Pelepasan Ekspedisi Jala Citra 3 ini berlangsung di Dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Komandan Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL (Danpushidrosal), Laksamana Madya TNI Nurhidayat, mengatakan ekspedisi ketiga ini mencoba menguak kehidupan bawah laut di daerah Timur khususnya di laut dalam.
"Pada ekspedisi yang pertama rekan-rekan mengetahui di sana ada kaldera yang cukup besar, kaldera adalah bagian dari gunung yang telah meletus seperti Gunung Bromo. Kemudian Jala Citra 2 masih utuh enam gunung yang tingginya sampai 3.400 meter. Dan yang ketiga ini ada Pulau Satonda dan sekitarnya," kata Nurhidayat, Rabu, 29 Maret 2023.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Ekspedisi Jala Citra 3 dilaksanakan selama kurang lebih 60 hari. Fokus penelitiannya pada bidang hidrografi, geofisika, oseanografi serta meteorologi. Ekspedisi ini sendiri memiliki lima etape kegiatan penelitian, dimana empat etape yakni etape 1-4, berada di laut dan menggunakan KRI Spica- 934. Sementara etape kelima, berada di darat, yakni di Pulau Satonda.
Baca: Bertemu Panglima TNI, Dubes AS Bahas Persiapan Super Garuda Shield 2023 |
Pulau Satonda merupakan pulau dengan laut mati pada bagian tengahnya, berukuran lebar 1,2 kilometer. Air Iaut yang berbentuk danau itu memenuhi kawah dengan salinitas yang sangat tinggi, hingga membuat pulau tersebut diminati oleh para peneliti dari berbagai universitas.
Tujuan dari ekspedisi ini adalah untuk memperkaya khazanah pengetahuan tentang kondisi Perairan Laut Flores dari bidang Hidrografi dan Oseanografi serta bidang keilmuan lainnya, dengan landasan wawasan nusantara.
"Sesuai Data Menko Marves Luhut, di 2045 Indonesia harus menjadi Indonesia yang emas, cemerlang, Indonesia yang maju dan masyarakatnya sejahtera. Karena kita banyak lautnya maka ekspedisi ini saya kira sangat bermanfaat bagi kita semuanya," kata Nurhidayat.
Plt Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marves, M Firman Hidayat, mengatakan Ekspedisi Jala Citra 3 ini merupakan ekpedisi yang penting. Ekspedisi itu akan menjadi prioritas pembangunan maritim ke depan.
"Lebih dari 70 persen area Indonesia itu adalah laut. Ada 6,4 juta km² laut. Kita juga punya garis pantai terpanjang nomor 2 di dunia dan merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Tetapi selama ini potensi yang ada di laut itu masih relatif terbatas," kata Firman.
Menurutnya, jika negara memiliki nikel, batubara dan Crude Palm Oil (CPO/ minyak kelapa sawit) di darat, maka seharusnya Indonesia juga mempunyai potensi yang sama di bawah laut. Tak hanya itu, potensi bencana juga akan dapat diketahui dengan ekspedisi ini.
"Banyak sekali hal-hal potensi secara ekonomi yang belum kita gali, tetapi bukan cuma soal ekonomi, tapi ada juga hal seperti tsunami. Dengan ekspedisi, bisa mengantisipasi potensi bencana-bencana alam seperti tsunami. Sehingga nanti ke depan kita bisa menyelamatkan lebih banyak nyawa manusia di Indonesia," kata Firman.
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi mendukung penuh ekspedisi Jala Citra 3. Ia berharap ke depan akan banyak ekspedisi bawah laut.
"Ini akan mendukung rencana pembangunan jangka panjang kita yang akan fokus kepada pencapaian negara maritim dan visi poros maritim dunia," kata Firman.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id