober 2017 12:39
medcom.id, Jakarta: Kemacetan menjadi persoalan klasik yang dinilai semakin sulit dihilangkan dari Ibu Kota. Dari tahun ke tahun, periode ke periode kepemimpinan, kemacetan masih menjadi isu utama yang harus diselesaikan pemerintah.
 
Pengamat Tata Kota Nirwono Joga menyebut kemacetan sulit dihindari lantaran dalam 10 tahun terakhir perkembangan tata Kota Jakarta semakin melebar. Bukan ke arah pusat, pelebaran justru semakin menjauh dari pusat kota karena ketidakmampuan warganya membeli rumah.
 
"Keluarga muda semakin tidak mampu membeli rumah. Jangankan di tengah, di pinggiran kota Jakarta saja sekarang sulit. Akhirnya mereka mencari rumah yang semakin jauh," kata Nirwono, dalam Economic Challenges, Selasa 17 Oktober 2017.

Menjatuhkan pilihan memiliki hunian jauh dari pusat kota bukan tanpa risiko. Rumah yang semakin jauh tentu memerlukan waktu tempuh yang lebih lama pula menuju tempat kerja.
 
Kesulitan menjangkau pusat perekonomian ditambah dengan transportasi massal di Ibu Kota yang belum terintegrasi dengan baik. Hal inilah yang akhirnya membuat warga masih menggunakan kendaraan pribadi baik roda empat maupun roda dua menuju tempat bekerja.
 
Bahkan, Nirwono mengatakan integrasi transportasi massal pun tak serta merta menyelesaikan masalah. Menurut Dia, selama tata kota dibiarkan semakin melebar menjauh dari pusat maka selama itu juga integrasi transportasi massal tidak akan berhasil.
 
"Pertama yang harus dilakukan dalam konteks seperti kota-kota di dunia adalah bagaimana membangun perumahan kawasan terpadu itu semakin ke pusat kota. Jangan dibiarkan semakin menjauh," ungkap Nirwono.
 
Hal lain, kata Nirwono, adalah jarak antara warga dengan transportasi massal harus berdekatan untuk menekan penggunaan kendaraan pribadi.
 
Gambarannya, kalau transportasi massal tersedia, tata kota tak dibiarkan menjauh dari pusat, warga hanya perlu berjalan kaki atau bersepeda untuk menjangkau pusat perekonomian atau fasilitas publik seperti sekolah atau pasar.
 
"Kecuali kalau ada keperluan di luar kawasan itu dia bisa menggunakan angkutan publik," katanya.
 
Nirwono mengatakan angkutan massal di Ibu Kota yang sudah disiapkan ada beragam; MRT, LRT, KRL, bahkan bus transjakarta. Jika satu sama lain terintegrasi masalah kemacetan mungkin dapat diminimalisasi.
 
Harus diingat, integrasi angkutan massal tidak hanya dilakukan di dalam Jakarta saja, melainkan juga di kota-kota penyangga seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.
 
"PR yang sulit adalah integrasi dengan Bodetabek ini. Perlu dukungan pemerintah pusat dalam penataan transportasi massal seluruh Jabodetabek," jelasnya.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(MEL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan