medcom.id, Jakarta: Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Syaiful Hidayat mengungkapkan, pergerakan teroris sudah tercium dari Desember tahun lalu. Oleh karena itu, perayaan di sekitar Jalan MH Thamrin ditiadakan.
"Pada Bulan Desember tim Densus 88 bergerak cepat untuk menangkap beberapa orang yang diduga terkait dengan aksi ini (teroris). Artinya kita sudah mencium itu (pergerakan teroris), maka acara tahun baru yang biasa kita lakukan di Thamrin tidak kita lakukan," kata Djarot di depan Menara Cakrawala, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (15/1/2016).
Namun, aksi terorisme yang terjadi 14 Januari tidak terduga. "Peristiwa kemarin ini yang kita tidak ngerti. Tempat dan waktu sasaran ini sulit diduga. Ini mengindikasikan bahwa ISIS ada di Indonesia," pungkas Djarot.
Djarot mengakui, pemerintah dan aparat keamanan kecolongan dengan tak dapat menduga kejadian kemarin. "Kita bisa menyebut itu kecolongan," imbuhnya.
Mantan Wali Kota Blitar itu menjelaskan, peran pemerintah saat ini untuk melakukan pengawalan lebih ketat. Pendataan warga harus dilakukan sedetil-detilnya. Warga yang tidak mau menyerahkan data diri perlu dicurigai dan diminta angkat kaki.
"Gampang saja, berarti kau punya niat baik atau jelek di Jakarta, kalau punya niat baik pasti mau didata diri, kalau punya niat jelek tidak mau didata, gampang saja," pungkasnya.
Kamis, 14 Januari, aksi teror terjadi di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat. Teror diawali ledakan bom di dalam kedai kopi Starbucks. Kemudian teror meluas ke pos polisi di kawasan tersebut. Terhitung membuncah lima kali ledakan bom meledak di kawasan tersebut.
Tercatat tujuh nyawa melayang dalam insiden tersebut. Lima dari tujuh korban tewas diketahui peneror. Dua korban lainnya masing-masing satu warga Kanada dan satu lainnya WNI.
medcom.id, Jakarta: Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Syaiful Hidayat mengungkapkan, pergerakan teroris sudah tercium dari Desember tahun lalu. Oleh karena itu, perayaan di sekitar Jalan MH Thamrin ditiadakan.
"Pada Bulan Desember tim Densus 88 bergerak cepat untuk menangkap beberapa orang yang diduga terkait dengan aksi ini (teroris). Artinya kita sudah mencium itu (pergerakan teroris), maka acara tahun baru yang biasa kita lakukan di Thamrin tidak kita lakukan," kata Djarot di depan Menara Cakrawala, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (15/1/2016).
Namun, aksi terorisme yang terjadi 14 Januari tidak terduga. "Peristiwa kemarin ini yang kita tidak ngerti. Tempat dan waktu sasaran ini sulit diduga. Ini mengindikasikan bahwa ISIS ada di Indonesia," pungkas Djarot.
Djarot mengakui, pemerintah dan aparat keamanan kecolongan dengan tak dapat menduga kejadian kemarin. "Kita bisa menyebut itu kecolongan," imbuhnya.
Mantan Wali Kota Blitar itu menjelaskan, peran pemerintah saat ini untuk melakukan pengawalan lebih ketat. Pendataan warga harus dilakukan sedetil-detilnya. Warga yang tidak mau menyerahkan data diri perlu dicurigai dan diminta angkat kaki.
"Gampang saja, berarti kau punya niat baik atau jelek di Jakarta, kalau punya niat baik pasti mau didata diri, kalau punya niat jelek tidak mau didata, gampang saja," pungkasnya.
Kamis, 14 Januari, aksi teror terjadi di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat. Teror diawali ledakan bom di dalam kedai kopi Starbucks. Kemudian teror meluas ke pos polisi di kawasan tersebut. Terhitung membuncah lima kali ledakan bom meledak di kawasan tersebut.
Tercatat tujuh nyawa melayang dalam insiden tersebut. Lima dari tujuh korban tewas diketahui peneror. Dua korban lainnya masing-masing satu warga Kanada dan satu lainnya WNI.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)