Jakarta: Peneliti Universitas Pertahanan (Unhan) Rizqi Rahman menyebut DKI Jakarta berpotensi tenggelam. Hal itu diprediksi bisa terjadi pada 2050.
"Sampai 2050 mungkin saja Jakarta tenggelam kalau enggak ada mitigasi," kata Rizqi kepada Medcom.id, Senin, 9 Agustus 2021.
Rizqi menuturkan permasalahan di Ibu Kota saat ini bukan lagi soal pemakaian air tanah. Sebab, rata-rata warga Jakarta sudah lama beralih menggunakan leding atau Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Rizqi sempat meneliti penggunaan air tanah di wilayah Jakarta Utara pada 2016. Hasilnya, pemakaian air tanah menurun selama delapan tahun terakhir.
Dia menyebut permasalahan saat ini, tanah di DKI Jakarta menurun akibat gedung-gedung tinggi dan bangunan beton. Sebab, Jakarta memiliki struktur batuan lunak.
"Ibaratnya, tanahnya lembek kayak roti atau kapas diisi air. Dulu orang ambil air memang bikin turun, sekarang air sudah enggak jadi faktor utama. Faktornya, karena tanah menanggung beban terlalu besar," ujar Rizqi.
Rizqi juga meneliti penurunan tanah di DKI Jakarta pada 2016. Besar penurunan tanah di seluruh wilayah Jakarta berbeda-beda.
Penurunan 8-10 sentimeter (cm) per tahun. Namun, penurunan tanah di wilayah Jakarta Utara paling besar.
"Sebesar 16 cm per tahun, kebayang 10 tahun berarti 160 cm. Makin lama kayak Belanda, wilayahnya banyak di bawah muka air laut," papar Rizqi.
(Baca: Presiden AS Prediksi Jakarta Tenggelam, Wagub: Kita Banyak Program Pencegahan)
Dia menyebut pembangunan gedung di wilayah Jakarta Utara melampaui batas. Gedung di Jakarta bagian utara maksimal hanya boleh memiliki empat lantai. Kenyataannya, gedung berlantai-lantai terbangun di Jakarta Utara.
"Karena struktur batuannya lunak, ya turun terus sampai ketemu kapan titik yang bisa compact. Nunggu tanahnya compact itu belum tahu kapan," kata Rizqi.
Rizqi mengatakan pembangunan masif lantaran kepadatan penduduk di Jakarta wilayah utara. Tanah yang cenderung lempung tidak kuat menahan bangunan tinggi dan beton.
Terlebih, tidak ada pertahanan pesisir. Melainkan hanya mengandalkan tembok pesisir.
Sejatinya, mangrove bisa menjadi pertahanan pesisir dengan membuat sedimentasi. Namun, jumlah mangrove atau bakau di Jakarta Utara tidak mencukupi sebagai pertahanan pesisir.
Apalagi, wilayah biru yang sejatinya tempat air dibangun gedung. Rizqi memprediksi semakin lama tanah bisa berada di bawah permukaan laut. Akibatnya, akan sering terjadi banjir terutama banjir rob.
"Air kodratnya mengalir dari tempat tinggi ke rendah, bisa dibayangkan kalau pesisir ada di bawah permukaan air laut. Jadi, kalau kata Biden (Presiden Amerika Serikat Joe Biden) Jakarta bisa tenggelam, itu masuk akal dengan tanah di bawah permukaan air laut," ujar Rizqi.
Namun, Rizqi tidak sependapat dengan asumsi Joe Biden. Biden memprediksi Jakarta tenggelam dalam 10 tahun ke depan dengan alasan permukaan laut naik dua setengah kaki (76,2 cm). Jutaan orang diyakini akan bermigrasi memperebutkan tanah subur.
"Ini bisa, tapi enggak signifikan. Permukaan air laut itu naik cuma 7,3 mm per tahun, kalah jauh sama laju penurunan tanah yang bisa mencapai 10-16 cm per tahun," jelas Rizqi.
Biden mengungkit kondisi Jakarta dalam pidato mengenai perubahan iklim di Direktorat Intelijen Nasional AS pada Selasa, 27 Juli 2021. DKI Jakarta diprediksi tenggelam 10 tahun ke depan.
"Tapi apa yang terjadi di Indonesia, jika proyeksinya benar, bahwa dalam 10 tahun ke depan mereka mungkin harus memindahkan ibu kotanya karena akan berada di bawah air," tutur Biden dikutip dari Whitehouse.gov, Jumat, 30 Juli 2021.
Jakarta: Peneliti Universitas Pertahanan (Unhan) Rizqi Rahman menyebut
DKI Jakarta berpotensi tenggelam. Hal itu diprediksi bisa terjadi pada 2050.
"Sampai 2050 mungkin saja Jakarta tenggelam kalau enggak ada mitigasi," kata Rizqi kepada
Medcom.id, Senin, 9 Agustus 2021.
Rizqi menuturkan permasalahan di Ibu Kota saat ini bukan lagi soal pemakaian air tanah. Sebab, rata-rata warga Jakarta sudah lama beralih menggunakan leding atau Perusahaan Daerah Air Minum (
PDAM).
Rizqi sempat meneliti penggunaan air tanah di wilayah Jakarta Utara pada 2016. Hasilnya, pemakaian air tanah menurun selama delapan tahun terakhir.
Dia menyebut permasalahan saat ini, tanah di DKI Jakarta menurun akibat gedung-gedung tinggi dan bangunan beton. Sebab, Jakarta memiliki struktur batuan lunak.
"Ibaratnya, tanahnya lembek kayak roti atau kapas diisi air. Dulu orang ambil air memang bikin turun, sekarang air sudah enggak jadi faktor utama. Faktornya, karena tanah menanggung beban terlalu besar," ujar Rizqi.
Rizqi juga meneliti penurunan tanah di DKI Jakarta pada 2016. Besar penurunan tanah di seluruh wilayah Jakarta berbeda-beda.
Penurunan 8-10 sentimeter (cm) per tahun. Namun, penurunan tanah di wilayah Jakarta Utara paling besar.
"Sebesar 16 cm per tahun, kebayang 10 tahun berarti 160 cm. Makin lama kayak Belanda, wilayahnya banyak di bawah muka air laut," papar Rizqi.
(Baca:
Presiden AS Prediksi Jakarta Tenggelam, Wagub: Kita Banyak Program Pencegahan)
Dia menyebut pembangunan gedung di wilayah Jakarta Utara melampaui batas. Gedung di Jakarta bagian utara maksimal hanya boleh memiliki empat lantai. Kenyataannya, gedung berlantai-lantai terbangun di Jakarta Utara.
"Karena struktur batuannya lunak, ya turun terus sampai ketemu kapan titik yang bisa compact. Nunggu tanahnya compact itu belum tahu kapan," kata Rizqi.
Rizqi mengatakan pembangunan masif lantaran kepadatan penduduk di Jakarta wilayah utara. Tanah yang cenderung lempung tidak kuat menahan bangunan tinggi dan beton.
Terlebih, tidak ada pertahanan pesisir. Melainkan hanya mengandalkan tembok pesisir.
Sejatinya, mangrove bisa menjadi pertahanan pesisir dengan membuat sedimentasi. Namun, jumlah mangrove atau bakau di Jakarta Utara tidak mencukupi sebagai pertahanan pesisir.
Apalagi, wilayah biru yang sejatinya tempat air dibangun gedung. Rizqi memprediksi semakin lama tanah bisa berada di bawah permukaan laut. Akibatnya, akan sering terjadi banjir terutama banjir rob.
"Air kodratnya mengalir dari tempat tinggi ke rendah, bisa dibayangkan kalau pesisir ada di bawah permukaan air laut. Jadi, kalau kata Biden (Presiden Amerika Serikat Joe Biden) Jakarta bisa tenggelam, itu masuk akal dengan tanah di bawah permukaan air laut," ujar Rizqi.
Namun, Rizqi tidak sependapat dengan asumsi Joe Biden. Biden memprediksi Jakarta tenggelam dalam 10 tahun ke depan dengan alasan permukaan laut naik dua setengah kaki (76,2 cm). Jutaan orang diyakini akan bermigrasi memperebutkan tanah subur.
"Ini bisa, tapi enggak signifikan. Permukaan air laut itu naik cuma 7,3 mm per tahun, kalah jauh sama laju penurunan tanah yang bisa mencapai 10-16 cm per tahun," jelas Rizqi.
Biden mengungkit kondisi Jakarta dalam pidato mengenai perubahan iklim di Direktorat Intelijen Nasional AS pada Selasa, 27 Juli 2021. DKI Jakarta diprediksi tenggelam 10 tahun ke depan.
"Tapi apa yang terjadi di Indonesia, jika proyeksinya benar, bahwa dalam 10 tahun ke depan mereka mungkin harus memindahkan ibu kotanya karena akan berada di bawah air," tutur Biden dikutip dari Whitehouse.gov, Jumat, 30 Juli 2021.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(REN)