medcom.id, Jakarta: Kehadiran transportasi online sejak 2014 langsung menarik minat masyarakat. Transportasi online menjadi primadona karena praktis dan lebih murah.
Tak jarang persaingan bisnis antara transportasi online dan konvensional memicu konflik di lapangan. Sopir ojek konvensional atau yang biasa disebut ojek pangkalan (Opang) menganggap ojek online merebut lahan pendapatan mereka.
"Ya jelas sejak ada ojek online pendapatan kita menurun jauh, paling sehari cuma angkut 5-6 penumpang," kata Rochmat, sopir ojek yang biasa mangkal di depan Stasiun Gondangdia, Jakarta Pusat, Kamis 19 Oktober 2017.
Untuk menghindari konflik, Rochmat mengatakan sopir ojek online diimbau tidak mengangkut penumpang langsung dari depan Stasiun Gondangdia. Sopir transportasi online diminta mengambil penumpang dalam jarak 100 meter dari pangkalan ojek Stasiun Gondangdia.
(Baca juga: Suka Duka Menjadi Pengemudi Ojek Online di Bandung)
Pantauan Metrotvnews.com, pangkalan ojek konvensional dan ojek online terpisah beberapa meter. Ojek konvensional mangkal tepat di pintu keluar samping Stasiun Gondangdia di Jalan Srikaya II, sementara pengemudi ojek online berkerumun di sepanjang Jalan Srikaya di depan MNC Tower.
Edi, pengojek online, mengaku, bersama rekan-rekannya tidak keberatan menunggu penumpang dalam jarak 100 meter dari lokasi ojek pangkalan. "Kita juga ngerti lah, kita juga menghormati mereka yang memang lebih dulu mangkal di situ. Alhamdulilah penumpang juga ngerti, biasanya kalau order ya memang sudah tahu nunggunya pasti agak jauh dari pangkalan ojek," kata Edi.
Menteri Perhubungan Budi Karya dijadwalkan mengumumkan aturan mengenai transportasi daring hari ini. Aturan pengganti Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 26 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaran Bermotor Umum tidak Dalam Trayek dijamin mengakomodasi pengemudi kendaraan konvensional maupun online.
medcom.id, Jakarta: Kehadiran transportasi online sejak 2014 langsung menarik minat masyarakat. Transportasi online menjadi primadona karena praktis dan lebih murah.
Tak jarang persaingan bisnis antara transportasi online dan konvensional memicu konflik di lapangan. Sopir ojek konvensional atau yang biasa disebut ojek pangkalan (Opang) menganggap ojek online merebut lahan pendapatan mereka.
"Ya jelas sejak ada ojek online pendapatan kita menurun jauh, paling sehari cuma angkut 5-6 penumpang," kata Rochmat, sopir ojek yang biasa mangkal di depan Stasiun Gondangdia, Jakarta Pusat, Kamis 19 Oktober 2017.
Untuk menghindari konflik, Rochmat mengatakan sopir ojek online diimbau tidak mengangkut penumpang langsung dari depan Stasiun Gondangdia. Sopir transportasi online diminta mengambil penumpang dalam jarak 100 meter dari pangkalan ojek Stasiun Gondangdia.
(Baca juga:
Suka Duka Menjadi Pengemudi Ojek Online di Bandung)
Pantauan
Metrotvnews.com, pangkalan ojek konvensional dan ojek online terpisah beberapa meter. Ojek konvensional mangkal tepat di pintu keluar samping Stasiun Gondangdia di Jalan Srikaya II, sementara pengemudi ojek online berkerumun di sepanjang Jalan Srikaya di depan MNC Tower.
Edi, pengojek online, mengaku, bersama rekan-rekannya tidak keberatan menunggu penumpang dalam jarak 100 meter dari lokasi ojek pangkalan. "Kita juga ngerti lah, kita juga menghormati mereka yang memang lebih dulu mangkal di situ. Alhamdulilah penumpang juga ngerti, biasanya kalau order ya memang sudah tahu nunggunya pasti agak jauh dari pangkalan ojek," kata Edi.
Menteri Perhubungan Budi Karya dijadwalkan mengumumkan aturan mengenai transportasi daring hari ini. Aturan pengganti Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 26 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaran Bermotor Umum tidak Dalam Trayek dijamin mengakomodasi pengemudi kendaraan konvensional maupun online.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)