Jakarta: Pemerhati isu lingkungan Riyanni Djangkaru mengkritik material yang digunakan di instalasi gabion di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat. Riyanni menyayangkan penggunaan terumbu karang yang telah mati dalam instalasi seni itu.
Kekesalannya itu ditumpahkan dalam akun Instagramnya @r_djangkaru. Ia pun mempertanyakan asal muasal terumbu karang itu.
"Ada karang otak dan berbagai jenis batuan karang lain yang amat mudah dikenali. Kami menjadi bingung, memandang satu sama Iain dalam kebisuan, bukannya terumbu karang dilindungi penuh?" tulis Riyanni dalam akun Instagramnya, Jakarta, Minggu, 25 Agustus 2019.
Mantan Presenter Jejak Petualang ini menyebutkan konservasi terumbu karang dilindungi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990. UU itu membahas tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
"Saya jadi bertanya-tanya, apakah perlu ketika sebuah instalasi dengan tema laut dianggap harus menggunakan bagian dari satwa dilindungi penuh? Apakah penggunaan karang yang sudah mati ini dapat dianggap seakan 'menyepelekan' usaha konservasi yang sudah, sedang dan akan dilakukan?" jelas dia.
Baca: Anies Heran Instalasi Bronjong Viral
Perempuan yang aktif kampanye #Saveshark ini tak menyalahkan gabion sebagai instalasi seni. Ia hanya menyesalkan penggunaan material instalasi seni tersebut.
"Dari mana asal dari karang-karang mati dalam jumlah banyak tersebut? Ekspresi seni adalah persoalan selera, tapi penggunaan bahan yang dilindungi undang-undang sebagai bagian dari sebuah pesan, mohon maaf, menurut saya gegabah," tulis Riyanni.
Unggahan Riyanni pun mendapat respon lebih 5.934 warga net. Akun resmi @dkijakarta ikut meninggalkan jejak komentar.
"Terima kasih masukannya, akan ditindaklanjuti oleh @kehutanandki," tulis @dkijakarta.
Gabion dipasang menggantikan instalasi bambu Getih getah. Anggaran untuk membuat gabion sekitar Rp150 juta.
Gabion merupakan anyaman kawat yang diisi batu bronjong dan karang. Biasanya, batu bronjong digunakan untuk melindungi dan memperkuat tebing tanah lereng sungai atau lereng tanggul.
Intalasi ini terdiri dari tiga gabion dengan ukuran berbeda. Di atas gabion dihiasi bunga bougenville yang berfungsi menyerap polutan di ibu kota.
Jakarta: Pemerhati isu lingkungan Riyanni Djangkaru mengkritik material yang digunakan di instalasi gabion di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat. Riyanni menyayangkan penggunaan terumbu karang yang telah mati dalam instalasi seni itu.
Kekesalannya itu ditumpahkan dalam akun Instagramnya @r_djangkaru. Ia pun mempertanyakan asal muasal terumbu karang itu.
"Ada karang otak dan berbagai jenis batuan karang lain yang amat mudah dikenali. Kami menjadi bingung, memandang satu sama Iain dalam kebisuan, bukannya terumbu karang dilindungi penuh?" tulis Riyanni dalam akun Instagramnya, Jakarta, Minggu, 25 Agustus 2019.
Mantan Presenter Jejak Petualang ini menyebutkan konservasi terumbu karang dilindungi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990. UU itu membahas tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
"Saya jadi bertanya-tanya, apakah perlu ketika sebuah instalasi dengan tema laut dianggap harus menggunakan bagian dari satwa dilindungi penuh? Apakah penggunaan karang yang sudah mati ini dapat dianggap seakan 'menyepelekan' usaha konservasi yang sudah, sedang dan akan dilakukan?" jelas dia.
Baca: Anies Heran Instalasi Bronjong Viral
Perempuan yang aktif kampanye #Saveshark ini tak menyalahkan gabion sebagai instalasi seni. Ia hanya menyesalkan penggunaan material instalasi seni tersebut.
"Dari mana asal dari karang-karang mati dalam jumlah banyak tersebut? Ekspresi seni adalah persoalan selera, tapi penggunaan bahan yang dilindungi undang-undang sebagai bagian dari sebuah pesan, mohon maaf, menurut saya gegabah," tulis Riyanni.
Unggahan Riyanni pun mendapat respon lebih 5.934 warga net. Akun resmi @dkijakarta ikut meninggalkan jejak komentar.
"Terima kasih masukannya, akan ditindaklanjuti oleh @kehutanandki," tulis @dkijakarta.
Gabion dipasang menggantikan instalasi bambu Getih getah. Anggaran untuk membuat gabion sekitar Rp150 juta.
Gabion merupakan anyaman kawat yang diisi batu bronjong dan karang. Biasanya, batu bronjong digunakan untuk melindungi dan memperkuat tebing tanah lereng sungai atau lereng tanggul.
Intalasi ini terdiri dari tiga gabion dengan ukuran berbeda. Di atas gabion dihiasi bunga bougenville yang berfungsi menyerap polutan di ibu kota.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(DRI)