medcom.id, Jakarta: Kehadiran komunitas Teman Ahok dipandang sebagai peradaban baru demokrasi di Indonesia. Mantan komisoner KPU, I Gusti Putu Artha mengungkapkan demokrasi yang ditawarkan oleh Teman Ahok sangat berbeda dengan sistem demokrasi pada umumnya.
"Peradaban demokrasi di indonesia sedang berproses. Teman Ahok sedang mendekonstruksi sistem nilai buruk soal pelaksanaan demokrasi yang lalu," kata Putu di acara Teman Ahok Fair, Gudang Sarinah, Jakarta Selatan, Minggu (29/5/2016).
Putu menjelaskan, dewasa ini demokrasi yang berhubungan pemilu sarat dengan demokrasi transaksional dan prakmatis. Secara terang-terangan, Putu bilang seorang calon pejabat butuh dana sebesar Rp1 miliar untuk lolos memenangkan kursi. Begitu pula para pendukungnya yang kerap diberikan uang.
"Kalau pilgub beda dan lebih besar lagi dananya. Kampanye harus dikasih uang transpor Rp100-Rp200 ribu plus nasi bungkus," beber dia.
Karena itu. Kehadiran relawan Teman Ahok, lanjut Putu, adalah cara baru pejabat publik untuk mencapai demokrasi sesungguhnya. Seperti diketahui Teman Ahok giat bekerja satu tahun belakang untuk mengumpulkan KTP bagi Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alia Ahok.
Keinginan Teman Ahok: Ahok maju dari jalur independen. Sejauh ini sudah ada 900 ribu KTP dari jumlah yang ditargetkan 1 juta KTP untuk meloloskan Ahok dari syarat dukungan independen Jakarta. "Ini baru namanya demokrasi partisipatoris," tandas dia.
Mantan Komisioner KPU I Gusti Putu Artha di acara Teman Ahok Fair, Gudang Sarinah, Jakarta Selatan--Metrotvnews.com/LB Ciputri Hutabarat.
Secara pribadi, Putu menilai Ahok sebagai pemimpin yang tegas. Ke depan, jika nantinya komunitas Teman Ahok sukses dalam mendorong Ahok maju dari jalur independen, ujar Putu, bukan tak mungkin pelaksanaan demokrasi di Indonesia bakal bebas dari politik uang.
"Pelaksanaan demokrasinya bakal berubah dan berkembang. Kalau anda mau jadi pejabat jadi enggak usah bayar lagi," tandas dia.
medcom.id, Jakarta: Kehadiran komunitas Teman Ahok dipandang sebagai peradaban baru demokrasi di Indonesia. Mantan komisoner KPU, I Gusti Putu Artha mengungkapkan demokrasi yang ditawarkan oleh Teman Ahok sangat berbeda dengan sistem demokrasi pada umumnya.
"Peradaban demokrasi di indonesia sedang berproses. Teman Ahok sedang mendekonstruksi sistem nilai buruk soal pelaksanaan demokrasi yang lalu," kata Putu di acara Teman Ahok Fair, Gudang Sarinah, Jakarta Selatan, Minggu (29/5/2016).
Putu menjelaskan, dewasa ini demokrasi yang berhubungan pemilu sarat dengan demokrasi transaksional dan prakmatis. Secara terang-terangan, Putu bilang seorang calon pejabat butuh dana sebesar Rp1 miliar untuk lolos memenangkan kursi. Begitu pula para pendukungnya yang kerap diberikan uang.
"Kalau pilgub beda dan lebih besar lagi dananya. Kampanye harus dikasih uang transpor Rp100-Rp200 ribu plus nasi bungkus," beber dia.
Karena itu. Kehadiran relawan Teman Ahok, lanjut Putu, adalah cara baru pejabat publik untuk mencapai demokrasi sesungguhnya. Seperti diketahui Teman Ahok giat bekerja satu tahun belakang untuk mengumpulkan KTP bagi Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alia Ahok.
Keinginan Teman Ahok: Ahok maju dari jalur independen. Sejauh ini sudah ada 900 ribu KTP dari jumlah yang ditargetkan 1 juta KTP untuk meloloskan Ahok dari syarat dukungan independen Jakarta. "Ini baru namanya demokrasi partisipatoris," tandas dia.
Mantan Komisioner KPU I Gusti Putu Artha di acara Teman Ahok Fair, Gudang Sarinah, Jakarta Selatan--Metrotvnews.com/LB Ciputri Hutabarat.
Secara pribadi, Putu menilai Ahok sebagai pemimpin yang tegas. Ke depan, jika nantinya komunitas Teman Ahok sukses dalam mendorong Ahok maju dari jalur independen, ujar Putu, bukan tak mungkin pelaksanaan demokrasi di Indonesia bakal bebas dari politik uang.
"Pelaksanaan demokrasinya bakal berubah dan berkembang. Kalau anda mau jadi pejabat jadi enggak usah bayar lagi," tandas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(YDH)