Jakarta: Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk menangani polusi Jabodetabek telah selesai dilakukan. Operasi modifikasi cuaca di Jabodetabek terakhir dilaksanakan pada Minggu, 10 September 2023.
"Untuk sementara tidak ada (rencana TMC Jabodetabek)," kata Koordinator Lab Badan TMC BRIN Budi Harsoyo saat dihubungi, Senin, 11 September 2023.
Ia mengungkapkan berdasarkan hasil TMC pada Minggu, 10 September 2023, beberapa wilayah berhasil diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga ringan. Antara lain Bogor, Tomang, Bekasi, Depok, hingga Tangerang.
TMC wilayah Jabodetabek telah dilakukan sekitar 18 hari terakhir. Dalam operasi itu telah, dilakukan 13 sorti penerbangan dengan total bahan semai 9.600 kilogram NaCl, 800 kh CaO di sejumlah titik wilayah Jabodetabek.
Dosen program studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga (UNAIR) Dwi Ratri M Isnadina menilai upaya modifikasi cuaca efektif untuk mengurangi polusi udara. Sebab, proses modifikasi cuaca dapat menghasilkan deposisi basah akibat adanya hujan.
"Penelitian oleh peneliti di Inggris juga menyimpulkan semakin sering hujan turun di hari kerja dari pada di hari libur, maka akan menghasilkan penurunan dampak polusi dari kegiatan industri. Namun, yang lebih baik adalah mengurangi polusi dari sumber seperti halnya lebih baik mencegah daripada mengobati," jelas dia.
Dwi Ratri menjelaskan pada dasarnya modifikasi cuaca adalah sebuah rekayasa buatan manusia untuk mengendalikan sumber daya air di atmosfer atau awan pembawa hujan. Modifikasi cuaca bertujuan meminimalisasi risiko bencana alam akibat cuaca di daerah tertentu.
"Jika ada suatu daerah yang mengalami kebakaran atau kekeringan berarti kita harus memodifikasi cuaca agar hujan segera turun di sana. Namun, jika ada daerah banjir maka kita harus memodifikasi cuaca agar hujan tidak turun di sana," ujar peneliti Pengendalian dan Teknologi Polusi Udara itu.
Ia mengatakan modifikasi cuaca ini berkaitan erat dengan aktivitas presipitasi air menjadi awan. Bentuk umumnya adalah cloud seeding atau penyemaian awan. Cloud seeding ini dilakukan dengan menyebarkan serbuk AgI (perak iodida) di atas awan yang berpotensi menjadi pembawa hujan di daerah tersebut. Nantinya, penyebaran serbuk Agl dibantu pesawat atau drone.
Dwi Ratri menyebut upaya modifikasi hujan tentu memiliki dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya, negara bisa mendapatkan cuaca seperti yang mereka harapkan. Sedangkan, dampak negatifnya adalah dampak akibat penggunaan kristal garam AgI yang berlebih dapat mempengaruhi ekosistem tanah dan air.
"Jika rekayasa ini sering terjadi juga akan mungkin ada dampak terhadap iklim ke depannya," ujar dia.
Jakarta: Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk menangani
polusi Jabodetabek telah selesai dilakukan. Operasi modifikasi cuaca di Jabodetabek terakhir dilaksanakan pada Minggu, 10 September 2023.
"Untuk sementara tidak ada (rencana TMC Jabodetabek)," kata Koordinator Lab Badan TMC BRIN Budi Harsoyo saat dihubungi, Senin, 11 September 2023.
Ia mengungkapkan berdasarkan hasil TMC pada Minggu, 10 September 2023, beberapa wilayah berhasil diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga ringan. Antara lain Bogor, Tomang, Bekasi, Depok, hingga Tangerang.
TMC wilayah
Jabodetabek telah dilakukan sekitar 18 hari terakhir. Dalam operasi itu telah, dilakukan 13 sorti penerbangan dengan total bahan semai 9.600 kilogram NaCl, 800 kh CaO di sejumlah titik wilayah Jabodetabek.
Dosen program studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga (UNAIR) Dwi Ratri M Isnadina menilai upaya modifikasi cuaca efektif untuk mengurangi
polusi udara. Sebab, proses modifikasi cuaca dapat menghasilkan deposisi basah akibat adanya hujan.
"Penelitian oleh peneliti di Inggris juga menyimpulkan semakin sering hujan turun di hari kerja dari pada di hari libur, maka akan menghasilkan penurunan dampak polusi dari kegiatan industri. Namun, yang lebih baik adalah mengurangi polusi dari sumber seperti halnya lebih baik mencegah daripada mengobati," jelas dia.
Dwi Ratri menjelaskan pada dasarnya modifikasi cuaca adalah sebuah rekayasa buatan manusia untuk mengendalikan sumber daya air di atmosfer atau awan pembawa hujan. Modifikasi cuaca bertujuan meminimalisasi risiko bencana alam akibat cuaca di daerah tertentu.
"Jika ada suatu daerah yang mengalami kebakaran atau kekeringan berarti kita harus memodifikasi cuaca agar hujan segera turun di sana. Namun, jika ada daerah banjir maka kita harus memodifikasi cuaca agar hujan tidak turun di sana," ujar peneliti Pengendalian dan Teknologi Polusi Udara itu.
Ia mengatakan modifikasi cuaca ini berkaitan erat dengan aktivitas presipitasi air menjadi awan. Bentuk umumnya adalah
cloud seeding atau penyemaian awan.
Cloud seeding ini dilakukan dengan menyebarkan serbuk AgI (perak iodida) di atas awan yang berpotensi menjadi pembawa hujan di daerah tersebut. Nantinya, penyebaran serbuk Agl dibantu pesawat atau drone.
Dwi Ratri menyebut upaya modifikasi hujan tentu memiliki dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya, negara bisa mendapatkan cuaca seperti yang mereka harapkan. Sedangkan, dampak negatifnya adalah dampak akibat penggunaan kristal garam AgI yang berlebih dapat mempengaruhi ekosistem tanah dan air.
"Jika rekayasa ini sering terjadi juga akan mungkin ada dampak terhadap iklim ke depannya," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)