medcom.id, Jakarta: Rustam Effendi menghadapi dua pilihan sebelum memutuskan mundur dari jabatan wali kota jakarta utara. Dipecat atau mengundurkan diri secara terhormat.
"Saya lebih baik mengundurkan diri dari pada kerja tapi tidak nyaman. Semua keluarga saya juga mendukung,” Kata Rutam kepada Metrotvnews.com di kediamannya, Jalan Bonsai, Meruya Utara, Jakarta Barat, Rabu 27 April.
Ia menyampaikan, alasan pengunduran dirinya murni karena masalah ketidaknyaman terhadap pimpinan. Rustam menyangkal, alasan berhenti sebagai bentuk dukungan terhadap Yusril.
“Ini murni karena masalah ketidaknyamanan. Saya punya anak, istri dan keluarga, mereka tidak nyaman kalau saya dituding yang macam-macam. Alasan ini tidak mengada-ada,” kata Rustam.
Rustam mengakui mundur dari jabatannya untuk meredam kebisingan dari tudingan yang dilayangkan Gubernur DKI Jakarta Basuki `Ahok` Tjahaja Purnam.
Rustam menjelaskan, duduk perkara berawal dari masalah genangan di kawasan Pademangan, Jakarta Utara yang tak kunjung surut. Saat itu, ia menyampaikan genangan terlalu tinggi lantaran air laut sedang pasang.
Namun, ia dianggap tidak bisa menyelesaikan masalah genangan air kerap masuk ke permukiman warga. Padahal, Rustam sudah memfungsikan pompa air untuk menyedot genangan di Pademangan.
“Genangan saat itu memang lebih tinggi dari biasanya. Karena air laut pasang dan air datang dari arah selatan. Sedangakan pompa air tidak bisa menyedot secara maksimal,” kata Rustam.
Saat rapat terbuka pada Jumat, 22 April 2016 lalu, Rustam ‘disentil’ mantan Bupati Belitung Timur. Bapak tiga anak itu dituding sebagai pendukung Yusril.
Hal tersebut diungkapkan Ahok karena kesal, Rustam kerap mengulur waktu relokasi warga di daerah Lodan yang menyebabkan banjir di Pademangan. Akhirnya Rustam mengungkapkan kekesalannya di jejaring sosial, Facebook.
Rustam menulis, pimpinan harusnya mengucapkan terima kasih atas kinerja anak buah. Rustam kecewa dan menganggap perkataan Ahok menyakitkan karena menuding Rustam di muka umum.
Tak butuh waktu lama, Rustam memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya pada Senin, 25 April 2016. Ia berfikir, mundur adalah salah satu cara untuk meredam kebisingan tersebut. Mantan sekertaris Camat Kembangan itu lega dengan dengan keputusan yang ia ambil.
“Saya merasa pak Ahok tidak suka dengan kinerja saya. Masalah banjir, penggusuran, Kalijodo, dan lainnya. Lalu, saya dimarahi untuk sesuatu yang bukan salah saya," ujar Rustam.
Rustam Effendi kini resmi menjadi staf Badan Pendidikan dan Pelatihan DKI. Pemerintah Provinsi DKI telah menunjuk Wakil Wali Kota Jakarta Utara Wahyu Haryadi sebagai pelaksana tugas (Plt) menggantikan dirinya.
medcom.id, Jakarta: Rustam Effendi menghadapi dua pilihan sebelum memutuskan mundur dari jabatan wali kota jakarta utara. Dipecat atau mengundurkan diri secara terhormat.
"Saya lebih baik mengundurkan diri dari pada kerja tapi tidak nyaman. Semua keluarga saya juga mendukung,” Kata Rutam kepada
Metrotvnews.com di kediamannya, Jalan Bonsai, Meruya Utara, Jakarta Barat, Rabu 27 April.
Ia menyampaikan, alasan pengunduran dirinya murni karena masalah ketidaknyaman terhadap pimpinan. Rustam menyangkal, alasan berhenti sebagai bentuk dukungan terhadap Yusril.
“Ini murni karena masalah ketidaknyamanan. Saya punya anak, istri dan keluarga, mereka tidak nyaman kalau saya dituding yang macam-macam. Alasan ini tidak mengada-ada,” kata Rustam.
Rustam mengakui mundur dari jabatannya untuk meredam kebisingan dari tudingan yang dilayangkan Gubernur DKI Jakarta Basuki `Ahok` Tjahaja Purnam.
Rustam menjelaskan, duduk perkara berawal dari masalah genangan di kawasan Pademangan, Jakarta Utara yang tak kunjung surut. Saat itu, ia menyampaikan genangan terlalu tinggi lantaran air laut sedang pasang.
Namun, ia dianggap tidak bisa menyelesaikan masalah genangan air kerap masuk ke permukiman warga. Padahal, Rustam sudah memfungsikan pompa air untuk menyedot genangan di Pademangan.
“Genangan saat itu memang lebih tinggi dari biasanya. Karena air laut pasang dan air datang dari arah selatan. Sedangakan pompa air tidak bisa menyedot secara maksimal,” kata Rustam.
Saat rapat terbuka pada Jumat, 22 April 2016 lalu, Rustam ‘disentil’ mantan Bupati Belitung Timur. Bapak tiga anak itu dituding sebagai pendukung Yusril.
Hal tersebut diungkapkan Ahok karena kesal, Rustam kerap mengulur waktu relokasi warga di daerah Lodan yang menyebabkan banjir di Pademangan. Akhirnya Rustam mengungkapkan kekesalannya di jejaring sosial, Facebook.
Rustam menulis, pimpinan harusnya mengucapkan terima kasih atas kinerja anak buah. Rustam kecewa dan menganggap perkataan Ahok menyakitkan karena menuding Rustam di muka umum.
Tak butuh waktu lama, Rustam memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya pada Senin, 25 April 2016. Ia berfikir, mundur adalah salah satu cara untuk meredam kebisingan tersebut. Mantan sekertaris Camat Kembangan itu lega dengan dengan keputusan yang ia ambil.
“Saya merasa pak Ahok tidak suka dengan kinerja saya. Masalah banjir, penggusuran, Kalijodo, dan lainnya. Lalu, saya dimarahi untuk sesuatu yang bukan salah saya," ujar Rustam.
Rustam Effendi kini resmi menjadi staf Badan Pendidikan dan Pelatihan DKI. Pemerintah Provinsi DKI telah menunjuk Wakil Wali Kota Jakarta Utara Wahyu Haryadi sebagai pelaksana tugas (Plt) menggantikan dirinya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)