Jakarta: Dinas Lingkungan Hidup (LH) DKI Jakarta sudah mengambil sampel air di Teluk Jakarta untuk mengecek kandungan parasetamol pada Sabtu, 3 Oktober 2021. Penelitian membutuhkan waktu hingga dua minggu.
"Perlu waktu kurang lebih 14 hari, nanti kita sampaikan terkait adanya parasetamol tersebut di Teluk Jakarta," kata Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria (Ariza) di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat, Senin, 4 Oktober 2021.
Ariza mengaku belum tahu detail penyebab munculnya parasetamol. Namun, dia memastikan bakal meneliti akar masalahnya.
"Kita akan teliti, dari situ akan tahu sejauh mana dan tentu harus dibersihkan," kata dia.
Ariza mengajak masyarakat menjaga lingkungan hidup supaya ekosistemnya terpelihara dengan baik. Lingkungan yang asri juga bakal membuat warga DKI nyaman.
"Ini harus menjadi perhatian agar warga atau pihak institusi manapun jangan membuang sampah apalagi limbah di tempat umum, di sungai, apalagi di laut," ujar politikus Partai Gerindra itu.
Baca: Mencari Solusi Temuan Parasetamol di Teluk Jakarta
Tim peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan University of Brighton UK menemukan kontaminasi air di Teluk Jakarta, yaitu di Angke, Ancol, Tanjung Priok, dan Cilincing. Hasil penelitian menunjukkan beberapa parameter nutrisi, seperti amonia, nitrat, dan total fosfat melebihi batas baku mutu air laut Indonesia.
Parasetamol terdeteksi di dua situs, yakni muara Sungai Angke (610 ng/L) dan muara Sungai Ciliwung Ancol (420 ng/L). Konsentrasi parasetamol yang tinggi meningkatkan kekhawatiran tentang risiko lingkungan terkait paparan jangka panjang terhadap organisme laut di Teluk Jakarta.
Konsentrasi parasetamol di Teluk Jakarta juga relatif tinggi jika dibandingkan dengan pantai-pantai lain di belahan dunia. Kadar parasetamol di Jakarta, yakni 420-610 ng/L, sedangkan di pantai Brasil 34,6 ng/L dan pantai utara Portugis 51,2-584 ng/L.
Jakarta: Dinas Lingkungan Hidup (LH)
DKI Jakarta sudah mengambil sampel air di Teluk Jakarta untuk mengecek kandungan
parasetamol pada Sabtu, 3 Oktober 2021. Penelitian membutuhkan waktu hingga dua minggu.
"Perlu waktu kurang lebih 14 hari, nanti kita sampaikan terkait adanya parasetamol tersebut di Teluk Jakarta," kata Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria (Ariza) di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat, Senin, 4 Oktober 2021.
Ariza mengaku belum tahu detail penyebab munculnya parasetamol. Namun, dia memastikan bakal meneliti akar masalahnya.
"Kita akan teliti, dari situ akan tahu sejauh mana dan tentu harus dibersihkan," kata dia.
Ariza mengajak masyarakat menjaga lingkungan hidup supaya ekosistemnya terpelihara dengan baik. Lingkungan yang asri juga bakal membuat warga
DKI nyaman.
"Ini harus menjadi perhatian agar warga atau pihak institusi manapun jangan membuang sampah apalagi limbah di tempat umum, di sungai, apalagi di laut," ujar politikus Partai Gerindra itu.
Baca:
Mencari Solusi Temuan Parasetamol di Teluk Jakarta
Tim peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan University of Brighton UK menemukan kontaminasi air di Teluk Jakarta, yaitu di Angke, Ancol, Tanjung Priok, dan Cilincing. Hasil penelitian menunjukkan beberapa parameter nutrisi, seperti amonia, nitrat, dan total fosfat melebihi batas baku mutu air laut Indonesia.
Parasetamol terdeteksi di dua situs, yakni muara Sungai Angke (610 ng/L) dan muara Sungai Ciliwung Ancol (420 ng/L). Konsentrasi parasetamol yang tinggi meningkatkan kekhawatiran tentang risiko lingkungan terkait paparan jangka panjang terhadap organisme laut di Teluk Jakarta.
Konsentrasi parasetamol di Teluk Jakarta juga relatif tinggi jika dibandingkan dengan pantai-pantai lain di belahan dunia. Kadar parasetamol di Jakarta, yakni 420-610 ng/L, sedangkan di pantai Brasil 34,6 ng/L dan pantai utara Portugis 51,2-584 ng/L.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(JMS)