Murid-murid bermain dengan maskot nyamuk aedes aegypti saat peringatan Asean Dengue Day di SDN 07 Cijantung, Jakarta Timur. Foto: MI/Bary Fathahilah.
Murid-murid bermain dengan maskot nyamuk aedes aegypti saat peringatan Asean Dengue Day di SDN 07 Cijantung, Jakarta Timur. Foto: MI/Bary Fathahilah.

813 Warga DKI Terserang DBD

Nur Azizah • 01 Februari 2019 16:41
Jakarta: Penderita demam berdarah dengue (DBD) di DKI Jakarta bertambah 151 orang. Total penderita pun menjadi 813 orang dari sebelumnya 662 dengan tingkat kejadian (IR) 7,77. 
 
IR adalah perhitungan kejadian per 100.000 penduduk yang digunakan untuk mengukur proporsi kejadian DBD. Semakin tinggi angka IR, semakin tinggi kejadiannya.
 
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti mengatakan penderita DBD paling banyak berada di Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat, dengan jumlah pasien 104 orang. Selanjutnya, sebanyak 60 pasien ada di Cengkareng, Jakarta Barat, dan Jagakarsa, Jakarta Selatan, 51 pasien.

"Ada pun penderita di Kecamatan Cipayung (Jakarta Timur) sebanyak 41 orang dan di Kebayoran Baru (Jakarta Selatan) sebanyak 39 orang," kata Widyastuti saat dihubungi, Jakarta, Jumat, 1 Februari 2019.
 
Menurut dia, pihaknya tengah mendata tempat-tempat rawan agar penanganannya bisa maksimal. Pasalnya, pengasapan yang selama ini dilakukan dinilai kurang terlalu efektif. "Kita sampaikan warga fogging (pengasapan) itu bukan untuk pencegahan," ujar dia.
 
Ia menjelaskan pengasapan yang dilakukan secara intens akan membuat nyamuk kebal. "Yang melakukan fogging secara utuh pada saat tidak ada apa-apa itu khawatirnya jadi resisten. Kayak obat kalau diminum tanpa indikasi yang kuat lama-lama nyamuk itu bandel," ujar dia.
 
Langkah lebih untuk pencegahan DBD diperlukan. Pihaknya terus menyebarluaskan informasi kepada masyarakat menggunakan media komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) atau media sosial tentang waspada DBD dan pengendaliannya, dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
 
"Peningkatan sistem kewaspadaan dini penyakit DBD, melalui penguatan jejaring pelaporan kasus berbasis rumah sakit," ucap dia.
 
Baca: Aksi Juru Pemantau Jentik Lebih Efektif Cegah DBD ketimbang Fogging
 
Dinas Kesehatan juga meningkatkan kampanye menguras, menutup, mendaur ulang (3M) tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti, penular DBD. Juru pemantau jentik (jumantik) juga terjun ke lapangan minimal seminggu sekali.
 
"Serta pemutusan mata rantai penularan dengan fogging fokus pada kasus DBD dengan hasil penyelidikan epidemiologi (PE) positif," pungkas Widyastuti.
 
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI juga bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengembangkan model prediksi angka DBD berbasis iklim. Prediksi angka itu dapat diakses melalui https://bmkg.dbd.go.id/. Pemodelan ini adalah bentuk sistem kewaspadaan dini yang dapat diakses seluruh lapisan masyarakat dalam rangka antisipasi.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan