medcom.id, Jakarta: Menjelang penghujung tahun, Indonesia sudah mulai memasuki masa transisi musim, dari musim kemarau ke musim penghujan. Meski Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan 2017 adalah tahun normal dalam segi perubahan cuaca namun masyarakat tetap diminta mewaspadai potensi cuaca buruk yang bisa saja terjadi di masa pancaroba.
Kepala Humas BMKG Harry Tirto Djatmiko mengatakan puncak musim hujan diprediksi jatuh pada Desember 2017 hingga Februari 2018. Masyarakat perlu mengetahui bahwa potensi bencana tidak bisa hanya dilihat dari satu aspek saja yakni cuaca. Melainkan ada banyak hal yang harus disikapi dan perlu diketahui.
Misalnya, kata Harry, dari sisi hujan. Hujan bisa berdampak pada bencana entah itu hanya banjir, longsor, atau bahkan banjir bandang. Namun berdasarkan data BNPB yang terlah terkoordinasi dengan BMKG, bisa dikatakan bahwa tren bencana akibat perubahan cuaca di tahun 2017 terjadi peningkatan.
"Yang harus dilihat bukan hanya bencananya, tetapi sisi lain dari bencana itu perlu juga diketahui. Contoh banjir atau longsor salah satunya karena faktor cuaca; hujan. Tetapi faktor lainnya bisa juga karena tata guna lahan atau tata guna air," kata Harry, dalam Selamat Pagi Indonesia, Senin 23 Oktober 2017.
Bagaimana menyikapinya? Harry mengatakan salah satu yang menjadi perhatian bersama adalah drainase. Drainase yang buruk membuat peluang sebuah wilayah terkena dampak dari cuaca lebih besar ketimbang wilayah yang resapan airnya baik.
Kemudian, sebelum musim hujan terlanjur datang masyarakat diminta memeriksa kabel arus yang mengaliri listrik ke rumah-rumah atau di tiang listrik untuk mendapatkan perawatan sejak awal jika ditemukan masalah.
Hal lain, bagi masyarakat yang lingkungan sekitarnya terdapat pohon tinggi besar, perlu dicek kembali kualitas pohon tersebut untuk menghindari potensi pohon tumbang akibat angin kencang. Membuang bagian pohon yang tidak perlu akan meminimalisasi potensi pohon tumbang.
"Selain itu bangunan nonpermanen dan semi permanen yaitu rumah-rumah yang tidak ada konstruksi di bawahnya dan bangunan konstruksi seperti papan reklame dan baliho itu harus diawasi di masa transisi," katanya.
Harry mengatakan perlu diketahui juga bahwa wilayah di dataran rendah, daerah cekungan dan bantaran kali akan tetap terdampak jika banjir datang. Masyarakat diharapkan mengetahui posisi tempat tinggalnya untuk mengantisipasi dampak dari banjir yang bisa menggenangi wilayah tinggal mereka.
"Sedangkan di perbukitan kita sudah informasikan bahwa kalau kekeringan panjang itu membuat tanah labil. Begitu hujan deras sebentar akan terjadi longsor, kalau terakumulasikan bisa terjadi longsor susulan atau banjir bandang, Ini juga harus diwaspadai," jelasnya.
medcom.id, Jakarta: Menjelang penghujung tahun, Indonesia sudah mulai memasuki masa transisi musim, dari musim kemarau ke musim penghujan. Meski Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan 2017 adalah tahun normal dalam segi perubahan cuaca namun masyarakat tetap diminta mewaspadai potensi cuaca buruk yang bisa saja terjadi di masa pancaroba.
Kepala Humas BMKG Harry Tirto Djatmiko mengatakan puncak musim hujan diprediksi jatuh pada Desember 2017 hingga Februari 2018. Masyarakat perlu mengetahui bahwa potensi bencana tidak bisa hanya dilihat dari satu aspek saja yakni cuaca. Melainkan ada banyak hal yang harus disikapi dan perlu diketahui.
Misalnya, kata Harry, dari sisi hujan. Hujan bisa berdampak pada bencana entah itu hanya banjir, longsor, atau bahkan banjir bandang. Namun berdasarkan data BNPB yang terlah terkoordinasi dengan BMKG, bisa dikatakan bahwa tren bencana akibat perubahan cuaca di tahun 2017 terjadi peningkatan.
"Yang harus dilihat bukan hanya bencananya, tetapi sisi lain dari bencana itu perlu juga diketahui. Contoh banjir atau longsor salah satunya karena faktor cuaca; hujan. Tetapi faktor lainnya bisa juga karena tata guna lahan atau tata guna air," kata Harry, dalam
Selamat Pagi Indonesia, Senin 23 Oktober 2017.
Bagaimana menyikapinya? Harry mengatakan salah satu yang menjadi perhatian bersama adalah drainase. Drainase yang buruk membuat peluang sebuah wilayah terkena dampak dari cuaca lebih besar ketimbang wilayah yang resapan airnya baik.
Kemudian, sebelum musim hujan terlanjur datang masyarakat diminta memeriksa kabel arus yang mengaliri listrik ke rumah-rumah atau di tiang listrik untuk mendapatkan perawatan sejak awal jika ditemukan masalah.
Hal lain, bagi masyarakat yang lingkungan sekitarnya terdapat pohon tinggi besar, perlu dicek kembali kualitas pohon tersebut untuk menghindari potensi pohon tumbang akibat angin kencang. Membuang bagian pohon yang tidak perlu akan meminimalisasi potensi pohon tumbang.
"Selain itu bangunan nonpermanen dan semi permanen yaitu rumah-rumah yang tidak ada konstruksi di bawahnya dan bangunan konstruksi seperti papan reklame dan baliho itu harus diawasi di masa transisi," katanya.
Harry mengatakan perlu diketahui juga bahwa wilayah di dataran rendah, daerah cekungan dan bantaran kali akan tetap terdampak jika banjir datang. Masyarakat diharapkan mengetahui posisi tempat tinggalnya untuk mengantisipasi dampak dari banjir yang bisa menggenangi wilayah tinggal mereka.
"Sedangkan di perbukitan kita sudah informasikan bahwa kalau kekeringan panjang itu membuat tanah labil. Begitu hujan deras sebentar akan terjadi longsor, kalau terakumulasikan bisa terjadi longsor susulan atau banjir bandang, Ini juga harus diwaspadai," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)