medcom.id, Depok: Syahadatain Kilau Budiman kini terbaring lemah di ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit) Rumah Sakit Bunda Margonda, Depok, Jawa Barat. Bocah yang baru 10 hari itu harus berjuang melawan lambung bocor yang dideritanya.
Arina Pramudita, orang tua Kilau, menjelaskan anaknya lahir pada selasa 7 Maret 2017. Kilau lahir secara sesar dengan berat badan 2,05 kilogram dan panjang 45 sentimeter.
"Kilau harus dilahirkan saat usai kandungan 36 minggu 3 hari. Lebih cepat dari HPL (hari perkiraan lahir) karena tubuhnya tidak bisa menyerap makanan," kata Arina, Selasa 21 Maret 2017.
Layaknya pasangan lain, Arina dan suaminya bisa pulang dari rumah sakit ditemani si kecil yang rewel minta minum ASI, memeluk, mencium, menenangkan Kilau saat menangis, mengganti popoknya, mengajaknya berjemur setiap pagi.
Namun, 2 hari setelah lahir, Kilau harus masuk ruang NICU dan pada hari ketiga perut Kilau kembung. Dokter yang menangani persalinan menduga Kilau menderita infeksi usus. Kilau akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit Bunda Margonda, Depok, Sabtu 11 Maret 2017.
"Kami langsung masuk UGD dan dibawa ke NICU lagi. Dokter bedah anak mengatakan kondisi Kilau sudah parah dan harus dioperasi segera. Dokter bilang 'pak bu, ini ususnya bocor'. Kami tak menduga, di hari ke 4, Kilau harus menjalani operasi besar," ujarnya.
Tanpa berpikir panjang, Arina langsung menandatangani surat untuk mengizinkan dokter melakukan operasi besar. Biaya yang dikeluarkan tidak sedikit, Rp 35 juta.
"Tiga jam operasi berjalan, Kilau selamat. Kami kaget, Kilau ternyata tidak menderita infeksi usus, dokter menyebut kilau mengalami bocor lambung," kata Arina.
Cobaan tidak sampai di situ. Lima hari setelah operasi , 17 Maret 2017, perut Kilau kembali kembung. Hasil diagnosa dokter, lambung kilau bocor lagi.
"Anak kami harus operasi lagi, aku dan suami drop. Kami tidak punya pilihan lain, putra kecil kami baru berusia 10 hari, namun dua kali menjalani operasi besar," kata Arina.
Arina dan suami kembali mengeluarkan Rp35 juta buat operasi kedua. "Itu baru biaya operasi, belum termasuk rawat inap di NICU, kunjungan dokter, obat dan peralatan yang Kilau pakai," ujarnya.
Arina bersyukur operasi kedua berjalan lancar. Kilau selamat dari meja operasi. Sekarang bayi mungil itu dalam fase pemulihan. "Lambungnya masih sangat sensitif, dia belum bisa masuk ASI," katanya.
Arina kini dihadapkan biaya pengobatan yang terus membengkak. Hingga saat ini dirinya sudah mengeluarkan biaya hingga Rp 130 juta demi kesembuhan buah hatinya.
"Kami atas nama orang tua Kilau mohon bantuan donasi kepada para dermawan, untuk membantu meringankan biaya pengobatan Kilau," katanya.
Arina mempersilakan siapapun yang berniat membantu untuk datang ke Rumah Sakit Margonda, Depok, Jawa Barat. Keluarga juga membuka website donasi melalui https://kitabisa.com/bantusenyumbabykilau#
medcom.id, Depok: Syahadatain Kilau Budiman kini terbaring lemah di ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit) Rumah Sakit Bunda Margonda, Depok, Jawa Barat. Bocah yang baru 10 hari itu harus berjuang melawan lambung bocor yang dideritanya.
Arina Pramudita, orang tua Kilau, menjelaskan anaknya lahir pada selasa 7 Maret 2017. Kilau lahir secara sesar dengan berat badan 2,05 kilogram dan panjang 45 sentimeter.
"Kilau harus dilahirkan saat usai kandungan 36 minggu 3 hari. Lebih cepat dari HPL (hari perkiraan lahir) karena tubuhnya tidak bisa menyerap makanan," kata Arina, Selasa 21 Maret 2017.
Layaknya pasangan lain, Arina dan suaminya bisa pulang dari rumah sakit ditemani si kecil yang rewel minta minum ASI, memeluk, mencium, menenangkan Kilau saat menangis, mengganti popoknya, mengajaknya berjemur setiap pagi.
Namun, 2 hari setelah lahir, Kilau harus masuk ruang NICU dan pada hari ketiga perut Kilau kembung. Dokter yang menangani persalinan menduga Kilau menderita infeksi usus. Kilau akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit Bunda Margonda, Depok, Sabtu 11 Maret 2017.
"Kami langsung masuk UGD dan dibawa ke NICU lagi. Dokter bedah anak mengatakan kondisi Kilau sudah parah dan harus dioperasi segera. Dokter bilang 'pak bu, ini ususnya bocor'. Kami tak menduga, di hari ke 4, Kilau harus menjalani operasi besar," ujarnya.
Tanpa berpikir panjang, Arina langsung menandatangani surat untuk mengizinkan dokter melakukan operasi besar. Biaya yang dikeluarkan tidak sedikit, Rp 35 juta.
"Tiga jam operasi berjalan, Kilau selamat. Kami kaget, Kilau ternyata tidak menderita infeksi usus, dokter menyebut kilau mengalami bocor lambung," kata Arina.
Cobaan tidak sampai di situ. Lima hari setelah operasi , 17 Maret 2017, perut Kilau kembali kembung. Hasil diagnosa dokter, lambung kilau bocor lagi.
"Anak kami harus operasi lagi, aku dan suami
drop. Kami tidak punya pilihan lain, putra kecil kami baru berusia 10 hari, namun dua kali menjalani operasi besar," kata Arina.
Arina dan suami kembali mengeluarkan Rp35 juta buat operasi kedua. "Itu baru biaya operasi, belum termasuk rawat inap di NICU, kunjungan dokter, obat dan peralatan yang Kilau pakai," ujarnya.
Arina bersyukur operasi kedua berjalan lancar. Kilau selamat dari meja operasi. Sekarang bayi mungil itu dalam fase pemulihan. "Lambungnya masih sangat sensitif, dia belum bisa masuk ASI," katanya.
Arina kini dihadapkan biaya pengobatan yang terus membengkak. Hingga saat ini dirinya sudah mengeluarkan biaya hingga Rp 130 juta demi kesembuhan buah hatinya.
"Kami atas nama orang tua Kilau mohon bantuan donasi kepada para dermawan, untuk membantu meringankan biaya pengobatan Kilau," katanya.
Arina mempersilakan siapapun yang berniat membantu untuk datang ke Rumah Sakit Margonda, Depok, Jawa Barat. Keluarga juga membuka website donasi melalui https://kitabisa.com/bantusenyumbabykilau#
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)